BATARA Kresna bertapa tidur di Makambang. Kurawa dan Pandawa berlomba-lomba membangunkan Kresna. Mereka beranggapan siapapun yang ditemani Kresna akan menang perang Baratayuda.
Mereka berebut bisa memboyong Kresna. Doryudana dan Kurawanya tidak berhasil membangunkan. Arjuna berhasil membangunkan Kresna karena dia mengikuti nasehat Semar.
Pamong Pandawa itu menjelaskan bahwa Kresna sedang mejalani “laku ngrogoh sukma.” Untuk itu Arjuna juga diminta melakukan laku tapa yang sama. Doryudana iri karena Arjuna bisa membangunkan Kresna.
Ia dan wadyabalanya memaksa Kresna diboyong ke Hastina. Kresna akhirnya memutuskan mengadakan pemilihan bagi kedua belah pihak.
Doryudana disuruh memiliah antara satu orang Kresna atau seribu raja jajahan. Doryudana lebih memilih seribu raja untuk membantu Baratayuda.
Baladewa marah kepada Doryudana, “Kamu itu raja bodoh. Mengapa memilih seribu raja? Kresna itu Dewa Wisnu, Dewa Kehidupan. Siapapun yang didiami dewanya kehidupan akan mengalami kebahagiaan. Lha kenapa kok memilih seribu raja jajahan yang tidak berguna?”
Bacaan hari ini berkisah tetang sepuluh gadis. Lima yang bodoh dan lima lagi mereka yang bijaksana.
Gadis yang bodoh megira pengantin tidak akan datang pada tengah malam. Gadis yang bijaksana yakin bahwa pengatin bisa datang setiap saat. Mereka meyiapkan segala sesuatunya.
Ketika pengatin tiba-tiba datang, mereka yang bodoh tidak siap. Mereka tidak bisa masuk ke dalam pesta perjamuan nikah.
Perjamuan nikah itu adalah persekutuan manusia dengan Tuhan. Kapan pun Tuhan memanggil kita harus siap setiap saat.
Kita tidak tahu kapan saatnya. Maka kita harus bijaksana menyiapkannya. Kita harus membawa pelita yang selalu menyala.
Orang yang membawa pelita itu ibarat orang yang tekun, mendapat teken, pasti tekan. Tekun seperti gadis yang bijaksana itu teguh kukuh melaksaakan kewajibannya. Teken itu artinya pedoman.
Orang yang pegang teken adalah orang yang mendapatkan pedoman hidup. Setiap orang yang mengikuti pedoman hidup akan sampai (tekan) pada tujuannya.
Marilah kita tekun pada tugas panggilan kita masing-masing supaya kita sampai pada perjamuan nikah Sang Mempelai Agung.
Kita akan punya ibukota
Namanya Penajem Kutai Kertanegara
Marilah kita menjadi orang bijaksana
Yang selalu siap membawa pelita menyala
Cawas, suatu senja
Rm. A. Joko Purwanto Pr