WAKTU menjadi frater di Tahun Rohani Jangli, kami diajari membuat roti oleh suster-suster Elisabet. Kami diajari bagaimana mencampur tepung dan ragi, sedikit garam dan air secukupnya, berapa ukuran yang tepat untuk membuat roti.

Untuk membuat roti dibutuhkan bahan: 250 gram Tepung Terigu Protein, 5,5 gram / 0,5 sachet Ragi Instan, 30 gram / 2 sdm Margarin, 15 gram / 1 sdm Susu Putih Bubuk, 45 gram / 3 sdm Gula, 1 sdt Garam, 1 Butir Telur Ayam dan 250 ml Air Mineral.

Almarhum Rm. Suparyono dulu pandai bikin roti tawar ini. Dia selalu berhasil membuat roti bisa mengembang. Buatan saya tidak mengembang bahkan mengkal.

Romo Par bilang, “kamu kurang kalis atau kurang merata mengaduknya. Dua tangan dipakai untuk mengaduk dengan kekuatan penuh. Sampai adonan itu kenyal.” Katanya memberitahu rahasianya.

“Adonan yang sudah merata didiamkan dan ditutup dengan kain selama tiga puluh menit.” Dia menasehati saya. Setelah beberapa kali latihan, akhirnya berhasil juga membuat roti tawar.

Hari ini Yesus memberi perumpamaan lagi tentang biji sesawi yang ditabur dan tumbuh berkembang menjadi pohon yang bercabang-cabang. Juga ada perumpamaan tentang ragi yang diaduk di dalam tepung dan membuat adonan menjadi mengembang.

Yesus tidak menjelaskan apa-apa. Mungkin Yesus berharap kepada kita yang menjadi murid-Nya untuk dapat menjadi ragi.

Jika Kerajaan Allah diumpamakan ragi, kita yang adalah anak-anak Kerajaan diminta untuk membuat tepung menjadi mengembang.

Tepung bisa diartikan dunia. Ragi atau kita sebagai anak-anak Kerajaan diutus masuk ke dunia dan mengembangkan dunia agar dapat menjadi roti yang enak.

Agar kita dapat mengembangkan dunia, seperti ragi yang kamir di dalam adonan, kita pun diharapkan bisa “manjing ajur ajer” di dalam dunia. Kita merasuki segala bidang kehidupan.

Misalnya, orang Katolik harus masuk ke dunia politik. Bidang politik harus diberi ragi supaya nilai-nilai Katolik mewarnai dunia kita.

Ada banyak bidang kehidupan yang bisa kita masuki. Sekarang bukan hanya dunia nyata yang butuh ragi, dunia maya atau media sosial pun butuh ragi kristiani.

Nilai-nilai Injil bisa dimasukkan untuk menyucikan semua bidang kehidupan kita. Maukah kita menjadi ragi yang bisa memberi kebaikan dan mengembangkan?

Ingat penerbangan dari Abu Dhabi.
Selimut biru jadi penghangat badan.
Murid Kristus harus menjadi ragi.
Membuat dunia menjadi nyaman.

Cawas, kurikulum….
Rm. A. Joko Purwanto, Pr