Gara-Gara Rumput Tetangga

BADAN Peradilan Agama (Badilag) Mahkamah Agung melaporkan bahwa ada kecenderungan peningkatan kasus perceraian.

Beberapa penyebab adanya perceraian adalah perselingkuhan, suami menganggur, pendapatan istri lebih besar dari suami. Egoisme dan kesombongan pribadi juga mengambil tempat terjadinya perpisahan.

Perkembangan teknologi komunikasi yang makin canggih sekarang juga ikut memicu terjadinya perceraian. Media sosial memberi ruang yang bebas bagi siapapun untuk bergaul.

Ini yang dimanfaatkan bagi mereka yang mengalami kesulitan berkomunikasi dengan pasangan di rumah.

Kalau melihat data di Badilag MA, angkanya makin naik dan memprihatinkan. Ini mesti menjadi perhatian kita bersama.

Karena keluarga yang baik akan membantu tumbuhnya masyarakat yang baik. Keluarga adalah pilar bagi gereja dan negara.

Yesus menjawab persoalan itu dengan mengembalikan asal muasal manusia diciptakan. Manusia diciptakan secitra dengan Allah.

Ketika orang-orang Yahudi memaksakan perceraian karena Musa mengijinkan memberi surat cerai, Yesus langsung menunjuk akar masalahnya.

“Karena ketegaran hatimulah Musa menulis perintah untukmu.”

Orang Israel suka memaksakan kehendaknya, sehingga Musa memberi ijin dengan membuat surat cerai.

Tetapi pada awal dunia, Allah menjadikan manusia pria dan wanita, karena itu pria meninggalkan ibu bapanya dan bersatu dengan istrinya.

Keduanya lalu menjadi satu daging. Mereka bukan lagi dua melainkan satu.

Yesus menyimpulkan rencana dan kehendak Allah pada mulanya yaitu, “Apa yang dipersatukan Allah, janganlah diceraikan manusia.”

Memang tidak mudah membangun hidup berkeluarga. Maka perlu ada persiapan yang matang. Menggunakan masa pacaran dengan baik untuk mengenal sungguh-sungguh calon pasangannya.

Membangun komunikasi yang terbuka dan sejajar. Sadar bahwa anda memilih dia untuk hidup selamanya, bukan sesaat atau hanya waktu senangnya saja.

Dan yang penting mau berkorban bagi kebahagiaan pasangannya.

Agar kita tidak tegar hati, kita harus berani mengakui ketidaksempurnaan diri. Mau menerima kritik dan masukan dari pasangan.

Jangan ada yang merasa paling benar dan paling kuasa.

Orang Jawa bilang, “Aja Dumeh.” (Jangan merasa sok).

“Dumeh dadi wong lanang.” Dumeh gajinya besar, dumeh punya kuasa, dumeh pintar, dumeh bagus/ayu dan macam-macam kesombongan yang lain.

Jangan dulu melihat rumput tetangga, karena mereka memeliharanya dengan baik.

Apakah anda juga memelihara rumput di kebun anda sendiri?

Setiap sore menyiram rumput,
Tidak lupa mencabut lumut.
Jangan selalu berwajah cemberut,
Suasana keluarga bisa kalang kabut.

Cawas, selalu menjaga cinta….
Rm. A. Joko Purwanto, Pr