by editor | Apr 4, 2020 | Renungan
DIREKTUR Jendral WHO mengumumkan penyakit baru yang sekarang menjadi pandemi global sebagai COVID 19. Nama itu gabungan dari CO yakni Corona. VI dari kata Virus. D singkatan Disease. 19 menunjukkan tahun munculnya.
Demikian kata Tedros Adhanom Ghebreyesus di Jenewa Swiss, 11 Februari 2020. Corona dari bahasa Latin yang artinya mahkota. Virus itu bentuknya seperti mahkota raja.
Corona atau mahkota raja ini sangat ditakuti karena menyebar dan menyerang begitu cepat dan mematikan. Jumlah penderita terdeteksi di seluruh dunia pada awal April ini mendekati hampir satu juta orang. Hal ini menggambarkan bagaimana si Mahkota ini menebar kekawatiran di seluruh dunia.
Kita memasuki masa pekan suci. Tahun ini sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Kita merayakan pekan suci di rumah masing-masing karena pandemi virus corona.
Hari Minggu ini kita umat Kristiani juga menyambut seorang Raja. Dia datang tanpa mahkota yang menebar ketakutan. Yesus adalah Raja tanpa mahkota. Ia memasuki kota Yerusalem hanya naik seekor keledai beban.
Yesus masuk kota Yerusalem memenuhi nubuat para nabi. “Katakanlah kepada Putri Sion; lihat rajamu datang kepadamu. Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai,seekor keledai beban yang muda.”
Kadang kita ini salah kaprah. Membuat visualisasi Minggu Palem, romo naik kuda. Kuda itu berbeda dengan keledai. Kuda itu lambang keprajuritan.
Ia simbol perang. Padahal Yesus datang tidak membawa perang, tetapi damai. Memilih simbol harus hati-hati supaya tidak disalah artikan.
Yesus datang membawa damai dan kelemah-lembutan. Misi-Nya adalah membawa damai dan cintakasih. Ia tidak memilih kuda atau unta, tetapi keledai beban.
Ia mau menanggung beban dosa-dosa kita. Ia mau menerima kesengsaraan kita. Itulah raja yang kita kenangkan pada Minggu Palma ini.
Kekuatan Yesus bukan seperti virus corona yang menebarkan malapetaka. Tetapi Ia menebarkan virus cinta ke seluruh dunia. Ia tidak membawa senjata perang.
Tetapi Dia membawa damai dan kelembutan. Ia tidak membawa permusuhan, tetapi Dia menyalurkan persahabatan. Ia tidak membawa ketakutan, tetapi Dia menebarkan harapan dan semangat.
Marilah kita lawan virus corona ini dengan virus cinta yang dibawa Yesus pada pekan suci ini. Tuhan Yesus Sang Raja Cinta doakanlah kami dan bebaskanlah kami dari virus corona ini.
Ke Medari lewat Pakem
Selamat memasuki Pekan Suci dan Berkah Dalem.
Cawas, semangat lawan corona….
Rm. A. Joko Purwanto Pr
by editor | Apr 3, 2020 | Renungan
RENE GIRARD seorang pemikir Perancis abad XX mengembangkan sebuah teori untuk mengupas suatu krisis kekerasan dalam masyarakat yang disebut Teori Kambing Hitam.
Kultur masyarakat itu mudah pecah. Kalau di tengah masyarakat terjadi krisis karena konflik atau kekacauan, maka untuk mencari solusinya dicarilah kambing hitam yang dapat dipersalahkan.
Kambing hitam yang paling rentan adalah kelompok minoritas. Seperti yang terjadi pada abad 14 ketika wabah pes menyerang seluruh Eropa.
Saking dasyatnya wabah itu sampai disebut The Black Death. Waktu itu terjadi permusuhan antara Kristen dan Yahudi. Sekelompok orang fanatik menyalahkan kaum Yahudi. Merekalah biang keladi dari wabah ini.
Maka terjadilah pengejaran dan pembunuhan kaum Yahudi. Mereka disalahkan sebagai kambing hitam. Begitu pun di Indonesia ketika terjadi pergolakan pada pertengahan tahun 1960an. Sekelompok masyarakat dijadikan kambing hitam dan dihancurkan.
Dalam bacaan Injil hari ini diceritakan bagaimana runcingnya pertentangan antara Yesus dan kaum Yahudi. Makin banyak orang Yahudi yang percaya menjadi pengikut Yesus. Ini sangat mengkawatirkan.
Akan terjadi masalah dengan agama dan sosial kemasyarakatan. Mahkamah agama Yahudi berkumpul dan mereka berkata, “Apakah yang harus kita buat? Sebab orang itu membuat banyak mukjijat. Apabila kita biarkan Dia, maka semua orang akan percaya kepada-Nya dan orang-orang Roma akan datang dan akan merampas tempat suci kita serta bangsa kita.”
Lalu Kayafas, Imam Agung memainkan teori kambing hitam. “Kamu tidak tahu apa-apa dan kamu tidak insaf, bahwa lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita daripada seluruh bangsa kita ini binasa.”
Yesus harus dikurbankan sebagai kambing hitam dari permasalahan agama, sosial dan politik. Yesus harus mati untuk keselamatan seluruh bangsa. Mulai dari hari itu mereka sepakat untuk membunuh Dia.
Benih itu harus mati, supaya dapat tumbuh berkembang dan berbuah banyak. Sesudah kebangkitan, benih itu tumbuh dalam diri para murid dan tak bisa dimatikan. Iman akan Yesus tumbuh dimana-mana.
Lalu Gamaliel seorang anggota Mahkamah Agama Yahudi mengingatkan, “Jangan bertindak terhadap orang-orang ini, biarkanlah mereka, sebab jika maksud dan perbuatan mereka berasal dari manusia, tentu akan lenyap, tetapi kalau berasal dari Allah, kamu tidak dapat melenyapkan orang-orang ini, mungkin ternyata juga nanti, bahwa kamu melawan Allah.” Yesus adalah Anak Domba Allah yang dikurbankan untuk menyelamatkan dunia.
Pagi-pagi sudah siram-siram bunga.
Yang muncul merah kuning warnanya.
Yesus harus mati untuk keselamatan dunia.
Agar kita dapat hidup dan menjadi berkat bagi sesama.
Cawas, main bola di rumah saja….
Rm. A. Joko Purwanto Pr
by editor | Apr 2, 2020 | Renungan
SULIT menghadapi kelompok WTS (Waton Sulaya) atau kelompok “Daniel Waluya” (Dikandhani ngeyel waton sulaya). Mereka itu asal melawan dan berusaha menjatuhkan.
Hantam dahulu urusan belakang, itulah prinsipnya. Pokoknya lawan!!!! Asal sudah keluar kata “Pokoknya”, sulit untuk dijelaskan baik-baik. Diajak dialog pun, yang keluar urat di leher makin tegang.
Beberapa waktu lalu, kita bisa melihat dan mendengar, bagaimana Presiden didesak untuk membuat keputusan lockdown secara nasional. Dia dikritik tidak berbuat apa-apa, lambat bertindak, dicemooh oleh lawan politiknya.
Ditengah situasi genting itu, ibundanya dipanggil Tuhan. Orang-orang yang tidak menyukainya, mengkritik dengan pedas seolah tidak mau mengerti bagaimana perasaan kehilangan orang yang dikasihinya.
Namun Presiden tetap tenang, tegar dan sabar menghadapi semuanya. Akhirnya dibuatlah keputusan Presiden tentang gugus tugas percepatan penanganan virus corona.
Lalu dibuat Kepres Pembatasan Sosial Berskala Besar. Namun bagi kelompok WTS dan Daniel Waluya, tindakan apa pun akan selalu dilawan dan ditolak, dan dianggap salah.
Pertentangan Yesus dengan orang-orang Yahudi tidak hanya secara ideologi atau perdebatan mulut saja, namun sudah sampai pada permusuhan secara fisik.
Mereka ingin melempari Yesus dengan batu. Orang yang sudah dihinggapi rasa benci, perbuatan baik apa pun tidak akan diterima.
Yang tidak bisa diterima oleh orang-orang Yahudi adalah bahwa Yesus menyebut diri-Nya berasal dari Allah. Ia menyamakan diri-Nya dengan Allah. Bagi mereka Yesus dianggap menghojat Allah.
Apa pun yang diperbuat oleh Yesus tidak bisa diterima orang-orang Yahudi. Walaupun Yesus menyembuhkan orang sakit, memelekkan orang buta, membangkitkan orang mati, menyembuhkan orang lumpuh, namun hal itu tidak dianggap sebagai karya Allah. Prinsipnya mereka tidak mau mengakui bahwa Yesus adalah Allah.
Dibutuhkan keterbukaan dan kerendahan hati untuk bisa memahami Yesus adalah Allah. Semua karya dan hidup Yesus menampakkan kebaikan Allah. Bagi orang yang tetap tegar hatinya, akan sulit memahami akan hal ini.
Berbuat ini salah, berbuat itu juga salah. Semua serba salah. Orang-orang seperti itu layaknya buaya yang mulutnya menganga menanti jatuhnya mangsa. Dia serang kanan kiri dan betapa senangnya kalau musuhnya itu jatuh.
Hari-hari ini kita akan mendengarkan bagaimana Yesus dengan tegar, namun tetap tenang menghadapi lawan-lawan-Nya. Mendekati pekan suci, makin terasa bagaimana tajamnya perbedaan paham Yesus dengan orang-orang Yahudi.
Marilah kita juga tegar memasuki pekan suci yang sulit dengan kondisi wabah corona ini.
Pengumuman Pak Lurah hadapi pandemi.
Tidak boleh kumpul para suami istri.
Ikut Yesus mewartakan kebenaran sejati.
Tantangannya berat dan bertubi-tubi.
Cawas, puasa dulu…
Rm. A. Joko Purwanto Pr
by editor | Apr 1, 2020 | Renungan
DI DAERAH Yogayakarta pada dekade 80-90an muncul gaya bahasa plesetan. Orang berkomunikasi tetapi kata-katanya diplesetan.
Misalnya, “Selamat pagi.” Teman lain menjawab, “Pagi atau mami.” Yang lain lagi menyambung, “Mami godhog apa mami goreng.” Godhog apa pinter. Tinta pinter. Aku tinta buatan Indonesia.”
Dibutuhkan kepandaian dan imajinasi yang tinggi supaya bisa nyambung membuat plesetan. Dulu di Seminari ada teman yang pinter bahasa plesetan.
Namanya Heri Nurcahyo atau Heri Gendhut. Asal ada dia, semua omongan bisa diplesetkan. Komunikasi itu nyambung namun isinya tidak nyambung.
Dalam bacaan Injil hari ini, komunikasi Yesus dengan orang-orang Yahudi itu nyambung tetapi isinya tidak nyambung. Yesus berbicara tentang Bapa-Nya. Yesus berasal dari Allah.
Namun orang-orang berbicara tentang keturunan Abraham. Mereka merasa berasal dari keturunan Abraham. Diskusi tentang Abraham pun tidak nyambung. Yesus berbicara tentang iman Abraham, namun orang-orang Yahudi menangkapnya berbeda dengan yang dimaksudkan Yesus.
Komunikasi membutuhkan saling pengertian di antara kedua belah pihak. Orang Yahudi tidak mengerti apa yang dibicarakan Yesus. mereka tidak mempercayai Yesus. bahkan mereka menganggap Yesus kerasukan setan.
Padahal Yesus mewartakan kebenaran dari Allah. Orang-orang tidak mempercayai pewartaan Yesus. maka kendati Yesus berasal dari Allah, mereka tidak percaya. Apa saja yang dikatakan Yesus, tidak dianggap. Mereka tidak mempercayainya.
Sama halnya kalau ada orang yang tidak seiman dengan kita mempertanyakan tentang Allah Tritunggal, atau Roh Kudus, atau keallahan Yesus. Kalau mereka tidak membuka hati untuk mempercayainya, sebagus apapun penjelasan kita pasti tidak akan diterima.
Kuncinya hanya satu yaitu percaya. Orang Yahudi tidak percaya dengan pewartaan Yesus bahwa Dia berasal dari Allah. Maka perdebatan itu tak bisa nyambung, karena masing-masing berbeda cara memandangnya.
Yesus mengajak kita tinggal dan menuruti firman-Nya. Kalau kita mau menuruti friman-Nya kita akan mengenal Yesus sumber kehidupan. Dengan demikian kita menerima keselamatan-Nya.
Menanti datangnya senja
Menikmati lagu-lagu indahnya
Tinggal di dalam firman-Nya
Kita pasti diselamatkan oleh-Nya
Cawas, menyiapkan properti….
Rm. A. Joko Purwanto Pr