KAUM ibu itu selalu saja punya aneka macam cara untuk mengolah segala sesuatu. Ketika tugas di Paroki Nanga Tayap, saya kagum dan memuji keterlibatan para ibu yang dengan sukarela mendukung berbagai macam acara: Kursus Persiapan Perkawinan, Musyawarah Paroki, Pertemuan ketua-ketua umat, forum komunikasi antar stasi dan pesta-pesta hari raya selalu diramaikan oleh ibu-ibu.
Mereka menyiapkan masakan di dapur untuk semua peserta.  Mereka membawa beras, daun ubi, labu, timun, sayur-sayuran dan ikan salai dengan sukarela. Dari pengalaman, tidak pernah kekurangan, tetapi selalu berlebih. Walaupun pada awalnya tumbuh rasa kawatir dan kebingungan, namun di tangan ibu-ibu semua makan dengan kenyang dan ada sisa yang bisa dibawa pulang.
Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus mengajar banyak orang dan Dia jatuh belaskasihan karena mereka kelaparan. Para murid-Nya kebingungan menghadapi begitu banyak orang. Mereka hanya mengeluh dan angkat bahu melihat banyaknya orang berkumpul.
“Roti seharga duaratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja.” Andreas melihat ada kemungkinan, “tetapi apalah artinya lima roti dan dua ikan untuk orang sebanyak ini?” Mereka tidak mampu mengatasi masalah. Angkat tangan dan tidak bisa berbuat banyak.
Yesus menyuruh mereka duduk di atas rerumputan. Rumput adalah makanan domba. Yesus sebagai gembala, sedangkan orang banyak itu adalah domba-domba-Nya. Sang Gembala menyediakan makanan untuk domba-domba-Nya.
Ia mengambil roti, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ; demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu sebanyak yang mereka kehendaki. Inilah tndakan ekaristis.
Ketika kita hanya mengeluh tentang kekurangan, kelemahan dan ketidak-mampuan, kita tidak bisa berbuat apa-apa. Tetapi ketika yang kecil, sedikit itu disyukuri dan dibagi-bagikan, maka akan menjadi berkelimpahan. Yesus mengubah cara pandang kita. Anak kecil yang tak diperhitungkan, yang hanya sedikit, yang tidak dihargai dan dianggap. Jika disyukuri, maka akan menjadi besar dan berkelimpahan serta bermanfaat banyak.
Mari dengan mata batin yang jeli kita belajar menghargai, memperhitungkan serta memberi tempat bagi mereka yang kecil, lemah, miskin dan sederhana. Mereka akan membuat kita menjadi berkelimpahan penuh berkat.
Berjalan di pematang sawah melihat senja.
Bulan sudah mengintip di atas telaga.
Yesus memilih yang kecil dan hina.
Untuk menumbangkan yang sombong dan perkasa.
Cawas, hati penuh syukur…
Rm. A. Joko Purwanto Pr