by editor | Jan 3, 2021 | Renungan
ATLETICO MADRID sementara kini memuncaki klasemen di Liga Spanyol. Tim sekotanya, Real Madrid membuntuti di belakangnya. Sedangkan klub besar Barcelona masih tertatif-tatif di urutan keenam. Atletico atau “Los Rojiblancos” yang dikomandani oleh Diego Simione memang luar biasa. Tim ini selalu mampu melahirkan striker-striker hebat. Misalnya era Fernando Torres. Torres pergi lahir Sergio Aguero. Aguero pindah ke Liga Inggris, muncul Radamel Falcao. Falcao dijual, digantikan Diego Costa. Costa hengkang, di belakangnya ada Antoine Griezmann. Griezmann dibeli Barcelona, sekarang ada Koke dan Joao Felix.
Jika yang satu pergi, yang lain akan muncul sebagai bintang. Itulah hebatnya Los Rojiblancos yang selalu berada di tiga besar urutan klasemen. Bisa jadi kejayaan Messi sudah berakhir di Barcelona. Sedang Real Madrid belum menemukan bintang pengganti Ronaldo yang main di Juventus. Kalau Atletico konsisten dalam menjaga ritme bermain, tidak mustahil mereka bisa merajai klasemen sampai akhir.
Sesudah Yohanes ditangkap dan dipenjarakan, Yesus menyingkir ke Galilea. Ia tinggal di daerah Kapernaum, di tepi danau. Yesus memulai karya-Nya dan mulai mewartakan berita pertobatan. Yohanes mundur, kini tampil bintang baru yakni Yesus. Bintang yang bersinar terang benderang menghalau kegelapan.
Dia menggenapi nubuat Yesaya, “Bangsa yang diam dalam kegelapan telah melihat Terang yang besar, dan bagi mereka yang diam di negeri yang dinaungi maut telah terbit Terang.”
Perikope ini menjadi kesimpulan kecil karya-karya Yesus di daerah Galilea. Ia berkeliling dari desa ke desa dan dari kota ke kota. Yesus mengajar di rumah-rumah ibadat. Ia memberitakan Injil Kerajaan Allah. Karya-Nya itu disertai dengan penyembuhan terhadap orang-orang sakit.
Makin banyaklah orang berbondong-bondong datang kepada-Nya dari Galilea, daerah Dekapolis, bahkan orang-orang dari ibukota Yerusalem dan daerah seberang Sungai Yordan. Layaknya pemain sepakbola, Ia menjadi bintang lapangan, setelah Yohanes mundur dari gelanggang. Kini saatnya, Yesus tampil mewartakan Kerajaan Allah.
Apakah kita hanya akan jadi penonton ataukah kita mau ikut terlibat menjadi pewarta kabar gembira juga?
Janji hari sabtu pasarannya pon.
Pakai daster Bali motifnya kembang-kembang.
Janganlah kita hanya jadi penonton.
Terjunlah bersama Yesus di tengah gelanggang.
Cawas, sabar menanti….
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr
by editor | Jan 3, 2021 | Renungan
“Siapakah Orang Majus ?”
KITAB SUCI menyebut ada tiga orang majus dari timur datang ke Betlehem untuk menyembah Yesus. Sebenarnya siapakah mereka itu? Ada yang menyebut mereka tiga raja, bahkan ada tradisi menyebut nama mereka adalah Gaspar, Balthazar dan Melkhior. Di dalam Kitab Suci hanya disebut “datanglah orang-orang majus dari Timur.”
Majus dari kata “magoi” (bentuk jamak dari Mago, Bhs Yunani) artinya bisa orang bijaksana, ahli nujum, tafsir mimpi, atau orang yang ahli dalam ilmu perbintangan (astronomi). Di Babilonia dan Negeri Persia, ada banyak ahli astronomi terkenal. Mereka mengikuti bintang penunjuk yang memimpin mereka pada kelahiran seorang raja Israel. Bintang itu sampai di Betlehem.
Bagaimana mereka tahu yang lahir adalah Raja Israel, Mesias, Sang Juruselamat? Mungkin mereka mempelajari dari Kitab Suci orang-orang Yahudi yang dibuang di Babilonia dan Persia. Mereka menghubungkan pemikiran astronomi dengan ramalan para nabi, dan mereka dibimbing menuju Betlehem.
Untuk apa mereka datang? Mereka datang untuk sujud menyembah Yesus dan mempersembahkan persembahan berupa emas, kemenyan dan mur. Persembahan mereka itu melambangkan status Yesus. emas melambangkan sifat raja. kemenyan adalah sifat keilahian dan mur lambang keabadian. Mur dipakai untuk mengawetkan orang yang sudah mati.
Mereka datang menyembah raja, keturunan Daud. Di awal silsilah Yesus disebut Anak Daud. Posisi Daud penting dan dominan dalam Injil. Misalnya, pola silsilah ditulis 3 x 14 keturunan. Nama Daud dalam huruf Hibrani berjumlah 14. (D=4 W=6 D=4). Yang mau ditekankan disini adalah bahwa Yesus sungguh Raja dari Wangsa Daud.
Bukan hanya Raja Israel, tetapi Raja bagi seluruh bangsa. Raja umat manusia. Mereka yang dari luar Israel pun datang sujud menyembah-Nya. Yesus menyatakan diri kepada segala bangsa. Yesus lahir untuk menyelamatkan seluruh ciptaan.
Kita mestinya juga bertanya, persembahan apa yang kita haturkan kepada Sang Raja segala raja?
Ke pasar membeli dua celana.
Ternyata ukurannya berbeda.
Yesus adalah Raja segala raja.
Mari datang menyembah-Nya.
Cawas, jendela masih gelap…
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr
by editor | Jan 1, 2021 | Renungan
“Jujur dan Rendah Hati”
SIAPA tidak mengenal Mahatma Gandhi? “Mahatma” berarti jiwa yang agung. Ia adalah rasul gerakan tanpa kekerasan di abad duapuluh. Kharisma pribadinya bisa menghipnotis semua orang. walaupun dia hanyalah seorang pria kurus tanpa kekuasaan, harta atau kedudukan. Ia bukan komandan pasukan atau penguasa negeri adidaya. Tetapi semua pemimpin dunia menghormatinya sebagai duta pembawa perdamaian, bukan hanya untuk India, tetapi seluruh dunia.
Kerendahan hati dan kebenaran itulah prinsip utamanya. Ketika menyelesaikan konflik Hindu-Islam, Gandhi berkata, “meski anda adalah satu-satunya minoritas yang ada, kebenaran tetaplah kebenaran.” Dia tidak hanya memikirkan mayoritas agamanya.
Kerendahan hati dan kebenaran itu diperjuangkan secara konsisten. Dengan “Satyagraha” ia berjuang tanpa kekerasan. Itu selaras dengan istilah Jawa, “Ngluruk tanpa bala, menang tanpa ngasorake.” Artinya melawan tanpa bala tentara, menang namun tidak merendahkan.
Orang yang sombong, jumawa sok kuasa pada akhirnya akan kalah dengan prinsip belas kasih dan kerendahan hati. Gandhi telah memberi contoh kepada kita semua.
Hari ini ditampilkan tokoh yang jujur dan rendah hati yakni Yohanes Pembaptis. Yohanes dengan jujur mengaku dan tidak berdusta bahwa dia bukan Mesias.
Ia berterus terang bahwa tugasnya hanya mempersiapkan Sang Mesias. Ia bukan tokoh utama, orang penting atau penguasa. Yohanes jujur mengaku ia bukan siapa-siapa.
Kerendahan hatinya nampak dari sikapnya, “membuka tali kasut-Nya pun aku tidak pantas.” Membuka tali kasut adalah tugas hamba, budak. Menjadi budak-Nya pun, ia mengaku tidak layak. Betapa dalamnya kerendahan hati Yohanes.
Marilah kita belajar dari Yohanes, Gandhi dan pribadi-pribadi unggul yang hebat bukan karena kuasa, harta atau popularitas, tetapi karena integritasnya yang tanpa pamrih, berjuang bukan untuk diri pribadi tetapi untuk kebaikan dunia.
Mengintip lewat lubang yang sempit.
Mengendap-endap di samping jendela.
Jujur dan rendah hati tidaklah sulit.
Ia dimulai dari hal-hal kecil dan sederhana.
Cawas, tahun baru, semangat baru…
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr
by editor | Jan 1, 2021 | Renungan
“Bunda”
TANGAN halus dan suci, telah mengangkat tubuh ini.
Jiwa raga dan seluruh hidup rela dia berikan.
Kata mereka diriku selalu dimanja.
Kata mereka diriku selalu ditimang.
Oh, bunda ada dan tiada dirimu ‘kan selalu ada di dalam hatiku.
Pikirku pun melayang dahulu penuh kasih.
Teringat semua cerita orang tentang riwayatku.
Kata mereka diriku selalu dimanja.
Kata mereka diriku selalu ditimang.
Oh, bunda ada dan tiada dirimu ‘kan selalu ada di dalam hatiku.
Demikian sepenggal syair lagu “Bunda” yang sangat menyentuh hati. Kasih seorang ibu sungguh luar biasa. Ia mengurbankan seluruh jiwa raga bagi anak-anak yang sangat dikasihinya. Ia sering “berbohong” untuk menutupi pengurbanannya demi buah hatinya. Misalnya, ketika makan, ibu berkata kepada anaknya, “makanlah sampai kenyang, ibu belum lapar.” Ia akan makan sisa-sisa terakhir yang ditinggalkan anak-anaknya.
Ketika menunggui anaknya yang sedang sakit, walau ia capek dan ngantuk, tetapi ibu berkata, “Istirahatlah nak biar cepat sembuh, ibu belum ngantuk, ibu akan menungguimu.” Ketika sudah tua renta, seharusnya ibu istirahat. Tetapi ibu akan berkata, “kalau tidak kerja ibu malah cepat sakit.” Selalu ada saja yang dikerjakan.
Seorang ibu tidak akan kehabisan cara untuk mengasihi anak-anaknya.
Hari ini kita mengawali tahun 2021. Kita merayakan St. Maria Bunda Allah, juga bunda kita semua. Segala perkara yang dialami Maria disimpan dan direnungkan di dalam hatinya. Hati Maria seluas samudera. Ia menerima apa pun yang diberikan. Seperti samudera itu menerima segala hal, baik buruk, bersih kotor, besar kecil dan apapun ditampungnya.
Dengan segala kerendahan hatinya sebagai abdi Allah, Maria menjadi ibu yang setia, tekun dan taat pada kehendak Tuhan. Ia selalu berusaha mendengarkan kehendak Tuhan. Ia merenungkan dan menimbang-nimbang di dalam keheningan batin.
Spiritualitas mendengarkan dan merenungkan yang dihayati Maria ini bisa menjadi spirit kita juga. Kita diajak lebih mendengarkan, membuka hati dan peduli pada keluhan dan derita orang lain. Mendengarkan dan menimbang-nimbang bisa menjadi sebuah cara alternatif menghadapi persoalan.
Bunda Maria doakanlah kami anak-anakmu.
Menutup tahun yang lama.
Main bola sebentar saja.
Kasih ibu adalah pelita.
Tempat bernaung dalam gulita.
Cawas, ketuk jendela…
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr
by editor | Dec 31, 2020 | Renungan
BADRA Mandrawata adalah nama asli Si Buta dari Gua Hantu. Ia adalah tokoh pahlawan imajiner. Ia adalah pendekar yang perkasa, teguh pendirian dan berperawakan tegap gagah. Pemuda tampan, bibir tipis dan berambut ikal sepunggung. Pakaiannya terbuat dari sisik ular tanpa kancing sehingga dadanya yang bidang terlihat mendebarkan bagi para gadis muda yang mendekatinya.
Seorang jantan layaknya koboi dalam film Barat. Walau dengan mata buta namun pendengarannya sangat sensitif tajam. Seorang petualang jalanan yang membela kaum lemah tertindas. Ia ditemani oleh monyet kecil dan tongkat sakti sekaligus penunjuk jalannya.
Badra tidak mengandalkan indera mata sebagai alat penglihatannya, tetapi hati yang peka. Kepekaan itu terasah di dalam inderanya yang lain. Telinganya sangat sensitif. Di tengah perkelahian masal, sabetan tongkatnya mampu membedakan mana lawan mana kawan. Ia mampu mendengar gemerisik sampai kelebat pedang terjauh.
“Aku mampu mendengar detak jantung yang masih sangat lemah di dalam rahim Nona Kenanga,” katanya dalam sebuah petualangan. Suara degup janin pun ia dapat menangkap. Apalagi degub berdebar hati seorang yang penuh kasih atau terbakar amarah dan dengki. Degup seorang yang tulus atau pengkianat yang jahat.
Hati yang jernih dan peka itulah cahaya bagi mata batin seseorang. Kendati buta, tetapi dengan hati yang jernih, ia dapat melihat cahaya sebagai penuntun langkah hidupnya.
“Dalam Dia ada hidup, dan hidup itu adalah terang bagi manusia. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan, tetapi kegelapan tidak menguasainya……Terang itu telah ada di dalam dunia, dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya.”
Yesus adalah Sang Terang yang menuntun hati manusia kepada kebenaran. Yesus menuntun manusia dari kegelapan.
Kita ini seperti si buta yang tinggal dalam kegelapan. Kita membutuhkan, bukan mata yang dapat melihat, tetapi hati yang peka menimbang situasi. Kegelapan membuat kita tidak dapat mengenal kebenaran. Maka hati yang peka diterangi cahaya itulah yang akan menuntun kepada kebenaran hidup sejati. Tak ada guna mata bisa melihat tetapi hati buta.
Cahaya itu tidak lain adalah firman yang telah menjadi manusia, yakni Yesus sendiri. Yesuslah yang kita butuhkan untuk menuntun kita yang buta hidup dalam kegelapan.
Mari kita menyongsong tahun 2021 dengan memohon Sang Terang agar menuntun langkah hidup kita.
Berjuang dengan keringat dan peluh.
Rambut terurai sampai ke bahu.
Selamat tinggal duaribu duapuluh.
Selamat datang duaribu duapuluh satu.
Cawas, penuh harapan…
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr