SETIAP Sabtu pagi, Bu Sastro dan beberapa ibu yang sudah lanjut usia dan lama menjanda berkumpul di samping sakristi gereja Pugeran. Usianya rata-rata sudah 70 tahun ke atas. Dengan berkain kebaya berjalan pelan-pelan ke gereja. Bu Sastro harus menyeberang jalan depan gereja yang ramai lalu lintas. Sambil membawa makanan ringan dari rumah masing-masing, mereka membersihkan alat-alat misa dan mengatur bunga-bunga di altar.

Piala, sibori, candelar dan benda-benda kuningan lainnya dikeluarkan dari sakristi. Mereka bersihkan sampai mengkilat seperti baru lagi. Mereka bekerja dengan sukacita.

Suatu hari saya datang menemani dan bertanya, “Eyang Sastro sampun sepuh kok taksih kersa mbiyantu resik-resik ing sakristi ta?” (Pertanyaan sindiran untuk ibu-ibu muda yang perkasa tetapi sibuk sosialita, sampai lupa “ngambah” gereja).

“Inggih ila-ila namung pengin pados margi dhateng Kraton Dalem Gusti kok Romo.” (Hanya bantu-bantu tak seberapa untuk mencari jalan ke Kerajaan surga Romo). Jawaban penuh kerendahan hati tetapi dalam sekali maknanya.

Membersihkan alat-alat misa itu dihargai sebagai jalan menuju surga. Pekerjaan sederhana tetapi dimaknai sangat mendalam.

Sekecil apapun pekerjaan, jika dimaknai seperti itu, saya percaya pintu surga akan terbuka. Apa pun pekerjaan kita yang baik bisa menjadi jalan menuju ke surga.

Hari ini seorang nabi perempuan yang bernama Hana menyambut kanak-kanak Yesus di bait Allah. Hana sudah lama menjanda dan sangat lanjut umurnya, berumur delapanpuluh empat tahun. Ia tidak pernah meninggalkan bait Allah. Mungkin seperti para eyang-eyang di Pugeran itu. Hana siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa.

Seperti Hana, kita semua menantikan kelepasan menuju Yerusalem surgawi. Dia menemukan Yesus adalah Sang Pembebas itu sendiri. Dia mengucap syukur dan mewartakan kepada semua orang. Ketika kita sudah yakin kepada Yesus, Sang Mesias, kita diajak bersaksi tentang Dia kepada semua orang.

Mari kita mencari jalan menuju surga dengan menekuni pekerjaan kita – apapun profesi kita – dan mau menyambut Kristus penyelamat kita.

Anggrek ungu adalah bunga yang paling indah.
Dipetik dengan hati-hati di tengah hutan.
Tidak ada pekerjaan yang hina atau rendah.
Kalau kita mempersembahkannya kepada Tuhan.

Cawas, segera tiba puncta seri dua…..
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr