“Kabar Sukacita?”

SEPASANG suami istri dari Stasi di pedalaman datang ke pastoran. Sang suami dengan terbata-bata dan ketakutan bilang, “Pastor, bisakah saya minta tolong. Pastor menikahkan anak saya secepatnya?”
“Umurnya berapa?” tanyaku. “Anak perempuan saya umurnya empatbelas tahun.”
“Cowoknya?” cecarku. “Limabelas Pastor.”

Bau arak menyengat tercium dari mulut bapak yang hanya menunduk kelu. Itu tanda stress berat, takut, punya beban berat, ada rasa bersalah. Takut datang menghadap pastor kalau tidak minum arak dulu. Dengan arak orang baru berani ngomong banyak. Ia meratap memohon dengan sangat.

Aku sudah menduga pasti anaknya hamil karena pergaulan bebas. Ibunya bercerita kalau anaknya sering kumpul di rumah dengan cowoknya ketika mereka sedang kerja di kebun sawit.

“Nasi sudah jadi bubur, bagaimana lagi Pastor. Kami harus bisa menerima dan menghadapi persoalan ini.”

Aku menghargai keinginan mereka dan mendukung untuk merengkuh dan memelihara anaknya.

Tetapi adat menuntut mereka harus segera menikah. Bagi gereja ini masalah yang problematis dan memprihatinkan.

Berita kehamilan itu bisa membawa sukacita. Tetapi masalah yang menyertainya belum tentu menggembirakan bagi yang mengalaminya. Mungkin begitu yang dialami Maria.

Pada awal menerima kabar dari malaikat, Maria terkejut dan bingung, “Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku tidak bersuami?”

Yang menggembirakan bukan soal Maria akan mengandung, tetapi kesanggupannya untuk menanggung beban yang begitu berat. Itulah berita sukacitanya. Maria berani mengatakan YA atas tanggungjawab besar itu.

Yang menjadi kabar sukacita adalah saat Maria berkata, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu itu.”

Dengan YA Maria itu, karya keselamatan Allah dimungkinkan terjadi, menjadi nyata. Allah menjadi manusia dan tinggal bersama kita.

Pasutri itu akhirnya merangkul dan menerima anaknya yang hamil. Mereka rela mengambil tanggungjawab untuk menyelamatkan anaknya. Itulah kabar yang menggembirakan.

Jika kita berani mengambil tanggungjawab kita – seberat apa pun – sehingga banyak orang mengalami berkat, maka disitulah kabar sukacitanya.

Bunda Maria ajarilah kami berkata YA, seperti engkau menjawab YA kepada Tuhan dan berpasrah kepada kehendak-Nya.

NB singkatan dari Nota Bene.
Kalau dibalik jadi Bene Nota.
Maria Ratu Pecinta Damai,
Ajari kami untuk tetap setia.

Cawas, hanya kosong di bawah NB….
Rm. Alexandre Joko Purwanto,Pr