DUNIA ini panggung sandiwara. Ceritanya mudah berubah
Kisah Mahabarata atau tragedi dari Yunani. Setiap kita dapat satu peranan
Yang harus kita mainkan.

Ada peran wajar ada peran berpura pura
Mengapa kita bersandiwara. Mengapa kita bersandiwara

Itulah sepenggal syair lagu milik Ahmad Albar yang masih populer sampai sekarang.

Dunia ini adalah panggung sandiwara yang menampilkan banyak peran kemunafikan dan kejujuran, suka duka, sedih dan bahagia, tangis dan tawa, gagal dan sukses.

Banyak sekali topeng-topeng peran yang kita mainkan. Peran kemunafikan lebih banyak naik panggung kehidupan. Cerita atau kisah hidup manusia mudah sekali berubah.

Melihat realitas hidup di tengah masyarakatnya sendiri, Yesus mengecam perbuatan kemunafikan orang Farisi dan ahli kitab.

Mereka digambarkan seperti kuburan yang dilabur putih. Sebelah luarnya memang tampak bersih, tetapi sebelah dalamnya penuh tulang belulang da pelbagai jenis kotoran.

Misalnya di balik gemerlapnya artis-artis papan atas, ternyata pecandu narkotika. Di balik kehidupan yang glamour para selebriti ternyata tersembunyi perilaku menyimpang dan amoral.

Orang mempertontonkan sikap dermawan, rasa sosial yang tinggi, ternyata hasil korupsi. Dunia ini memang panggung sandiwara.

Akhirnya benar kata-kata ini, “Becik ketitik, ala ketara. Wong sing ndhisiki tumindak ala bakal sirna ing tembe mburine.”

Artinya, orang benar akan terpapar, orang jahat akan sekarat pada akhirnya. Setiap sandiwara kehidupan akan terkuak pada saatnya. Tidak akan ada barang atau perbuatan yang tersembunyi.

Yesus mengajakan kepada kita, “Bersihkanlah lebih dahulu sebelah dalam cawan itu, maka sebelah luarnya juga akan bersih.”

Bongkarlah kuburan sebelah dalamnya maka nanti luarnya juga akan dibersihkan. Itu berarti bertobatlah mulai dari dalam diri sendiri lebih dahulu.

Hilangkanlah kemunafikan dari hatimu, maka akan muncul sikap ketulusan dan kejujuran. Berani hidup menjadi diri sendiri dan apa adanya.

Itu tidak mudah. Tetapi lebih baik mulai dari sekarang daripada kita terlambat.

Beyes itu anaknya buaya
Kalau bulus itu mirip kura-kura
Lebih baik hidup apa adanya
Daripada memakai topeng yang pura-pura

Cawas, suatu senja
Rm. A. Joko Purwanto Pr