SETELAH permainan dadu selesai, Pandawa diusir dari negaranya dan harus hidup di hutan selama duabelas tahun.

Semua harta, tahta, wanita ludes habis dipertaruhkan dalam permainan. Pandawa dibuang dan harus menderita dalam pengembaraan, “dadi sudra sampali”.

Yang setia menemani mereka adalah Kunti sang ibu, dan Drupadi, istri Yudistira. Sebelum melepas mereka, Kresna bertanya kepada Drupadi, “Bagaimana rasamu harus mengikuti suami yang menderita dan dibuang di tengah hutan?”

Drupadi wanita yang lembut hati itu menjawab, “Cintaku tak sedikit pun berubah. Justru sekarang aku makin melihat Yudistira yang sesungguhnya. Kasihku tidak didasari pada harta, kuasa atau kedudukan seseorang. Aku akan mengikutinya sampai akhir, walau harus menderita sekali pun.”

Hari ini Yesus berkata, “Setiap orang yang mau mengikut Aku, harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya.”

Drupadi adalah perempuan yang sadar akan hal itu. Ia mengikuti suaminya meskipun harus menderita di hutan.

Cintanya kepada suami justru makin bersinar cemerlang ketika suaminya tidak lagi memiliki segalanya. Yudistira tidak punya kuasa dan kerajaan lagi.

Semuanya hilang musna saat kalah dalam permainan dadu dengan Kurawa. Ia dihina, diejek, dicemooh dan direndahkan oleh musuhnya.

Tetapi Drupadi tetap menerima Yudistira dan mengikutinya dalam penderitaan di hutan. Ia ikut memikul penderitaan suami tercinta.

Prasarat untuk menjadi murid Yesus ditentukan bukan untuk mengikuti Yesus yang telah bangkit, tetapi dari kesetiaan kita menyangkal diri dan memikul salib setiap hari.

Orang sering menegasikan salib Kristus. Yang dikejar adalah Kristus yang bangkit. Yang dicari adalah kesuksesan, kebangkitan, keberhasilan, kemewahan. Tetapi saat jatuh, ia menyalahkan Tuhan.

Teman sejati bukan orang yang mengerubungi kita saat sukses, berhasil, di puncak, kaya-raya. Teman sejati adalah mereka yang datang pertama kali dan menemani kita saat jatuh, terpuruk, menderita, susah dan tak jadi apa-apa.

Maukah kita mengikuti Yesus dengan memanggul salib kita setiap hari?

Membeli jagung rebus setelah misa.
Untuk sarapan di pagi hari.
Kalau kita mau menjadi muridNya.
Harus bisa memikul salib dan menyangkal diri.

Cawas, menghormati masa puasa tidak ada pesta.
Rm. A. Joko Purwanto Pr