by editor | Oct 11, 2019 | Renungan
PERNAH saya datang ke suatu stasi. Ada seorang ibu yang sakit sudah lama. Ia mengeluh sering didatangi arwah atau roh anak kecil di dalam rumahnya.
Arwah itu sering berlari-lari di dalam rumah, keluar masuk ke dalam kamarnya. Saya bertanya, “Apakah ibu punya anak yang sudah meninggal?”
Ia lalu bercerita bahwa pernah mengalami “keguguran”. “apakah dulu anak ini dirawat dengan baik, didoakan dan dibaptis?” Ibu itu mengatakan, “belum romo”, hanya dikubur begitu saja.”
Saya mengusulkan bagaimana kalau kita berdoa di tempat itu. Mereka sekeluarga setuju. Saya mendoakan dan memerciki tempat itu dengan air suci.
Sebulan berikutnya, saya datang lagi ke stasi itu. Ibu itu sudah sehat dan berkata, “Anak kecil itu terakhir menemui saya memakai baju putih dan sambil tersenyum melambaikan tangannya.” Sejak itu dia tidak pernah datang lagi. Ibu itu merasa senang dan lega.
Yesus menjawab tuduhan orang-orang bahwa Ia mengusir setan dengan kuasa koordinator setan, yakni Beelzebul.
Tidak mungkin sesama setan berantem. Tidak mungkin sesama setan saling melempar batu ke muka temannya. Itu namanya devide et impera.
Pastilah setan-setan kecil tunduk kepada koordinator lapangan (korlap) setan yang lebih kuasa.
Setan-setan itu tunduk dengan kuasa Allah. Yesus hadir membawa kuasa Allah. Yesus tidak memanfaatkan koordinator setan.
Yesus adalah Anak Allah. Ia lebih berkuasa daripada setan-setan. Banyak dari mereka itu tahu siapa sesungguhnya Yesus.
Kuasa Allah sendirilah yang hadir dalam diri Yesus, yang mampu mengusir roh-roh jahat dan setan-setan itu.
Dalam Injil hari ini, kita diajak percaya kepada kuasa Yesus yang berasal dari Allah itu.
Jika kuasa Allah ada, kita tidak dikuasai kegelapan, tetapi kegembiraan, sukacita dan kedamaian. Jika kuasa Allah itu meraja atas kita, kita tidak akan takut oleh apa pun juga.
Marilah kita mendekat kepada Yesus, supaya kuasa Allah juga melindungi kita. Marilah kita datang kepada Yesus, supaya kita tidak ditarik oleh kuasa setan yang sering menggoda kita.
Singgah di rumah Ignasius de Loyola
Menikmati puri-puri gaya Spanyolan
Jika hati kita penuh berkat dan gembira
kuasaNya akan melindungi kita dari pencobaan
Burgos – Loyola, Spanyol
Rm. A. Joko Purwanto Pr
by editor | Oct 10, 2019 | Renungan
BANYAK pengalaman saya dalam doa sering dikabulkan. Terus terang saya sering berdoa melalui Bunda Maria.
Bisa jadi karena saya dipengaruhi oleh kedekatan dengan ibu. Doa-doa saya rasanya lebih masuk melalui Bunda Maria.
Saya sering berdoa Salam Maria, rosario atau novena-novena Bunda Maria. Waktu dulu sering turne ke pedalaman, sambil naik sepeda motor, mulut saya “ndremimil” mengucapkan doa Salam Maria.
Selain menghilangkan rasa takut dan kawatir – apalagi kalau musim hujan – juga bisa menghilangkan rasa capek. Perjalanan panjang dan melelahkan bisa hilang karena dilakukan sambil berdoa.
Apa yang saya minta dalam doa, sering terwujud. Saya yakin bahwa Allah itu maharahim seperti seorang ibu yang baik hati.
Hari ini Yesus berkata kepada murid-muridya, “Mintalah, maka kamu akan diberi; carilah, maka kamu akan mendapat; ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.”
Sabda Yesus itu bukan isapan jempol belaka. Saya sudah sering mengalaminya. Bahkan pada saat-saat kritis, tidak ada kekuatan yang lebih ampuh kecuali doa.
Masih ingat Julio Iglesias, penyanyi bersuara emas asal Spanyol, mantan pemain sepakbola dari Real Madrid yang kecelakaan mobil dan mengalami kelumpuhan dari pinggang ke bawah?
Dalam keputusasaannya, dia berdoa kepada Tuhan. Lalu datanglah perawat yang membawa gitar saat dia terapi di rumah sakit. “Mainkan gitar dan bernyanyilah” kata perawat itu.
Mulai saat itu Julio Iglesias berlatih vokal dan akhirnya menjadi penyanyi terkenal di seluruh dunia. “Kalau Tuhan menutup pintu, pasti Dia akan membuka jendela” katanya untuk menegaskan supaya kita tidak pernah berhenti meminta kepada Tuhan.
Tuhan itu mahabaik. Bapa manakah di antara kalian, yang memberi anaknya sebuah batu, kalau anak itu minta roti? Atau seekor ular kalau anaknya minta ikan?
Atau kalajengking, kalau yang diminta telur? Begitulah Bapa di surga. Ia akan memberi apa yang diminta anak-anakNya. Masalahnya maukah kita meminta?
Di Parangtritis menyewa kuda
Menyusur pantai indah suasana
Janganlah berhenti untuk berdoa
Janganlah malu untuk meminta
Dari Fatima sore yang indah
Rm. A. Joko Purwanto Pr
by editor | Oct 10, 2019 | Renungan
DOA yang paling sering kita ucapkan adalah doa Bapa Kami. Doa itu mudah diucapkan tetapi kita kadang tidak sadar dan sering lupa melakukanya.
Kalau kita kupas satu per satu, kita akan tahu segala konsekuensinya.
Dikuduskalah namaMu; apakah kita rajin dan setia memuliakan nama Tuhan?
Bagaimana kita menguduskan nama Tuhan? Apakah perkataan dan tindakan kita bisa menjadi cermin kekudusan nama Tuhan?
Datanglah KerajaanMu; Kerajaan Allah datang dalam wujud damai sejahtera, kasih, sukacita. Apakah kehadiran kita membawa damai di tengah keluarga, masyarakat?
Apakah kita menolong sesama agar mereka merasakan sejahtera? Kerajaan Allah terwujud jika kita membawa kasih di sekitar kita. apakah kehadiran kita di tengah keluarga sungguh dirindukan?
Berilah kami setiap hari makanan yang secukupnya; apakah kita mensyukuri rejeki pemberian Tuhan? Apakah kita sering membantu orang lain dengan rejeki Allah ini?
Apakah kita hidup boros atau banyak membuang makanan? Apakah kita serakah dan merasa tidak cukup dengan pemberian Tuhan?
Ampunilah dosa kami sebab kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami; apakah kita tidak menyimpan dendam kepada orang lain?
Benarkah kita sungguh mengampuni orang lain? Sesering apa kita menerima sakramen pengampunan dosa?
Percayakah anda bahwa Allah maha pengampun? Kapan terakhir anda mengampuni orang lain?
Jaganlah membawa kami ke dalam pencobaan : Tuhan yang mahakasih itu tidak akan membawa kita kepada pencobaan.
Justru sebaliknya, kitalah yang suka mencoba-coba kepada pencobaan. Seperti Hawa yang makan buah terlarang, padahal Tuhan sudah mengingatkannya karena Tuhan tidak mau membawa manusia ke dalam pencobaan. Begitulah manusia jatuh dalam dosa.
Kalimat terakhir dalam doa Bapa Kami ini telah diperbaharui terjemahannya. Paus Fransiskus menyetujui perubahan pada penerjemahan satu kalimat Doa Bapa Kami, dari semula
“janganlah membawa kami ke dalam pencobaan” menjadi “jangan biarkan kami jatuh ke dalam pencobaan.” Coba dirasakan isi kalimat itu, maknanya sangat berbeda.
Menyusuri jalan di Fatima
Menengok keluarga Suster Lucia
Doa adalah mantra
Kata-kata yang mempunyai daya
Dari Salamanca ke Fatima
Rm. A. Joko Purwanto Pr
by editor | Oct 8, 2019 | Renungan
DOA dan kerja itu seperti dua sisi dalam sekeping mata uang. Keduanya tak bisa dipisahkan. Ketika hidup doa dan karya tidak seimbang, pasti ada sesuatu yang tidak beres.
Dalam sebuah komunitas hidup biara hal itu sangat mudah dideteksi. Ada orang yang sangat sibuk dengan karya pastoralnya. Mulai pagi sampai malam sibuk dengan pekerjaan dan lupa meluangkan waktu berdoa.
Bahkan waktu bersosialisasi dengan teman komunitas saja sangat terbatas saking sibuknya macam-macam urusan kerja. Akhirnya orang itu mundur juga.
Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus berkunjung ke rumah Marta dan Maria. Marta sibuk melayani, menyiapkan segala sesuatu demi tamunya.
Hal itu baik-baik saja. Tidak jelek melayani tamu yang datang. Yang salah adalah dia tidak tulus melakukan pekerjaan itu.
Ia mengeluh dan merasa “diperbudak” dengan pelayanan itu. “Tuhan, tidakkah Tuhan peduli bahwa saudariku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku.”
Seandainya Marta tidak iri dan cemburu dengan posisi Maria yang duduk mendengarkan Yesus, pasti Yesus akan mengapresiasi pelayanannya.
Ketika pekerjaan dilakukan dengan keluh kesah dan kecemburuan, nilai kerja itu malah berkurang.
Yesus menghargai Maria yang duduk mendengarkanNya. Yesus ingin mengatakan bahwa doa itu perlu agar kerja makin bermakna.
Doa adalah sumber semangat untuk kerja. Kerja adalah perwujudan dari spiritualitas kita. Ora et labora.
Seperti kopi yang sudah mengendap setelah diaduk-aduk sungguh nikmat rasanya. Begitulah doa menjadi saat tenang, hening, setelah seharian sibuk bekerja.
Doa adalah saat mengendap. Dalam bahasa Jawa, “menep.’ Hidup akan terasa nikmat seperti kopi kalau kita bisa “menep”, mengendapkan semua pengalaman.
Itulah saatnya berdoa. Ada waktu sibuk bekerja. Ada waktu hening berdoa. Keduanya harus seimbang.
Hari ini kami singgah di Salamanca
Terus lanjut menuju ke Fatima
Setelah seharian sibuk bekerja
Biarkan dirimu hening untuk berdoa
Iglesia del Carmen de Abajo, Salamanca.
Rm. A. Joko Purwanto Pr
by editor | Oct 8, 2019 | Renungan
PESTA ini dibuat untuk mengenang peristiwa saat Paus Pius V berdoa rosario bersama umat di Basilika Maria Maggiore untuk pasukan Kristen yang terdesak di Lepanto.
Peristiwa itu terjadi pada 7 Oktober 1571. Berkat doa rsario itu pasukan Kristen menang dalam pertempuran. Menurut pikiran manusia hal itu tak mungkin.
Tetapi karena bantuan Maria, kemenangan bisa terwujud. Maka Paus Gregorius XII menetapkan tanggal 7 Oktober sebagai hari raya Maria Ratu Rosario suci dan bulan Oktober sebagai bulan Rosario.
Dalam bacaan Injil hari ini dijelaskan siapakah sesamaku manusia. Sesamaku adalah mereka yang membutuhkan pertolongan. Saling tolong menolong menujukkan martabat kita sebagai manusia yang berbudi luhur.
Masih banyak di sekitar kita, sesama yang menderita, berbeban berat, tertindas, diperlakukan tidak adil. Mereka membutuhkan uluran tangan kita.
Di lain pihak, ada juga orang-orang yang bertindak seperti kaum imam atau Lewi. Mereka congkak dan sombong hati, tidak mau menolong sesama yang menderita.
Dalam diri kita masih ada sikap-sikap seperti mereka itu. Inilah yang harus dikalahkan. Sikap egois dan menghindari masalah itulah yang harus kita singkirkan.
Masih banyak kejahatan, nafsu dan dosa yang ada di sekitar kita. kita tidak mampu menghadapi sendirian. Kita membutuhkan bantuan. Rosario suci bisa menjadi senjata kita.
Berdoa kepada Bunda Maria bisa menolong kita mengalahkan segala kejahatan dan dosa.
Marilah kita rajin berdoa meminta pertolongan kepada Maria. Tidak ada yang mustahil bagi Allah. Kita boleh dan harus berharap kepadaNya.
Perut melilit sudah minta roti
Roti dioles dengan jem jambu
Bunda Maria yang baik hati
Doakanlah kami anak-anakmu
Plaza de Espana Madrid, di ujung sebuah taman
Rm. A. Joko Purwanto Pr