ORANG-ORANG zaman sekarang senang mengadakan reuni. Dalam reuni sering muncul kisah-kisah mengesankan terpatri sebagai pengalaman indah.

Bahkan peristiwa konyol pun bisa menjadi kenangan indah. Orang akan bercerita tentang pengalaman-pengalaman indah, menggembirakan, memberi semangat dan lucu tak terlupakan.

Pengalaman mendaki gunung bareng teman-teman, camping bersama, piknik, lulus ujian, “menembak pacar baru” atau mendapat pekerjaan bisa menjadi pengalaman penuh kesan yang indah.

Saya pernah naik Gunung Merbabu hanya berdua dengan Rm. Budi Haryana. Pernah juga terjebak badai pasir di daerah “Pasar Bubrah” dekat puncak Merapi.

Pernah salah jalan bersama rombongan di Merbabu. Pernah juga seminggu naik dua gunung bersama Rm. Magniz Suseno yakni Sumbing dan Sindoro.

Namun ketika sudah berada di puncak gunung, segala kelelahan, badan letih terasa hilang karena melihat pemandangan indah di puncak. Lupa segala penderitaan karena terpesona keindahan alam.

Tuhan begitu dekat. Kuasa Tuhan begitu hebat. Manusia hanya satu titik kecil di bentangan alam semesta.

Pengalaman “tremendum et fascinosum” itulah yang dialami ketiga murid, Petrus, Yohanes dan Yakobus ketika diajak Yesus naik ke sebuah gunung.

Mereka mengalami peristiwa yang luar biasa. Yesus berubah rupa dalam kemuliaan. PakaianNya berubah putih berkilauan. Ada Musa dan Elia berbicara dengan Yesus.

Para murid itu sangat terpesona dengan pengalaman indah itu. Petrus mengungkapkan kekagumannya, “Guru, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan sekarang tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia.”

Mereka sampai lupa membangun kemah untuk dirinya sendiri. Memang saking bahagianya, orang bisa lupa diri.

Lupa diri bisa membelokkan arah dan tujuan awal. Yesus tidak ingin tetap tinggal dalam kemuliaan di atas gunung.

Bukan Gunung Tabor tujuan akhirnya, melainkan fokus menuju Gunung Golgota. Para murid diajak kembali ke dunia nyata. Mereka diajak memanggul salib menuju ke Golgota.

Peristiwa transfigurasi itu semacam “icip-icip” mencoba merasakan kemuliaan yang kelak akan diterima jika orang setia memanggul salibnya.

Pengalaman puncak di atas gunung menjadi harapan untuk setia mengikuti Yesus.

Sindoro Sumbing sangat indah dari kejauhan
Awan Merapi terlihat menjulang tinggi
Salib hidup kita adalah jalan panggilan
Hidup bahagia bersama Yesus adalah kepenuhan janji

Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr