Sumur

Monsinyur Sunarka SJ adalah orang yang ahli mencari sumber air. Banyak orang atau lembaga yang ingin membuat sumur dibantu mencarikan sumber air yang tidak akan kering.

Beliau sering diundang kemana-mana untuk mencari mata air. Kini beliau sudah kembali ke sumber kehidupannya. Tetapi sumber air atau sumur yang dihasilkan beliau tak pernah habis airnya, terus mengalir sepanjang waktu.

Hidup Monsinyur Narka itu juga seperti sumur. Beliau selalu memberi. Banyak orang datang untuk menimba pengalaman hidup dari beliau. Seperti sumur, walaupun setiap hari ditimba airnya, ia tidak kehabisan tetapi justru makin deras dan besar airnya.

Monsinyur Narka sangat ramah, “menyedulur” dan murah hati dengan siapa pun. Walaupun ada orang membuang sampah ke dalam sumur sekalipun , ia “lega lila” dan sabar menerimanya. Siapa pun tanpa pandang status diterimanya dengan gembira.

Ada di dekat beliau, hati rasanya tentram, ayem dan aman. Seperti sumur atau sumber air, begitulah pribadi Monsinyur Sunarka. Selamat jalan Monsinyur. Bapak uskup sudah menemukan sumber air sejati.

Anak-anak zaman sekarang mungkin tidak mengenal sumur timba. Sekarang sumur sudah banyak pakai mesin, tidak harus menimba air di sumur.

Waktu masih di desa dulu tugas saya tiap pagi adalah menimba air untuk mengisi bak mandi sebelum berangkat sekolah.

Salah satu sifat sumur adalah pemberi. Ia diambil terus tetapi tidak kehabisan. Sifat kedua adalah terbuka. Kalau sumur tertutup rapat, airnya akan bau dan tidak sehat. Sifat ketiga dari sumur adalah murah hati. Ia rela berkorban, diambil untuk aneka keperluan hidup.

Hari ini Yesus memberi syarat menjadi murid bagi mereka yang mau mengikuti-Nya. Para murid diminta untuk mengasihi-Nya lebih dari segalanya.

Mereka harus mau berkorban memanggul salibnya, berani kehilangan nyawa dan mau memberi kepada orang lain.

“Barangsiapa memberi air sejuk secangkir saja kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia murid-Ku, ia tidak akan kehilangan upahnya.”

Air adalah lambang kehidupan. Memberi air secangkir saja kepada orang lain berarti memberi kehidupan bagi mereka.

Menjadi murid Yesus berarti tidak boleh egois hanya mementingkan diri sendiri. Yesus mengajak kita untuk berani memanggul salib, berkorban dan memberi diri. Mari kita menjadi sumur bagi orang lain.

Air di sumur “kimplah-kimplah”
Lubang sumurnya seluas tampah
Marilah kita menjadi berkah
Berkat Tuhan akan selalu melimpah

Cawas, pengin naik moge….
Rm. A. Joko Purwanto, Pr