NASRUDIN pergi ke pasar bersama anaknya menjual keledai. Mereka menuntun keledainya. Orang-orang di jalan berseloroh, “Orang tolol pergi jauh kok keledainya hanya dituntun, kan bisa dinaiki.”
Mereka berdua lalu naik ke punggung keledai. Ibu-ibu di jalan berkomentar, “Mereka itu keterlaluan, keledai kecil gitu kok dinaiki dua orang kuat. Apa tidak kasihan keledainya.” Lalu Nasrudin turun. Anaknya yang naik keledai.
Orang-orang berkomentar, “Anak tidak sopan, bapaknya disuruh berjalan, dia enak-enak naik keledai.” Anaknya turun dari keledai, Nasrudin naik ke atas keledai. Orang-orang berkomentar lagi, “Bapak tak tahu malu, dia tidak kasihan sama anaknya yang kelelahan.”
Nasrudin turun dan berjalan bersama anaknya. Anak itu bertanya, “Apa yang akan kita lakukan pak?” Nasrudin menjawab, “Mari kita gendong bersama keledai ini ke pasar.”
Seperti kebanyakan orang, kita ini sibuk menilai, menghakimi dan mengomentari apa yang dilakukan oleh orang lain. Kalau hanya mengikuti kemauan orang banyak, kita akan bingung sendiri.
Buat ini salah, buat itu salah. Jika ada seratus kepala, maka akan ada seratus pikiran yang berbeda-beda. Orang nonton dalam bahasa Jawa disebut ‘ndelok” bisa berarti “kendel alok” atau hanya pandai berkomentar.
Ketika Petrus dipanggil untuk mengikuti Yesus, Petrus bertanya kepada Yesus tentang nasib Yohanes, murid yang dikasihi Yesus, “Tuhan, apakah yang akan terjadi dengan dia ini?”
Yesus menjawab, “Jikalau Aku menghendaki, supaya dia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu. Tetapi engkau ikutlah Aku.” Petrus diingatkan untuk fokus pada tugasnya yaitu mengikuti Yesus dan tidak perlu mengurusi nasib orang lain.
Kita seringkali sibuk “ngerumpi”, ngurusi orang lain sampai-sampai tugas utama kita terabaikan. Banyak membicarakan orang lain daripada fokus pada tugas kita masing-masing. Orang banyak sibuk mengomentari apa yang dilakukan Nasrudin.
Sebaliknya kalau kita mengikuti Nasrudin, kita akan pusing sendiri mendengar kemauan dan pikiran orang banyak. Kita diingatkan oleh sabda Yesus kepada Petrus, “Tetapi engkau ikutlah Aku.”
Marilah kita fokus pada perutusan kita masing-masing. Kalau ada teman yang sukses, janganlah iri, pelajari dan tirulah dia. Kalau ada teman gagal, jangan dicemooh, tapi lihatlah dirimu dan introspeksi diri, bagaimana kalau kita ada di posisi tersebut.
Kembang tebu jenenge glagah.
Dibawa angin sampai ke Pare.
Wong sing sabar gelem ngalah.
Bakal kasembadan sedyane.
Cawas, tetep kudu sabar….
Rm. A. Joko Purwanto, Pr