“On Eternal Patrol”

TRADISI kemaritiman sungguh agung dan bermakna dalam sekali. Bersama dengan gugurnya para patriot TNI AL dalam kapal selam Nanggala 402 dengan 53 awak di laut utara Bali pada 21 April yang lalu, kita berduka tetapi ada rasa bangga dengan para prajurit yang gugur dalam tugas.

Tradisi kelautan mengatakan bahwa mereka tidak hilang atau missing, tetapi mereka On Eternal Patrol, yaitu melakukan patroli selamanya di tengah samudera tanpa pernah kembali ke base camp atau pelabuhan.

Suatu tugas mulia untuk menghormati mereka yang gugur dan tidak diketemukan. Prajurit angkatan laut melakukan tugasnya sampai akhir dengan gagah berani di tengah lautan luas.

Mereka tidak memakai istilah “Rest in Peace” atau meninggal dunia, tetapi prajurit AL bilang, “Fair Wind and Following Seas.” Ungkapan itu berarti selamat berlayar dan mengarungi samudera yang tenang dan damai.

Mereka tidak meninggal tetapi mengarungi lautan dengan tenang dan indah. Istilah yang bermakna dalam dan bikin merinding.

Ini adalah salam hormat bagi para pelaut yang melakukan tugas dengan berani dan penuh tanggungjawab. Ini adalah ungkapan toast atau salam kebanggaan saat memulai pelayaran, uji coba kapal, masa pensiun hingga pemakaman prajurit AL.

Pekerjaan mereka menunjukkan sikap tanggungjawab dan siapa mereka sejatinya.

Yesus ditanya oleh orang-orang Yahudi, apakah Dia benar-benar Mesias? “Katakan terus terang kepada kami.” desak mereka.

Yesus tidak menjawab langsung tetapi Dia menunjukkan pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan-Nya yang memberi kesaksian siapa Dia sesungguhnya.

“Aku telah mengatakannya kepada kamu, tetapi kamu tidak percaya; pekerjaan-pekerjaan yang Kulakukan dalam nama Bapa-Ku itulah yang memberi kesaksian tentang Aku.”

Sebagaimana prajurit Angkatan Laut melakukan tugasnya di lautan dengan penuh tanggungjawab dan keberanian, begitu pun Yesus yang berasal dari Bapa melakukan tugas-Nya atas nama Bapa.

Pekerjaan-pekerjaan itulah yang menunjukkan kualitas pribadi-Nya. Yesus meyakinkan mereka, “Aku dan Bapa adalah satu.”

Pekerjaan-pekerjaan kita menunjukkan siapa diri kita sesungguhnya. Kalau kita ini citra Allah, maka semestinya kita melakukan apa yang dikerjakan Allah.

Para awak Nanggala 402 memberi teladan tentang apa yang semestinya dilakukan sebagai manusia sejati. Tugas mereka sampai gugur di lautan menunjukkan jiwa maritim sejati.

Pekerjaan Yesus yang melakukan kehendak Allah menunjukkan bahwa Dia adalah Anak Allah. Dia mati untuk melakukan kehendak Allah, menebus seluruh manusia dan alam semesta.

Mari kita tunjukkan siapa kita dengan menuntaskan pekerjaan-pekerjaan kita demi kebaikan bersama.

Hormat salam bagi awak Nanggala.
Gagah berani berlayar menuju keabadian.
Siapa diri kita yang sesungguhnya,
Nampak dari apa yang selalu kita kerjakan.

Cawas, semoga damai abadi….
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr