RAMBO, The last Blood diputar di bioskop hari-hari ini. Rambo adalah mantan pasukan khusus Amerika yang dikirim ke medan-medan pertempuran ganas seperti Vietnam dan Afganistan.
Dia masih selalu terbayang pengalaman masa lalu dengan situasi peperangan. Kegagalan menyelamatkan orang-orang yang dicintai membuat dendamnya selalu membara.
Di halaman rumahnya dia membuat lorong-lorong jebakan seperti di medan perang. Ketika gadis keponakannya, Gabriela, mati di tangan mafia narkoba dan woman trafficking, hatinya meradang ingin membalas dendam.
Ia kejar bos mafia itu sampai di Mexico. Dia pancing semua penjahat itu masuk di pekarangannya yang penuh dengan jebakan.
Ketika bos mafia itu tinggal sendiri, Rambo menghujamkan pisau di dadanya dan memotong jantungnya, sambil berkata, “Rasakanlah bagaimana rasanya kehilangan.”
Injil hari ini menceritakan tentang Herodes Antipas, anak dari Herodes Agung. Herodes Agung mati dan kerajaannya dibagi kepada empat anaknya, termasuk Herodes Antipas.
Dialah yang memenjarakan Yohanes Pembaptis dan memenggal kepalanya. Pembunuhan ini membuat hatinya selalu diliputi kecemasan.
Bayangan kematian Yohanes Pembaptis yang dipenggal kepalanya selalu menghantuinya.
Maka ketika Yesus dan murid-muridNya tampil berkarya di muka umum, Herodes takut. Ia mendengar berita ada orang yang tampil seperti Yohanes Pembaptis.
Padahal dia telah memenggal kepalanya. Herodes kawatir, jangan-jangan Yohanes Pembaptis hidup kembali. Berita tentang Yesus tersiar kemana-mana.
Mereka berkata, Yohanes telah bangkit. Ada lagi yang berkata, Elia muncul kembali atau seorang nabi dari zaman dahulu telah bangkit.
Herodes dibayangi ketakutan masa lalu. Kehadiran Yesus mengancam dan mengusik ketenangan hidupnya.
Ia ingin memastikan dan berusaha untuk dapat bertemu dengan Yesus.
Ketika kita tidak bisa berdamai dengan masa lalu, hidup kita akan diwarnai kecemasan. Pengampunan dan menerima masa lalu adalah cara untuk membuang ketakutan-ketakutan.
Seperti Rambo, Herodes, mereka belum bisa menerima masa lalunya yang kelam. Yang muncul adalah dendam kesumat, yang terus menghantui.
Marilah kita berdamai dengan diri kita dan kita peluk masa lalu sebagi bagian hidup.
Milikilah pengampunan dan penerimaan, supaya hati menjadi damai dan tentram.
Kalau ibukota sudah pindah ke Kalimantan
Pasti listrik tidak pernah lagi padam
Lebih baik punya hati yang penuh pengampunan
Daripada setiap hari menyimpan dendam
Cawas, suatu pagi yang cerah
Rm. A. Joko Purwanto Pr