WAKTU itu saya turne ke stasi Sebuak di Paroki Nanga Tayap. Saya singgah di rumah ketua stasi, Pak Agus namanya. Dia buka warung kecil di rumahnya.

Beberapa kali ada pembeli datang ke rumahnya, “Mak, kenapa warungnya tutup, kami mau beli kebutuhan.” Bu Agus menjawab dari dalam rumah, “Maaf ya bu, kami mau sembahyang dulu. Warungnya tutup dulu.”

Saya bertanya kepada Bu Agus, “Kenapa gak dilayani dulu, kan itu rejeki datang.”
Kata Bu Agus, “Ah rejeki bisa dicari Romo. Tetapi sabda Tuhan itu rejeki hidup untuk selamanya.”

Saya menjawab, “Apa gak rugi kalau hari Minggu tutup karena sembahyang ke gereja?” “Tidak Romo, Tuhan sudah memberi rejeki yang lebih berguna untuk hidup kami.” Katanya.

Orang banyak mencari Yesus ke Kapernaum setelah mereka dikenyangkan dengan roti untuk lima ribu orang laki-laki. Yesus mengetahui motivasi mereka.

Ia berkata, “Sesungguhnya kamu mencari Aku bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang. Bekerjalah, bukan untuk makanan yang dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal.”

Keluarga sederhana itu mengajari saya untuk mensyukuri apa yang diberikan Tuhan. Untuk apa memperoleh banyak harta tetapi hatinya tidak tentram?

Maka Yesus menasehati orang-orang, “Bekerjalah, bukan untuk makanan yang dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai ke hidup kekal.”

Keluarga itu memberi insight pada saya bahwa Sabda dan Ekaristi jauh lebih penting daripada harta duniawi.

Apakah yang kita kejar selama ini? Harta kekayaan? Kemewahan? Popularitas? Kekuasaan? Semua itu akan musnah, hilang lenyap. Namun sabda Tuhan kekal abadi selamanya.

Marilah kita melakukan pekerjaan yang membawa keselamatan kekal, yakni percaya kepada Yesus Utusan Allah.

Mulut bernyanyi riang tanda sukacita.
Bokong megal megol sambil mencuci panci.
Apalah artinya kita mengejar harta dunia.
Jika kita tidak selamat di akherat nanti.

Cawas, bergoyang-goyang riang…
Rm. A. Joko Purwanto Pr