KETIKA diberi tugas bermisi ke Ketapang oleh Bapak Uskup, saya hanya bisa mengatakan “Ya saya siap.” Siap karena harus taat pada pimpinan.

Tetapi sesudah keluar kamar beliau, saya bingung karena belum pernah ke Kalimantan, tidak tahu medan pelayanan, tidak kenal orang-orang di sana. Apalagi mendengar cerita-cerita seram di Kalimantan, “Orang di sana makan manusia.”

Setelah menginjakkan kaki di Ketapang, hal-hal yang menakutkan itu langsung hilang. Ada begitu banyak orang yang baik dan murah hati, ramah dan suka menolong. Sejak itu saya merasa di rumah sendiri.

Medan pastoral memang berat tetapi mewartakan Injil harus dijalankan. Ada banyak umat yang merindukan kehadiran imam melayani sakramen-sakramen. Hambatan dan rintangan selalu ada. Tetapi Tuhan selalu memberi jalan mengatasinya.

Hampir sembilan tahun tak terasa. Kalau diberi tugas lagi, saya tidak akan bingung. Saya siap bukan karena taat pimpinan, tetapi karena sadar ini adalah perintah Tuhan.

Hari ini Tuhan Yesus menampakkan Diri dan mengutus para murid, “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.” Perintah agung ini diberikan agar iman para rasul diwariskan kepada semua orang.

Setiap orang juga menyadari tugas perutusan ini. Dimana pun kita berada, kita ini adalah misionaris. Ada banyak cara kita bermisi.

Ada yang pergi ke pelosok-pelosok daerah mewartakan Injil bagi mereka yang belum mengenal Yesus. Ada yang pergi dari keuskupan yang satu ke keuskupan yang lain, diutus untuk bermisi.

Namun ada pula yang bermisi ke dalam secara internal di tengah keluarga kita sendiri dan dalam hati kita masing-masing. Keluarga kita sendiri, hati kita ini juga perlu diberi warta Injil.

Ada areal hati kita ini yang membutuhkan sentuhan sabda Tuhan. Hati yang keras membatu, hati yang angkuh dan sombong, hati yang penuh dengan iri, dengki, dendam dan fitnah. Hati yang tidak mau mengampuni.

Realitas hati seperti itulah yang membutuhkan warta Injil. Keluarga yang baik-baik belum tentu tidak membutuhkan sentuhan Tuhan. Relasi keluarga yang dingin, hampa dan tanpa komunikasi mesra juga merupakan lahan untuk bermisi.

Hidup komunitas yang hambar dan saling mendiamkan, ini juga wilayah bermisi. Dunia yang semakin egois, persaingan dan permusuhan, ini juga membutuhkan warta Injil. Mari kita wartakan Kabar Gembira di mana pun kita berada.

Pergi ke sawah menanam semangka.
Rumput-rumput tumbuh di sampingnya.
Perintah agung diberikan kepada kita.
Wartakan Injil ke seluruh dunia.

Cawas, senja yang indah….
Rm. A. Joko Purwanto Pr