SUMATRI ingin melamar menjadi punggawa di Kerajaan Maespati. Dia diberi tiga syarat.
Pertama, melamar Dewi Citrawati untuk menjadi permaisuri Prabu Harjunasasrabahu, kedua mengalahkan seribu raja jajahan.
Dua syarat ini berhasil dijalani. Ia menjadi sombong dan ingin menjajagi kemampuan sang raja. Ia menantang perang. Terjadi perang tanding. Sumantri kalah.
Syarat ketiga memindahkan Taman Kahyangan ke Maespati. Ia tak punya daya. Adiknya, Sukrosono yang berwajah raksasa buruk rupa datang membantu.
Ia meninggalkan Sukrosono karena malu punya adik yang buruk sekali. Ia malu dan meremehkan adiknya yang buruk rupa itu.
Namun adiknya ini punya kemampuan linuwih. Ia berhasil memindahkan Taman Kahyangan ke Maespati.
Allah itu maha adil. Ia mengetahui berapa besar kemampuan kita masing-masing. Maka ada yang diberi lima talenta, dua talenta dan satu talenta.
Allah mengajak kita berproses. Tidak mungkin orang yang kemampuannya satu talenta langsung diberi sepuluh talenta.
Allah ingin agar kita berproses setapak demi setapak. Jika pada tahap awal kita berhasil, maka akan diberi tanggungjawab yang lebih besar.
Proses itu penting. Orang tidak boleh langsung melejit tinggi. Namun berproses sebagaimana kita bertumbuh, dari bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa dan menjadi orangtua.
Manusia saja yang kadang memandang Allah tidak adil. Mengapa saya hanya diberi kemampuan segini, sementara yang lain bisa lebih banyak? Mengapa saya tidak diberi talenta seperti orang itu?
Kacamata kita sering dilapisi sifat iri dan cemburu, sehingga menilai Allah tidak adil.
Allah maha mengetahui. Berapa kemampuan kita sudah diukur olehNya. Dia sudah memperhitungkan segalanya.
Seharusnya kita bersyukur dan bertanggungjawab. Bukan justru karena hanya mendapat talenta sedikit lalu tidak melipatgandakan.
Seperti hamba yang diberi satu talenta, dia menguburkan talentanya dan tidak mengembangkannya.
Seberapa pun talenta yang kita punya, wajib kita mengembangkan menjadi berlipat ganda. Disitulah letak tanggungjawab kita.
Allah tidak melihat jumlahnya. Ia menilai tanggungjawab kita. Yang diberi lima dan yang diberi satu sama-sama tanggungjawabnya.
Kalau yang diberi lima, namun tidak melipatgandakannya juga akan dihukum. Dia juga tidak akan diberi tanggungjawab yang lebih lagi.
Seberapa pun kita diberi talenta, itu adalah anugerah yang harus disyukuri.
Jangan kita selalu memandang ke atas, membandingkan dengan orang yang lebih. Tetapi selalu menunduklah ke bawah, mengaca dengan rendah hati.
Kalau kita berani mengaca ke bawah, kita melihat masih ada orang lain yang lebih susah daripada kita.
Cawas, di suatu seja di musim yag lalu
Rm. A. Joko Purwanto Pr