GAJAH mati meninggalkan gading. Harimau mati meninggalkan belulang. Manusia mati meninggalkan nama. Nama itu akan diingat dengan dua karakter, baik atau buruk.

Jika perbuatannya di dunia itu membawa kebaikan banyak orang, maka nama baik akan dikenang. Namun sebaliknya, jika hidupnya di dunia itu hanya bikin susah orang, tebarkan kebencian dimana-mana, maka nama buruk yang dikenangkan.

Sorga atau neraka yang dibangun ya tergantung bagaimana perbuatannya di dunia dilakukan. Sorga atau neraka itu bukan soal nanti kalau kita mati. Tetapi kita hidup di dunia ini sudah bisa membangun keselamatan kita kelak.

Kita mau memilih litani atau pidato macam apa waktu kematian tiba, tergantung bagaimana kita menjalani hidup di dunia. Tetapi homili atau pidato kematian itu tidak jujur. Yang disebut hanya puji-pujian dan sanjung-sanjungan.

Ketika Yesus akan berpisah dengan murid-murid-Nya, Ia berdoa kepada Bapa-Nya, “Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk Kulakukan.”

Kemuliaan di sorga itu bagi Yesus adalah dengan melaksanakan pekerjaan yang Bapa berikan. Pekerjaan-pekerjaan di dunia ini kita lakukan demi kemuliaan Allah.

Begitulah Santo Ignatius Loyola merumuskan tujuan manusia diciptakan pertama-tama adalah untuk memuji dan memuliakan Allah. Orang rela hidup menderita, jika dengan itu nama Allah dimuliakan.

Orang memilih sakit daripada sehat, kalau dengan itu ia bisa memuliakan Allah. Orang berani hidup miskin, daripada banyak harta namun tidak bisa memuliakan Allah. Harta itu hanya titipan, nyawa itu hanya pinjaman.

Bagi Yesus yang utama adalah menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan Allah. Ia mewartakan nama Allah kepada mereka yang percaya. Allah itu mengasihi orang miskin.

Allah itu mengampuni orang berdosa. Allah itu menyembuhkan orang sakit. Allah itu menguatkan orang putus asa. Allah itu berpihak pada yang kecil. Allah itu teman bagi yang berdukacita.

Kita tinggal memilih mau ikut Yesus atau ikut setan. Membangun sorga atau terperosok ke neraka. Berbuat baik atau berbuat jahat. Meninggalkan nama baik atau dikenang karena kejahatan kita? Apa yang kita lakukan kini menentukan kemuliaan kita kelak.

Orang disuruh sabar diam di rumah sendiri.
Malah jalan-jalan pergi ke sana ke mari.
Sorga dan neraka bukan urusan nanti.
Tergantung bagaimana kita hidup di dunia ini.

Cawas, sabar….sabar….
Rm. A. Joko Purwanto, Pr