SUATU kali saya diminta mengantar sekelompok ibu-ibu untuk memberikan sumbangan ke panti asuhan. Sumbangannya sih tidak seberapa.

Tetapi yang heboh adalah mereka membawa peserta banyak sampai harus menyewa bus besar. Lalu ada yang usul supaya mengundang wartawan biar acara ini diliput dan diberitakan ke media.

Seksi konsumsinya juga sibuk mengurus menu untuk sekian puluh orang yang ikut. Seksi acara mengusulkan supaya ibu-ibu memakai seragam. Dibuatlah kaos seragam.

Habis berkunjung ke panti asuhan ada yang usul piknik ke pantai. Saya menolak ikut acara itu. Tujuan membantu anak-anak panti asuhan sudah melenceng jauh.

Dan lagi biaya penyelenggaraan “Bakti Sosial” lebih besar sekian kali lipat dibandingkan dengan bantuan yang akan disumbangkan.

Hari ini adalah awal masa puasa bagi umat Katolik. Kita semua menerima abu di dahi sebagai tanda pertobatan. Bagaimana pertobatan itu harus dijalankan?

Yesus menjelaskannya dalam bacaan Injil. “Apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Tetapi apabila kamu berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”

Intinya adalah JANGAN PAMER. Begitu juga kalau memberi atau bersedekah. Jangan pamer. Kalau sedang berdoa, juga jangan pamer.

Baik berdoa, memberi atau bersedekah atau sedang berpuasa, lakukanlah dengan tidak diketahui orang. Jangan dipamer-pamerkan.

Kadang kita tergoda untuk menunjukkan kepada orang lain, kalau kita bersedekah. Kita pengin dilihat orang kalau sedang berpuasa, “klelat-klelet kaya wong kaliren”. Kita pengin dianggap suci makanya berdoa di tempat-tempat umum.

Yesus menginginkan supaya kita melakukan hal-hal itu secara tersembunyi. Jangan mencari pujian orang tetapi biarlah Bapa di surga yang melihatnya.

Yang penting bukan kulitnya, tetapi isinya. Jangan jatuh pada sikap formalisme, tetapi substansinya yang harus diutamakan.

Selamat memasuki masa prapaskah, masa puasa. Semoga puasa kita menjadi lebih berguna bagi orang lain.

Di meja disajikan jagung dan baby potato
Padahal itu sering disebut kentang kleci
Berbuat baik itu tidak perlu berpidato
Biarlah diketahui oleh Tuhan sendiri

Cawas, patangpuluh dina pasa.
Rm. A. Joko Purwanto Pr