FILM ini bercerita tentang guru pengganti bernama Wei Minshi. Ia terpaksa menggantikan Pak Guru Gao yang harus pulang ke desanya karena ibunya sakit keras. Di desa itu hanya Wei saja yang pernah sekolah kendati tidak lulus SMP.
Kepala desa menjanjikan kepadanya gaji 50 yuan kalau Pak Gao kembali. Ada banyak nasehat bagaimana ia harus mengajar anak-anak. Pesan penting yang dijadikan judul film ini adalah, “Saat saya kembali saya mau tak satu pun murid pergi dari sekolah ini. Apabila saat saya pulang nanti semua murid saya masih ada, kamu boleh meminta 50 Yuan pada Kepala Desa,” kata Pak Guru Gao.
Ketika ada pencari bakat dari kota ingin mengambil satu anak yang pandai berlari, untuk disekolahkan di kota, Wei ngotot menolaknya. Chang Hui Khe, anak laki-laki paling bandel keluar dari sekolah dan cari kerja di kota.
Bu Guru kecil ini bersama murid-murid lain berusaha mengumpulkan uang untuk bisa mencari Chang Hui Khe di kota. Perjuangan mencari murid yang pergi inilah yang mengharukan. Ia ingin muridnya kembali menjadi satu dan tak seorang pun hilang.
Yesus berdoa kepada Bapa, “Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu yang telah Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu sama seperti kita. Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku. Aku telah menjaga mereka dan tidak seorang pun dari mereka yang binasa selain dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci.”
Yesus mengerti bahwa sepeninggal-Nya pasti ada banyak kesulitan dan penderitaan bagi para murid. Mereka akan tercerai berai. Maka Yesus berdoa bagi mereka agar mereka bersatu.
Yesus minta kepada Bapa-Nya agar melindungi mereka. “Aku tidak meminta supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari yang jahat.”
Seperti sebatang sapu yang terdiri dari banyak lidi tetap kuat jika bersatu dengan “suh” atau pengikatnya, demikian pun Yesus berharap para murid-Nya tetap bersatu dalan nama-Nya.
Marilah kita menjaga kerukunan dan persatuan agar kita tetap kuat, kompak dan bermanfaat. Sebagaimana doa Yesus, “supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita.”
Keluarga utuh negara kukuh Gereja “bakuh”. Keluarga utuh masyarakat “pengkuh” atau kuat selamat. Mari kita bangun kerukunan dan persatuan di dalam keluarga.
Bangun subuh, mandi airnya keruh.
Keluarga runtuh, negara bisa jatuh.
Cawas, menjahit baju sobek….
Rm. A.Joko Purwanto, Pr