Puncta 17.05.21 / Senin Paskah VII / Yohanes 16:29-33

 

“Inggih Inggih Ora Kepanggih”

LAIN ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Pepatah itu mau mengatakan bahwa tiap daerah mempunyai adat dan tradisi sendiri-sendiri. Tiap suku atau etnis mempunyai sikap hidup dan tata cara masing-masing. Kita bersyukur punya banyak adat dan tradisi yang beraneka macam. Nusantara sangat kaya budaya.

Adat Jawa mengutamakan harmoni atau keselarasan. Selalu diusahakan untuk tidak terjadi konflik secara terbuka. Seluruh perilaku dan tutur kata dijaga agar tidak muncul konfrontasi.

Salah satu contoh, memakai keris dalam tradisi Jawa selalu di belakang punggung. Kecuali Pangeran Diponegoro yang jelas-jelas menunjukkan sikap perlawanan terhadap penjajah Belanda.

Dalam bertutur kata, orang Jawa tidak mau menunjukkan perasaan langsung. Ia akan muter-muter dulu. Kalau disuruh makan misalnya, jawabnya iya iya iya, tetapi tidak segera mengambilnya.

Kadang malah berbohong, “kula sampun nedha wau.” Saya tadi sudah makan, padahal perutnya keroncongan melilit-lilit. Tidak mau berterus terang. Maka ada istilah “inggih, inggih ora kepanggih.”

Yesus berbicara terus terang, tidak lagi memakai kiasan. Yesus menjelaskan bahwa Ia berasal dari Bapa dan akan segera kembali kepada Bapa.

Ia mendoakan mereka agar menjaga persatuan dan persaudaraan. Yesus tahu bahwa para murid akan menghadapi masa sulit sepeninggal-Nya. Ia menguatkan mereka, “Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia.”

Yesus berbicara secara terbuka bahwa Ia akan menderita sengsara, ditolak oleh tua-tua Bangsa Israel dan disalibkan. Para murid akan tercerai-berai, bahkan akan ada yang meninggalkan-Nya. Tetapi siapa yang percaya kepada-Nya akan beroleh damai sejahtera.

Para murid diminta untuk membuka hati, karena Ia akan mengutus Roh Penghibur. Roh Kudus akan diutus Yesus untuk membimbing dan menguatkan mereka. Membuka diri pada Roh Kudus akan menuntun kita menjadi saksi-saksi-Nya.

Ngomong pelan namanya lirih.
Sakit perut rasanya sangat perih.
Jangan “inggih inggih ora kepanggih”.
Ndherek Gusti kudu wani nggetih.

Cawas, salam damai…
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr

Puncta 16.05.21 / Minggu Komsos Sedunia / Yohanes 17: 11b-19

 

“Urip Kuwi Mung Mampir Ngombe”

IBARAT orang bepergian akan kembali ke rumah, atau seperti burung terbang, ia akan kembali ke sarangnya, demikianlah kita semua akan kembali kepada Sang Pencipta. Hidup ini seperti seorang muzafir yang sedang berziarah.

Dalam filosofi Jawa ada ungkapan, “Urip kuwi mung mampir ngombe.” Hidup itu laksana orang yang singgah untuk minum dari perjalanan yang panjang. Setelah selesai melepas dahaga, ia akan melanjutkan lagi peziarahannya menuju surga. Kematian adalah perjalanan lanjut menuju keabadian.

Itulah sebabnya mengapa di makam-makam raja Mesir kuno didapati banyak harta karun. Harta itu adalah bekal untuk perjalanan abadi mereka.

Hidup di dunia ini hanya sebentar. Alexander Agung mati dalam usia 32 tahun. Begitu pula Tutankhamun, firaun muda dari Mesir itu mati dalam usia belasan tahun. Mereka membawa berbagai harta untuk kehidupan “di sana.”

Yesus berdoa kepada Bapa-Nya bagi para murid, “Aku tidak meminta supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari yang jahat. Mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia.”

Yesus akan segera kembali kepada Bapa. Ia mohon agar Bapa menjaga para murid dan orang-orang yang percaya karena pewartaan mereka.

Yesus akan bersatu kembali dengan Bapa di surga. Ia mengingatkan bahwa asal tujuan kita sesungguhnya adalah rumah Bapa di surga.

Oleh karena itu janganlah terlena dengan hal-hal duniawi. Dunia kita ini bukan tujuan sebenarnya. Kita hanya “mampir ngombe” atau singgah sebentar saja.

Bagaimana kita mesti menyikapinya? Kitab Kebijaksanaan 4:8-9 menjelaskan, “Dudu umur dawa sing njalari wong kajen keringan, dudu cacahing taun sing dadi ukuraning urip sejati, nanging kawicaksanaan iku umuring manungsa. Urip tanpa cacad iku jatining umur dawa.”

Hidup tak bercela itulah umur manusia yang sejati, bukan soal panjang pendeknya usia.

Sungguh sepi masa liburan lebaran.
Karena corona orang tidak berani pulang.
Mari mengisi hidup dengan kebaikan.
Niscaya umur kita akan diperpanjang.

Cawas, ayo gembira selalu…
Rm.Alexandre Joko Purwanto, Pr

Puncta 15.05.21 / Sabtu PaskahVI / Yohanes 16: 23b-28

 

Minta Saja, Tak Perlu Isyarat Segala

SEORANG anak yang sedang kost kalau akhir bulan akan minta kiriman uang kepada orangtuanya. Ia minta kepada bapak atau ibunya agar segera dikirim jatah bulanannya. Kalau tidak dikirim, dia akan susah karena persediaan kebutuhannya sudah habis.

Seorang istri sudah tahu apa keinginan suaminya. Kalau suaminya pulang kerja capek, istrinya akan membuatkan air panas untuk mandi, atau bikin teh atau kopi kesukaan suaminya.

Istri sudah tahu keinginan sang suami. Suami mengerlingkan mata atau membawa sesuatu kesukaannya, sang istri sudah tahu maksudnya. Ia menyediakan minyak urut langsung memijit suaminya. “Yahuuuudd…” kata suaminya senang seperti kata iklan.

Sang suami pun akan tahu kebutuhan istrinya. Jatah bulanannya tidak akan terlambat diberikan untuk mengelola seluruh keluarga. Maka penuhlah sukacita karena keluarga itu sangat tahu apa kebutuhan masing-masing.

Yesus berpesan kepada para murid-Nya saat akan berpisah dengan mereka, “Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu minta kepada Bapa, akan diberikan-Nya kepadamu dalam nama-Ku. Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu.”

Relasi Yesus dengan Bapa itu sangat istimewa. Bapa mengasihi Yesus dan sebaliknya Yesus setia pada kehendak Bapa.

Maka Ia mengajak para murid untuk menjalin relasi sebagaimana Ia mempunyai hubungan yang dekat dengan Bapa. Jika relasi akrab mesra demikian, maka apa pun yang kita minta, Bapa akan berikan.

Yesus berkata, “Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu.” Bapa sungguh mengasihi kita, sebagaimana Bapa juga mengasihi Yesus, Putera-Nya.

Yesus menggunakan kiasan untuk menggambarkan Bapa kepada kita, karena kita belum bisa memahaminya secara sempurna.

Kalau kita sudah mengenal Bapa maka tidak perlu memakai kiasan, isyarat atau kode-kode layaknya suami istri. “Sebab Bapa sendiri mengasihi kamu,” kata Yesus.

Allah Bapa sudah tahu apa yang kita butuhkan. Ia akan memberi apa yang kita minta. Kita tidak perlu memakai kiasan, isyarat atau kode-kode untuk minta kepada-Nya.

Mari kita datang kepada-Nya, berdoa dan meminta kepada Bapa dalam nama Yesus Putera-Nya. Dia pasti akan memberikan kepada kita.

Daud menari riang gembira.
Untuk memikat si cantik Bersyeba.
Dengan isyarat kalau kita minta.
Bapa pasti sudah tahu segalanya.

Cawas, teruslah meminta….
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr

Puncta 14.05.21 / Pesta St. Matias Rasul / Yohanes 15: 9-17

 

Fernando Torres

BARCELONA sudah di atas angin, mereka sudah merasa aman, separoh kaki sudah ada di jalur final Liga Champion. Ketika menjamu Chelsea tahun 2011/12 di leg pertama mereka menang 2-1. Mereka datang ke Stamford Bridge dengan bangga.

Permainan berjalan saling serang. Seandainya Barcelona bikin satu gol di Chelsea, hancur sudah harapan mereka ke final. Harapan itu makin berat karena John Terry mendapat kartu merah. Chelsea bermain dengan sepuluh orang saja.

Di saat-saat genting itu, Fernando Torres sebagai pemain cadangan dimasukkan. Waktu sudah menipis memasuki injury time. Fernando Torres menusuk pertahanan Barcelona dan pada saat yang tepat ia melesakkan si kulit bundar menembus gawang Baulgrana. Kedudukan agregat menjadi 2-2.

Ketika wasit meniup peluit tanda selesai, seluruh pemain Chelsea bersorak gegap gempita karena mereka berhasil masuk ke final Liga Champion dan akhirnya juara, mengalahkan Bayern Munchen.

Hari ini kita memperingati St. Matias, Rasul. Ia dipilih masuk skuad duabelas rasul menggantikan kedudukan Yudas. Ia seperti pemain cadangan yang masuk pada saat-saat kritis.

Ia dipilih karena kualitas hidupnya; orang yang baik dan penuh Roh Kudus. Matias sangat tepat dipilih menjadi rasul.

Matias selalu setia mengikuti Yesus mulai dari baptisan Yohanes sampai pada hari Yesus terangkat ke surga.

Dengan demikian Matias adalah orang yang selalu tinggal dalam kasih Yesus, seperti yang dikatakan-Nya, “Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal dalam kasih-Ku,seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal dalam kasih-Nya.”

Orang yang tinggal dalam kasih Kristus, setia menuruti perintah-Nya, seperti Matias. Kita juga diajak Yesus untuk tinggal dalam kasih-Nya.

Orang yang tinggal dalam kasih-Nya akan diberi tugas menjadi rasul, mewartakan kebangkitan Kristus. Kita ini juga diutus oleh Yesus untuk saling mengasihi sebagai murid-murid-Nya. Mari kita tinggal dan berbuah bagi sesama kita.

Jangan sepelekan pemain cadangan.
Ia bisa menentukan nasib masa depan.
Murid Kristus mewartakan belaskasihan.
Bagi mereka yang miskin dan putus harapan.

Cawas, Tuhan telah naik diiringi sorak-sorai….
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr

Puncta 13.05.21 / HR Kenaikan Tuhan / Markus 16:15-20

 

“Kenaikan Tuhan di Hari Idul Fitri; Pesan Persaudaraan”

HARI ini sungguh istimewa. Dua agama merayakan hari besar bersamaan. Umat Muslim merayakan Idul Fitri. Umat Katolik/Kristen merayakan Hari Kenaikan Yesus ke surga. Selamat merayakan Idul Fitri bagi saudaraku kaum Muslim. Mohon maaf lahir batin. Hari raya ini menyatukan kita semua sebagai saudara dalam Tuhan.

Di Yerusalem ada tempat suci yang juga menyatukan tiga agama; yakni Kristen, Islam dan Yahudi. Tempat itu adalah Bukit Zaitun. Dalam bahasa Ibrani disebut Har HaZeitim yang punya arti Har: Bukit dan Ha-Zeitim: Zaitun. Dalam bahasa Arab dikenal dengan sebutan Jebel az-Zeitun.

Dari bukit ini kita bisa melihat kota Yerusalem dengan Dome of the rock dan Kubah masjid yang berkilauan.

Yesus dan para murid sering pergi ke bukit ini. Yesus sering berdoa dan menyendiri di sini. Ia juga mengajarkan doa Bapa Kami kepada murid-murid-Nya.

Ketika akan naik ke surga, Ia pergi ke Bukit Zaitun dan mengutus murid-murid-Nya untuk pergi dan memberitakan Injil ke seluruh dunia.

Di atas bukit ini ada kapel kecil berkubah. Di dalamnya ada batu. Di atas batu itu menurut cerita ada bekas telapak kaki Yesus yang naik ke surga.

Namun yang paling penting adalah perintah Yesus kepada para murid-Nya, “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum.”

Sabda Yesus itu bergaung sampai sekarang. Setiap orang yang percaya akan dibaptis dan mereka diberi tugas mewartakan Kabar Gembira kepada semua orang.

Mereka memberitakan Injil dengan berbagai tanda-tanda; menyembuhkan orang sakit, berbicara dengan beraneka bahasa, membawa sukacita dan damai kepada siapa pun.

Apakah anda percaya pada Yesus? Apakah anda sudah dibaptis? Apakah anda juga merasa kalau diutus Yesus mewartakan Kabar Gembira?

Menginjili tidak harus door to door bawa Kitab Suci, mengajak debat tentang keyakinan. Mewartakan Kabar Gembira itu bisa dengan menjadi sahabat baik bagi semua orang, mengunjungi yang sakit, membangun sikap toleransi dan menghormati perbedaan, hidup rukun dan damai dengan tetangga.

Mari kita wujudkan perutusan Yesus ini dalam tindakan konkret kita setiap hari.

Empek-empek ikan tenggiri.
Tidak cocok pakai ikan patin.
Selamat hari Raya Idul Fitri.
Mohon maaf lahir batin.

Cawas, semoga alam semesta damai…
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr