MASYARAKAT lereng Merapi sangat paham jika binatang-binatang mulai turun dan masuk perkampungan penduduk, itu menandakan gejala “wedhus gembel” Merapi akan meluncur.

Wedhus gembel adalah istilah lokal untuk menyebut awan panas muntah dari kawah Merapi. Harimau, kera, dan binatang-binatang lain memasuki pemukiman tanda bahwa awan panas di atas akan meluncur.

Penduduk diminta waspada dan siap untuk mengungsi. Alam sudah memberi tanda-tanda akan datangnya bencana.

Kearifan lokal sangat membantu masyarakat. Mereka sangat paham akan tanda-tanda alam itu.

Dengan mengambil contoh tanda-tanda alam, Yesus mengajak orang-orang untuk menilai zaman ini.

“Apabila kalian melihat awan naik di sebelah barat, segera kalian berkata, akan datang hujan. Dan hal itu memang terjadi. Dan apabila kalian melihat angin selatan bertiup, kalian berkata, hari akan panas terik. Dan hal itu memang terjadi.”

Yesus lalu mengingatkan, “Hai orang-orang munafik, kalian tahu menilai gelagat bumi dan langit, tetapi mengapa tidak dapat menilai zaman ini?”

Zaman yang berubah dengan sangat cepat ini juga harus kita hadapi dengan bijaksana. Kecepatan sekarang menjadi nilai baru dalam menghadapi zaman.

Semua serba cepat. Nilai-nilai Injil tidak berubah tetapi cara kita mewartakan nilai itu harus disesuaikan dengan zamannya.

Cara kita berpastoral juga harus sesuai dengan tuntutan zaman yang serba cepat. Sarana-sarana modern yang bisa dipakai untuk pewartaan iman harus dimanfaatkan secara baik.

Bulan Oktober ini adalah bulan untuk mendalami tentang karya misi gereja. Paus menetapkan sebagai bulan misi luar biasa, bertepatan dengan hari minggu misi sedunia ke 93 dan sekaligus perayaan 100 tahun surat apostolik Maximum Illud dari Paus Benediktus XV.

Sekaranglah kesempatan kita untuk bisa menilai zaman ini dan menawarkan karya penyelamatan Yesus dalam bermisi. Setiap orang yang dibaptis adalah misionaris.

Maka setiap orang yang sudah dibaptis harus siap diutus untuk bermisi, mewartakan imannya kepada semua orang.

Di KAS bermisi itu diterjemahkan dengan “srawung menyedulur dengan semua orang.” Srawung adalah hidup bersama menjadi saudara bagi semua orang.

Sudahkah kita menjadi saudara bagi tetangga, teman kerja, orang-orang di sekitar kita?

Keliling kota naik bendi
Jalan-jalan di Jogjakarta
Ayo kawan kita bermisi
Senang srawung banyak saudara

Bandungan, saat hari study
Rm. A. Joko Purwanto Pr