“Agustinus dan Gadis Bijaksana”

HARI ini gereja memperingati Santo Agustinus, Uskup Hippo. Ia menjalani dua fase kehidupan yang sangat kontras. Masa mudanya dikenal sebagai “anak nakal” yang memburu nafsu seksual ala Romawi.

Pada usia 19 tahun ia kumpul kebo dengan wanita di Kartago dan punya anak bernama Adeodatus. Ibunya menjodohkan dia dengan seorang gadis berusia 10 tahun.

Ia harus menunggu dua tahun karena usia bagi seorang gadis untuk bisa menikah adalah 12 tahun. Ketika waktunya tiba, ia memutuskan meninggalkan gadis itu dan memilih menjadi imam selibat.

Perjumpaannya dengan Ambrosius, uskup Milan sangat mengubah hidup Agustinus. Bukan karena Ambrosius seorang uskup, ahli retorika, pengkotbah ulung, guru hebat, tetapi karena sikap keramahan dan kebapaannya, yang membuat Agustinus sangat terkesan.

Hal ini bisa dilacak dari tulisan Agustinus. Dalam Pengakuan-Pengakuan Bab X-XIII, Agustinus menulis, “Abdi Allah itu menerimaku dengan sikap kebapakan, dan sebagai seorang uskup sejati dinyatakannya kesenangannya akan pemindahan saya.”

Hubungan mereka segera berkembang, sebagaimana Agustinus menuliskannya, “Begitulah aku mulai merasa sayang kepadanya, meskipun mula-mula bukan sebagai seorang guru kebenaran yang sama sekali sudah tidak kuharapkan dari Gereja-Mu, melainkan sebagai orang yang ramah terhadapku.”

Perjumpan itu mengubah Agustinus dari orang bodoh yang mengejar nafsu duniawi menjadi orang saleh yang mengejar hidup surgawi. Pada usia 33 tahun ia menemukan hidup baru, dibaptis pada malam Paskah oleh Ambrosius. Ia menulis dalam bukunya,

“Betapa lambat aku akhirnya mencintai-Mu, Oh Keindahan lama yang selalu baru, betapa lambat Kau kucintai! Ketika Engkau berada di dalam diriku, aku malah berada di luar, dan di luar sanalah Kau kucari. Aku, yang tidak layak dicintai ini, melemparkan diri ke antara hal-hal indah yang Kau ciptakan.
Dahulu Engkau bersamaku, namun aku sendiri malah tidak bersama-Mu.
Segala hal itu membuatku terpisah daripada-Mu; yang jikalau tidak ada dalam diri-Mu, sesungguhnya semua itu bukanlah apa-apa!”

Perumpamaan Yesus tentang lima gadis bodoh dan lima gadis bijaksana dapat menggambarkan kehidupan Agustinus. Sebelum mengenal kekristenan, ia seperti gadis bodoh.

Tetapi sesudah bersatu dengan Kristus, ia seperti gadis yang bijaksana. Ia membawa pelita dan minyak menyongsong Sang Mempelai. Hidup, karya dan ajaran-ajaran St. Agustinus seperti pelita yang memberi terang kepada gereja sampai saat ini.

Skenario film ikut sang sutradara.
Sangat ampuh terbukti hasilnya.
Santo Agustinus jadi teladan kita.
Berani bertobat dan mengubah hidupnya.

Cawas, taman anggrek….
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr