SAYA sering melihat ibu-ibu memilih duduk di depan pintu atau di kursi belakang jika mengikuti doa lingkungan, misa atau latihan koor. Kita sering melarang mereka dengan berkata, “Jangan duduk di depan pintu” atau “Jangan duduk di belakang.”

Kendati dilarang tetap saja hal itu dilakukan kembali. Selain menghalangi orang yang akan masuk, juga membuat orang enggan duduk di depan. Mereka beralasan pengin mendapat udara segar, pengin cepat pulang atau takut nanti ditanya macam-macam oleh romo dan aneka alasan lain.

Dalam pola pendampingan modern, para orangtua diharap menghindari kata “Jangan”, karena berkesan negatif. Anak sering tidak peduli dengan larangan itu. Yang diingat justru hal yang dilarang seperti; “duduk di pintu”, “pergi”, “main-main”, bukan perintah “jangan”.

Beberapa alasan mengapa kata “jangan” perlu dihindari untuk melarang anak: Pertama, hal itu menghambat kesenangan anak. Larangan ini membuat si kecil jengkel dan marah. Kedua, menghambat kreativitas anak. Si kecil jadi terhalang untuk mengungkapkan hasratnya.

Ketiga, mempersempit pilihan. Ketika dilarang, si kecil hanya mengingat bahwa hal itu tidak boleh dilakukan. Maka dia tidak punya pilihan lain. Keempat, Tidak memberi solusi. Bu Tejo menasehati, “Jadi orang itu mbok yang solutif.” Kalimat larangan, “Jangan berhujan-hujan ya,” tidak memberi solusi. Berbeda dengan ajakan, “Yuk kita main di dalam rumah saja biar tidak sakit.”

Yesus bertanya kepada para murid-Nya, “Kata orang banyak siapakah Aku ini?” Mereka langsung menjawab dengan mudah. Orang banyak mengira Yohanes Pembaptis, Elia atau salah seorang nabi zaman dulu hidup kembali.

Yesus bertanya kepada mereka, “Menurut kalian, siapakah Aku ini?” Petrus menjawab, “Engkaulah Kristus dari Allah.” Dengan keras Yesus melarang mereka memberitakan hal itu kepada siapapun. Yesus tidak berkata “Jangan bilang-bilang begitu.” Nanti kalau dibilang “Jangan”, para murid malah akan mengatakan apa yang dilarang.

Yesus menjelaskan alasan mengapa melarang mereka. Paham tentang Mesias atau Kristus yang diyakini Petrus dan teman-temannya bisa keliru, belum seutuhnya tepat.

Ia memberitahu paham Kristus yang sebenarnya. “Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh para tua-tua, oleh para imam kepala dan para ahli Taurat, lalu dibunuh, dan dibangkitkan pada hari ketiga.

Yesus melarang tetapi dengan memberi alasan yang benar. Para murid diajak berpikir dan memahami siapa Mesias sesungguhnya. Mari kita menyempurnakan iman kita terus menerus.

Superman tidak bisa terbang.
Karena dia lupa pakai celana.
Kalau anak-anak banyak dilarang.
Sering malah ingin melanggarnya.

Cawas, mirip cerita Conan….
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr