Lukas 4: 21-30

Self Centered

BELUM lama ini Pulau Kalimantan menjadi viral karena ada orang membuat komentar bahwa Kalimatan adalah tempat “Jin buang anak.”

Sontak saja ucapan itu membuat marah masyarakat Kalimantan.

Orang sering terjebak memandang yang lain hanya dari kacamata sendiri. Lalu “keprucut” dari mulutnya penilaian yang merendahkan atau menghina orang lain.

Akibatnya banyak orang marah, protes dan tidak senang.

Merasa diri menjadi pusat segalanya disebut kepribadian self centered. Orang yang berkepribadian self centered merasa diri paling menentukan, paling benar, pusat perhatian, harus didengarkan. Ia tidak peduli pada orang lain atau lingkungan.

Pribadi self centered akan terbiasa menjadi orang yang mudah meremehkan segala sesuatu. Dia akan dianggap pribadi yang sombong karena suka melecehkan atau menghina yang lain.

Pribadi self centered cenderung individualis dan tidak mau mendengarkan pendapat lain. Hanya pendapatnya sendiri yang paling benar. Suka mengkritik tetapi tidak suka kalau dikritik.

Self centered hanya melihat dari otaknya yang kecil, padahal alam semesta ini sangat luas membentang.

Orang-orang Nasaret tempat Yesus dibesarkan menjadi kelompok tertutup yang tidak mau melihat kebaikan dan kemajuan.

Mereka heran dengan kata-kata indah yang diucapkan Yesus. lalu mereka melecehkan Dia dengan berkata, “Bukankah Dia ini anak Yusuf?”

Mereka tidak menghargai Yesus karena mereka tahu latar belakang-Nya. Hanya anak tukang kayu, orang miskin dan bukan golongan terpandang. Mereka meremehkan dan menolak-Nya.

Ketika Yesus mengkritik ketidakpercayaan mereka, orang-orang itu marah. Orang self centered marah kalau dikritik. Mereka merasa diri paling benar.

Yesus menunjukkan fakta mengapa Elia dan Elisa tidak membuat mukjijat di Israel? Karena mereka tertutup dan tidak percaya.

Kritikan itu membuat semua orang di rumah ibadat itu marah dan menghalau Yesus keluar kota.

Jangan menjadi pribadi self centered karena orang akan cenderung tidak menghargai, bahkan membenci.

Karena sikap egois, sombong dan merasa paling benar dari pribadi self centered ini, orang justru akan menjauhi, ambil jarak dan tidak mau membantu.

Hal yang paling menyedihkan dalam persahabatan jika kita dikucilkan dari teman-teman dekat. Orang lebih suka menghindar jika bertemu dengan orang berkepribadian self centered.

Andaikata orang-orang Nasaret itu tidak sombong, merasa diri paling hebat, bisa jadi ada penyembuhan atau mukjijat yang dibuat Yesus. Karena sikap self centered mereka, Yesus hanya berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi.

Mari kita membuka diri terhadap banyak nilai di dunia yang sangat luas ini. Jangan terkungkung pada pengetahuan kita yang terbatas dan kecil ini.

Kalau mau makan gudeg pergilah ke Jogja.
Cari babi panggang Karo ada di Medan sana.
Indonesia ini sangat kaya dengan ragam budaya.
Mari kita saling menghargai sebagai saudara.

Cawas, mari saling menghargai…
Rm. A. Joko Purwanto, Pr