KELAHIRAN seorang anak diawali dengan tanda-tanda ajaib atau firasat-firasat tertentu. Ketika Gendari mengandung, ia diliputi rasa dendam dan sakit hati tak terperi kepada Pandu.

Ia adalah putri boyongan Pandu dan berharap menjadi permaisurinya di Hastina. Tetapi dia justru diberikan kepada Destarastra yang buta.

Dendam membara itu semakin berkobar ketika dia tahu bahwa Kunti, istri Pandu telah melahirkan anak laki-laki. Ia bertekad punya anak banyak untuk menumpas keturunan Pandu. Ia sedih, sakit hati, cemburu, gundah, dendam.

Perasaan itu berkobar terus selama kehamilannya. Ketika ia melahirkan, yang keluar adalah gumpalan daging hitam bercampur darah. Ia marah dan daging itu diinjak-injak dan ditendang dan pecah menjadi berkeping-keping.

Malam itu suara harimau mengaum menakutkan. Serigala bersaut-sautan dan erangan binatang malam membuat bulu kuduk berdiri.

Widura mengatakan bahwa tanda-tanda ini adalah firasat yang tidak baik bagi Hastina. Kehancuran darah Kuru menghantui lahirnya Duryudana dan saudara-saudaranya.

Injil bercerita tentang kelahiran Yohanes Pembaptis. Berbeda dengan kisah lahirnya Kurawa, suasana yang melingkupi di sini adalah sukacita.

Para tetangga bersukacita mendengar Elisabet yang sudah lanjut usia itu melahirkan seorang bayi. Lebih terkejut lagi ketika mereka akan memberi nama anak itu.

Seorang anak yang lahir biasanya diberi nama ayahnya. Mereka hendak menamai dia Zakharia, menurut nama bapanya. Tetapi Elisabeth melarang dan berkata, “Jangan, ia harus dinamai Yohanes.” Hal ini menjadi keheranan bagi semua orang.

Tanda-tanda ajaib menyertai kelahiran Yohanes. Ibunya sudah usia lanjut. Bapaknya menjadi bisu. Namanya berbeda dari garis keturunan leluhur.

Semua orang heran dan berkata, “Menjadi apakah anak ini nanti?” Sebab tangan Tuhan menyertainya.” Yohanes menjadi nabi besar yang menuntun Bangsa Israel bertobat dan mempersiapkan kedatangan Sang Mesias.

Kita bisa merenungkan tanda-tanda, peristiwa-peristiwa atau firasat yang ada di sekitar kita. Bisa jadi itu adalah petunjuk dari Tuhan tentang siapa diri kita.

Hal-hal seperti itu terjadi bukan karena kebetulan. Tetapi menjelaskan rencana atau kehendak Tuhan bagi kita. Sejak di dalam kandungan ibu, kita ini sudah dibentuk oleh Tuhan.

Bagaimana suasana batin seorang ibu juga mempengaruhi kepribadian kita. Dengan menelusuri jejak kelahiran kita, kita bisa bersyukur kepada Tuhan lewat orangtua, keluarga, orang-orang terdekat yang ikut membentuk kita.

Pasang gantungan masker yang kuat.
Bisa dipakai berulang sampai empat.
Kita bisa menjadi orang-orang hebat.
Karena orangtua kita penuh berkat.

Cawas, girab-girab….
Rm. A. Joko Purwanto, Pr