PERTANYAAN orang kepada Yesus, “Sedikit sajakah orang yang diselamatkan?” sebenarnya mewakili pertanyaan kita semua.

Orang itu bisa diisi dengan nama siapa pun dari kita. kalau saya nanti mati, apakah saya akan selamat? Bagaimana hidup sesudah kematian? Apakah saya naik ke surga atau masuk ke neraka? Apakah ada hidup bahagia setelah kematian nanti?

Itu semua adalah pertanyaan-pertanyaan kita. siapa yang mengetahui kehidupan sesudah kematian ini?

Keselamatan itu ibarat memasuki sebuah pintu yang sempit. Begitulah Yesus menjelaskannya. Banyak orang berusaha untuk masuk ke dalamnya, tetapi tidak akan dapat.

Untuk mencapai keselamatan itu ternyata tidak mudah. Orang harus berjuang susah payah. Orang tidak cukup hanya menjadi penonton. Orang-orang itu berkata,

“Kami telah makan dan minum di hadapanMu, dan Engkau telah mengajar di jalan-jalan kota kami.”

Orang tidak cukup hanya menjadi pendengar dan ikut makan dan minum. Kita dituntut untuk menjadi pelaksana sabdaNya.

Ikut makan dan minum itu bisa disamakan sebagai ekaristi. “Engkau telah mengajar” berarti mendengarkan firman. Mengikuti ekaristi dan mendengarkan sabda saja tidak cukup.

Yang penting adalah perwujudannya. Sesudah ikut ekaristi dan mendengarkan sabda itu apa action kongkretnya? Sesudah ekaristi, imam berkata, “Pergilah kalian diutus”.

Sadarkan kita diutus untuk apa? Untuk mewujudkan buah-buah ekaristi dan pewartaan sabda Allah itu. Untuk menjadi pelaksana sabda.

Sabda Allah itu akan mewujud kalau kita berani melakukan tindakan nyata. Tindakan kebaikan itulah yang akan mempengaruhi keselamatan kita.

Dengan kata lain kita tidak boleh hanya jadi penonton. Tetapi harus berani menjadi pelaku firman. Kalau kita tidak mau melaksanakan, maka akan ada yang merebutnya.

Ada orang datang dari Timur dan Barat, dari Utara dan Selatan. Mereka akan duduk makan dalam Kerajaan Allah. Banyak orang sudah antri.

Kalau kita tidak mau, maka akan ada yang terdahulu menjadi terakhir dan yang terakhir menjadi yang terdahulu.

Keselamatan itu harus dikejar, tidak boleh kita hanya santai-santai saja. Kalau kita terlambat, orang lain di belakang kita akan mendahului. Ayo jangan buang kesempatan untuk memperoleh tiket keselamatan.

Ke Klaten membeli sirsat
Jatuh di jalan kakinya sakit
Kalau kita ingin selamat
Jangan tunda berbuat baik

Cawas, suatu malam remang-remang
Rm. A. Joko Purwanto Pr