“Manunggaling Kawula- Gusti”

Istilah itu berasal dari ajaran Syekh Siti Jenar. Ia mendalami ilmu tasawuf di Baghdad selama 17 tahun. Ia mempunyai banyak pengikut di Jawa. Ajaran itu bisa dimaknai sebagai bersatunya Allah dalam diri manusia. Allah manunggal dalam kemanusiaan. Intinya adalah segala ciptaan Tuhan pada akhirnya akan manunggal (bersatu) dengan yang menciptakan.

Dalam persidangan Syekh Siti Jenar berkata, “Jika Anda menanyakan di mana rumah Tuhan, jawabnya tidaklah sulit. Allah berada pada zat yang tempatnya tidak jauh, yaitu bersemayam di dalam tubuh (manusia itu sendiri),” lanjut Syekh Siti Jenar.

Menjawab berbagai tuduhan, Syekh Siti Jenar tetap bertahan dengan keyakinannya. “Tak usah kebanyakan teori semu, sesungguhnya ingsun (saya) inilah Allah. Nyata Ingsun Yang Sejati,” balasnya (R. Tanaja, Suluk Walisanga, 1954:54).

Ajaran ini menyimpang dari ajaran mainstream yang sedang berkembang di Jawa setelah runtuhnya Majapahit. Maka ia dianggap mengembangkan ajaran sesat. Syekh Siti Jenar dituduh menyamakan dirinya dengan Tuhan. Akhirnya ia dihukum mati karena keyakinannya tersebut.

Yesus berdebat dengan orang-orang Yahudi yang ingin melempari-Nya dengan batu. “Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-Ku Kuperlihatkan kepadamu; manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku dengan batu?”

Jawab orang-orang Yahudi itu, “Bukan karena suatu perbuatan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah, dan karena Engkau menyamakan diri-Mu dengan Allah, meskipun Engkau hanya seorang manusia.”

Orang-orang Yahudi menuduh Yesus menghujat Allah. Ia menyamakan diri-Nya dengan Allah. Hal ini yang tidak bisa diterima oleh mereka. Yesus menjelaskan bahwa pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan-Nya berasal dari Allah.

Yesus mengajak mereka untuk melihat pekerjaan-pekerjaan itu. Ia berkata, “Percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa ada dalam Aku dan Aku ada di dalam Bapa.”

Tetapi mereka tetap menutup diri dan tidak mau percaya. Mereka mau menangkap Yesus untuk dihukum.

Jika orang tidak mau membuka hati, maka sulit juga akan percaya dan menerima penjelasan dan bukti-bukti apa pun.

Mari kita membuka hati lebih dahulu, lalu mendengar dan melihat karya-karya Tuhan. Dari situ kita akan menilai dan menyimpulkan dan membuat keputusan. Jangan belum apa-apa langsung menolak dan tidak percaya.

Matahari bercahaya.
Menyinari seluruh dunia.
Yesus Kristus Tuhan kita.
Sungguh Allah sungguh manusia.

Cawas, menanti senja…
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr