Tak lela, lela, lela ledung (Mari kutimang-timang engkau anakku)
Cup meneng aja pijer nangis (cup cup jangan terus menangis)
Anakku sing ayu (bagus) rupane ( engkau anakku yang paling cantik/ganteng)
Yen nangis ndak ilang ayune (Kalau nangis akan hilang cantik/gantengnya)

Tak gadhang bisa urip mulya (kudambakan agar engkau hidup mulia)
Dadiya wanita (pria) utama (semoga jadi wanita/pria utama)
Ngluhurke asmane wong tuwa (mengharumkan nama baik orangtua)
Dadiya pendhekaring bangsa (Jadilah pendekar bangsa)

LAGU Waljinah itu mengalun merdu menentramkan hati. Rasanya seperti seorang anak di dekapan seorang ibu. Aman, tentram, tenang dan damai. Lagu itu sering terdengar di saat ibu sedang menidurkan anaknya atau ketika anak sedang sedih gundah gulana, ibu akan menghibur dan menina-bobokan si anak dengan lagu penuh nasehat itu. Trenyuh hati ini mengingat masa-masa kecil di gendongan ibu.

Ketika kita belum menjadi siapa-siapa, ibu sudah punya “gegadhangan” cita-cita dan dambaan hati, agar anaknya hidup mulia. “Tak gadhang bisa urip mulya” menjadi wanita atau pria utama, yang dapat mengharumkan nama orangtua yang telah mendidik dan memeliharanya. “Dadiya pendhekaring bangsa” Semoga anaknya dapat berguna bagi nusa dan bangsa.

Simeon, seorang yang benar dan saleh hidupnya menyambut kedatangan Yesus Mesias, yakni Dia yang terurapi Tuhan dengan sukacita. Ia menatang-Nya sambil memuji Allah. “Mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel.”

Kidung Simeon itu adalah doa dan dambaan hati orangtua yang mengharapkan keselamatan bagi bangsa Israel dan seluruh umat manusia. Ia mengharapkan Sang Mesias itu menjadi jalan keselamatan seluruh bangsa dan terang bagi bangsa lain dan kemuliaan bagi Israel. Kidung Simeon itu mirip seperti kidungnya Waljinah.

Kita bisa mengenang bagaimana orangtua punya dambaan bagi kita, anaknya. Apa harapan dan cita-cita orangtua terhadap kita? Sudahkah kita mewujudkan harapan dan cita-cita itu?
Mendengar lagu itu rasanya seperti baru kemarin sore kita ditimang-timang oleh ibu dan kini kita tersadar belum memenuhi dambaan orangtua kita. Tidak ada kata terlambat untuk memenuhi harapan dan dambaan orangtua.

Anggrek bulan indah bermekaran.
Jadi hiasan di kamar pengantin.
Tiap orangtua selalu punya dambaan.
Anaknya bahagia lahir dan batin.

Cawas, tidur di kursi depan…..
Rm. Alexandre Joko Purwanto,Pr