Puncta 07.01.20 Markus 6: 34-44 / Berbagi dan Berbelarasa

 

BANJIR di Jakarta awal tahun 2020 ini sangat dirasakan oleh warga Jakarta karena areal yang terdampak sangat luas dan merata.

Kita semua tahu siapa yang harus bertanggungjawab dalam masalah ini. Hampir tidak ada tindakan yang maksimal untuk penanganan banjir yang meluas.

Banyak orang merasa gemas dan kecewa dengan penanganan bencana ini. Bagaimana normalisasi sungai tidak dijalankan dan banyak kata-kata manis disampaikan tanpa isi yang kongkret.

Akhirnya Presiden dan para menteri terkait harus turun tangan, mengambil alih.

Dalam bacaan Injil hari ini, sikap seperti itu nampak dalam diri para murid Yesus. melihat banyaknya orang yang mengikuti Yesus, para murid mau cuci tangan dan lepas tanggungjawab. M

berkata kepada Yesus,”Suruhlah mereka pergi supaya mereka dapat membeli makanan di desa dan kampung-kampung sekitar sini.” Ada bencana kelaparan. Tapi para murid mau lempar tanggungjawab.

Ketika Yesus berkata, “Kamu yang harus memberi mereka makan.” Para murid itu masih berdalih dan mencari alasan-alasan, “Jadi, haruskah kami pergi membeli roti hanya dengan 200 dinar dan memberi mereka makan?”

Para murid ini belum sehati dengan Yesus. di awal tadi ketika melihat orang banyak, tergeraklah hatiNya oleh belas kasihan.

Yesus merasa kasihan karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Ini menggerakkan hati Yesus. Para murid diajak ikut berbela rasa. Tapi mereka belum sampai ke tahap itu. Mereka ingin lari dari tanggungjawab.

Perlahan-lahan Yesus mengajari mereka menjadi murid. Mereka diajak terlibat untuk bertindak. Sekecil apa pun tindakan yang baik akan berbuah kebaikan.

Apa yang mereka miliki, yang hanya lima roti dan dua ikan itu, jika dihaturkan kepada Yesus akan menjadi bermanfaat.

Mereka diajak untuk mau memberi. Kemudian mereka diajak mau berbagi. Yesus menyuruh mereka membagi-bagikan roti dan dua ikan itu kepada orang banyak sampai kenyang.

Ketika kita mau memberi dan berbagi dalam nama Tuhan, maka akan dilimpahkan oleh Tuhan. Ada duabelas bakul penuh yang tersisa. Marilah kita peduli dan berbelarasa dengan saudara-saudari yang mengalami bencana.

Belajarlah dari Surabaya
Lingkungan hidup ditata dan bencana dikelola
Marilah kita berbelarasa
Membantu mereka yang kecil dan menderita

Cawas, sabar menanti
Rm. A. Joko Purwanto Pr

Puncta 06.01.20 Matius 4:12-17.23-25 / Pembawa Terang

 

PRABU Ramawijaya sedang sendu hatinya oleh kerinduan terhadap kekasih hatinya, Rekyan Wara Sinta yang diculik Rahwana ke Alengka. Ia ingin melihat keadaan kekasihnya itu sekaligus menjajagi kekuatan Alengka.

Maka ia ingin mengutus seorang duta ke Alengka. Jaya Anggada dan Anoman saling bersaing menjadi duta Sang Ramawijaya. Anoman sanggup menjelajah Alengka selama satu hari dan sanggup memberi warta tentang keberadaan Dewi Sinta.

Jaya Anggada marah karena disaingi oleh Anoman. Ia sakit hati dan menantang Anoman. Oleh Anoman, Jaya Anggada diajak berlomba, siapa yang kuat naik ke puncak Gunung Himawat dan kembali dengan selamat, dialah yang akan menang.

Belum sampai separo naik gunung, Jaya Anggada sudah kepayahan dan kelelahan. Dia jatuh pingsan di depan Anoman. Sementara Anoman menunjukkan kebolehannya, dia berlari sekencang mungkin naik ke puncak Gunung Himawat dan turun dengan cepat tanpa ngos-ngosan. Jaya Anggada bertobat dan mengakui kehebatan Anoman.

Dalam bacaan Injil, Yesus tinggal di Kapernaum di daerah Zebulon dan Naftali, wilayah bangsa-bangsa lain. Bangsa yang diam dalam kegelapan telah melihat terang yang besar. Di Kapernaum itu Yesus mewartakan pertobatan kepada semua orang.

Ia menyembuhkan berbagai penyakit dan kelemahan. Pertobatan pertama-tama yang diwartakan Yesus. agar orang bisa mengalami kasih Allahdibutuhkan hati yang terbuka pada pertobatan.

Orang-orang Kapernaum mau bertobat dan percaya kepada Yesus. Maka banyak terjadi penyembuhan. Semua orang yang buruk keadaannya, yang menderita pelbagai penyakit dan sengsara, yang kerasukan setan, yang sakit ayan dan lumpuh, mereka disembuhkan oleh Yesus. mereka mengikuti perkataan Yesus. mereka mau bertobat.

Jaya Anggada itu sombong dan tidak mau mengalah. Ia tak bisa memenuhi dan meringankan beban Sri Rama. Anoman datang dan mampu menyelesaikan masalah.

Keangkuhan dan kesombongan kita kadang justru menghalangi tumbuhnya kebaikan. Semangat kerendahan hati dan pertobatan membuka jalan terwujudnya kebaikan Allah.

Seperti orang-orang Kapernaum itu,mereka lebih terbuka, mau percaya kepada Yesus daripada orang-orang Nasaret tempat Yesus tinggal.

Marilah kita membuka hati dan percaya kepada Yesus supaya karya Allah menjadi nyata dalam hidup kita.

Orang Jakarta ngungsi ke Surabaya
Belajar nanggulangi banjir kaya Bu Risma
Mari kita hidup dengan percaya
Kebaikan Tuhan akan tiba pada waktunya

Cawas, masih ada mendung
Rm. A. Joko Purwanto Pr

Puncta 05.01.20 HR Penampakan Tuhan Matius 2:1-12 / Jadilah Bintang

 

BETLEHEM hancur pada masa pemberontakan Bar Kokhba (132-135 M) dan orang-orang Romawi membangun sebuah tempat suci untuk Adonis di tempat kelahiran Yesus.

Baru pada tahun 326 gereja Kristen pertama dibangun, ketika Helena, ibunda Kaisar Kristen pertama, Konstantin, mengunjungi Betlehem.

Pada masa pemberontakan Samaria pada 529, Betlehem dirampok, dan tembok-tembok kota serta Gereja Kelahiran dihancurkan, namun semuanya itu segera dibangun kembali berdasarkan perintah Kaisar Yustinianus.

Pada 614, Persia menyerbu Palestina dan merebut Betlehem. Kisah yang diceritakan dalam sumber-sumber yang terpercaya mengatakan bahwa mereka membatalkan rencana menghancurkan Gereja Kelahiran ketika mereka melihat gambar orang majus yang dilukiskan mengenakan pakaian Persia dalam salah satu mosaik di Gereja itu.

Gereja kelahiran Tuhan Yesus tetap utuh terpelihara sampai sekarang karena ada gambar mosaik orang-orang Majus yang menyembah Yesus.

Bacaan Injil hari ini menceritakan tentang tiga orang Majus yang mencari Raja orang Yahudi yang baru lahir. Mereka itu adalah orang cerdik pandai, bijaksana.

Ada yang menyebut mereka adalah tiga raja dari Timur. Mereka dibimbing oleh bintang menuju ke Betlehem. Ketika sampai, mereka melihat Anak dan ibuNya serta menyembahNya.

Mereka mempersembahkan emas, kemenyan dan mur. Emas melambangkan raja. Kemenyan biasa dipakai untuk pemujaan harum mewangi kepada Tuhan. Mur sejenis kemenyan tetapi pahit rasanya untuk mengawetkan jenasah.

Juga dipakai untuk obat. Ketiga persembahan itu melambangkan Yesus adalah Tuhan dan Raja orang Israel yang nanti akan mati menyelamatkan kita.

Hari Raya Penampakan Tuhan ini mau mengatakan kepada kita bahwa Yesus yang lahir itu adalah raja penyelamat bagi siapa pun juga. Bangsa-bangsa dari Timur datang menyembah kepada Yesus yang adalah Raja Ilahi.

Orang Majus itu mewakili bangsa-bangsa lain yang datang menyembah. Keselamatan Kristus bersifat universal. Keselamatan Tuhan itu ditujukan kepada semua makhluk.

Yesus datang untuk semua orang. Ia mengasihi siapa pun bahkan mereka yang miskin, berdosa, tersingkir, lemah dan menderita.

Kita dipanggil untuk menjadi bintang penunjuk, yang membawa banyak orang kepada keselamatan yakni Yesus.

Fungsi bintang adalah memberi terang dan penunjuk dalam kegelapan. “Bangkitlah, menjadi teranglah….” kata Nabi Yesaya. Mari kita menjadi bintang bagi kegelapan di sekitar kita.

Sekecil apa pun bintang
Sinarnya tetap memberi terang
Hidup kita bahagia dan senang
Karena Yesus telah datang

Cawas, menunggu Kanjeng Mami
Rm. A. Joko Purwanto Pr

Puncta 04.01.20 Yohanes 1:35-42 / “Gethok Tular” Model Marketing yang Efektif

 

SALAH satu cara mempromosikan barang atau hasil produksi adalah dengan “gethok tular” atau menceritakan nilai plus suatu produk dari mulut ke mulut. Cara ini sangat efektif dan murah biayanya.

Tentu saja kualitas barang atau produk harus benar-benar terjamin. Orang akan bercerita dari mulut ke mulut tentang suatu produk dan ini akan menyebar kemana-mana sehingga produk itu menjadi terkenal.

Misalnya, kalau anda ke Cawas, belum afdol kalau belum mencicipi sate Mbah Warti. Kalau saya ketemu romo-romo, mereka selalu berkata, “sudah mampir warunge Mbah Warti belum?” Anda tinggal milih mau sate, gulai, tongseng atau thengkleng khas Cawas.

Dalam bacaan Injil hari ini, Yohanes memproklamirkan Yesus sebagai Anak Domba Allah kepada dua orang muridnya.

Mereka lalu mengikuti Yesus. Yesus bertanya kepada mereka, “Apakah yang kamu cari?” Dua orang murid itu balik bertanya kepadaNya,”Guru, dimanakah Engkau tinggal?”

Yesus mengajak mereka, “Marilah dan kamu akan melihatnya.” Mereka tinggal bersama-sama dengan Dia.

Dua orang murid itu, yang satu disebut namanya yakni Andreas. Andreas mula-mula bertemu dengan Simon saudaranya. Ia mengatakan kepada Simon bahwa ia sudah bertemu dengan Mesias.

“Kami telah menemukan Mesias.” Peristiwa “gethok tular” terjadi di sini. Andreas kemudian membawa Simon kepada Yesus. Yesus memandang dia dan berkata, “Engkau Simon, anak Yohanes, engkau akan dinamakan Kefas (artinya Petrus).”

Perjumpaan dengan Yesus membuat Simon berubah menjadi Kefas atau Petrus, Batu Karang. Mengenal Kristus berarti berubah. Inilah fokus pastoral umat Allah Keuskupan Agung Semarang,

“Umat Katolik yang transformatif.” Berjumpa dengan Kristus berarti menjadi pribadi yang baru. Andreas mengajak saudaranya untuk diperbaharui dalam Kristus.

Murid yang menjadi teman Andreas tidak disebut namanya. Ia bisa diberi nama siapa saja; bisa Paijo, Slamet, Ngadimanto, Sarino, Wagimin atau siapa pun.

Siapa pun juga yang sudah berjumpa dengan Kristus dipanggil untuk mengajak teman-temannya datang kepada Kristus seperti Andreas itu.

Mari kita “gethok tular” menceritakan siapa Kristus kepada semua orang agar mereka mengalami perubahan menuju keselamatan dalam Kristus.

Di Pantai Baron gelombangnya naik
Semua pengunjung diminta waspada
Kita harus bisa jadi sales promotion yang baik
Agar Kristus dikenal oleh siapa pun juga

Cawas, menanti senja pantai Drini
Rm. A. Joko Purwanto Pr

Puncta 03.01.20 Yohanes 1:29-34 / Menjadi Humus bagi Orang Lain

 

HUMILITATE, kata Bahasa Latin ini berarti kerendahan hati. Kata ini mengingatkan kita pada motto tahbisan Mgr. Ignatius Suharyo menjadi uskup. “Serviens Domino cum Omni Humilitate.”

Humilitate mengambil kata dasar humilis, turunan dari kata humus yang berarti tanah yang subur. Orang yang rendah hati ibaratnya tanah yang subur, dapat menghasilkan buah keutamaan yang berlimpah.

Tanah yang subur dapat menumbuhkan dan mengembangkan berbagai jenis tanaman. Tanaman yang hidup di tanah yang subur akan menghasilkan banyak buah. Begitu juga kerendahan hati. Orang yang rendah hati akan menghasilkan banyak keutamaan hidup.

Bacaan Injil hari ini memberikan insight bagi kita tentang Yohanes Pembaptis yang rendah hati. Kemarin dia mengungkapkan dengan jujur bahwa dirinya bukan Mesias.

Bahkan untuk membuka tali kasutnya pun tidak layak. Sikap rendah hati. Dalam bacaan hari ini, Yohanes menunjukkan kepada murid-muridnya bahwa Yesus adalah Anak Domba Allah.

Dengan jujur dan rendah hati ia menunjuk kepada Yesus, “Dialah yang kumaksud ketika kukatakan: sesudah aku akan datang seorang yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku. Dia itulah yang akan membaptis dengan Roh Kudus.”

Ketika Bapak Yustinus Kardinal Darmoyuwono turun tahta sebagai uskup dan kardinal, semua orang kaget dan terbengong-bengong.

Banyak orang menyayangkan kenapa jabatan yang sangat terhormat itu dilepaskan dan memilih pensiun serta “hanya” menjadi pastor rekan di Paroki Banyumanik, pinggiran kota Semarang.

Banyak alasan yang disampaikan sebagai jawaban. Tetapi akar dari semua jawaban itu adalah sikap dasar Bapak Kardinal yakni kerendahan hati.

Orang yang rendah hati, memberi kesempatan kepada orang lain tumbuh berkembang. Beliau memberi kesempatan kepada orang lain untuk mengembangkan umat di KAS.

Bagi orang beriman, uskup atau kardinal itu bukan jabatan karier, tetapi tugas pelayanan. Kekuasaan itu bukan segala-galanya.

Seperti Yohanes Pembaptis, ia membiarkan Yesus makin besar, dan ia menjadi semakin kecil. Ia dengan rela dan ikhlas hati mundur dan membiarkan Anak Allah tampil ke depan.

Inilah semangat kerendahan hati. Mari kita belajar dari Yohanes Pembaptis untuk menjadi humus, tanah yang subur bagi orang lain.

Banjir bandang sedang melanda Jakarta
Banyak mobil terseret oleh air
Mari kita ikut membantu dan berbela rasa
Agar rakyar kecil tidak susah dan kawatir

Cawas, Pray for Jakarta
Rm. A. Joko Purwanto Pr