ORANG mengenal Pak Jokowi itu tidak “ujug-ujug” atau tiba-tiba. Tetapi melalui proses panjang. Ia menjadi pengusaha mebel di kota Solo. Merintis usahanya dari kecil-kecilan. Karena ketekunan dan keuletannya, ia mampu menembus pasar internasional. Tetapi capaian itu membutuhkan usaha yang keras.

Masyarakat Solo mulai meliriknya untuk menjadi pemimpin mereka. Ia terpilih jadi walikota. Model kepemimpinannya sangat menginspirasi. Kepemimpinan yang merakyat dengan suka blusukan kemana-mana. Masyarakat kecil dilayani dengan baik.

Prestasi yang diperolehnya membuat ia maju ke Pilgub Jakarta. Ia berhasil menjadi Gubernur di Ibukota. Kerja kerasnya berhasil mengubah wajah Jakarta. Namanya melejit saat dipercaya rakyat untuk memimpin Indonesia. Ia menjadi presiden yang paling berhasil selama ini.

Namun banyak juga yang tidak menyukainya, para pesaing dan lawannya. Mereka membenci dan berusaha menjatuhkannya dengan cara fitnah, menyebar hoax, berita bohong. Namun ia tetap bekerja, bekerja, dan bekerja. Kita percaya orang ini baik dan harus didukung.

Injil yang sangat panjang ini mau menceritakan bagaimana proses orang beriman kepada Yesus. Orang buta sejak lahir itu disembuhkan Yesus. Tindakan Yesus itu menimbulkan pro dan kontra, karena Yesus melakukannya pada hari Sabat. Ia dianggap tidak memelihara hari Sabat.

Masyarakat terbelah. Ada yang pro Yesus, termasuk si buta yang mengatakan bahwa Ia ini seorang nabi. Yang kontra mengatakan, “Orang ini tidak datang dari Allah, sebab ia tidak memelihara hari Sabat”. Situasi itu justru dipakai oleh si mantan buta untuk menjelaskan siapa Yesus sebenarnya.

Awalnya ia menyebut Sang Penyembuh itu “Orang yang disebut Yesus”. Sebutan ini tidak punya wibawa apa-apa. Tetapi ketika ia didesak orang Farisi, ia menyebut Yesus, “Ia seorang nabi!”

Penjelasan itu tidak meredakan suasana tetapi justru makin ricuh, heboh dan memanas. Mereka menyelidiki orangtuanya, mungkin mengintimidasi juga. Si mantan buta juga tak mau kalah, ia tetap teguh membela diri dan makin yakin pendiriannya.

Bahkan ia menyindir mereka, “Barangkali kamu mau menjadi muridNya juga?” Ia dipojokkan dan diusir keluar. Dalam situasi terkucil, orang buta yang sudah sembuh itu mengungkapkan credonya, “Aku percaya, Tuhan”. Dialah Anak Manusia yang telah membuat hidupnya baru.

Kita bisa melihat proses iman yang tumbuh: dari “orang yang disebut Yesus ke “Ia seorang nabi” lalu makin percaya, Yesus adalah Tuhan. Kesulitan, intimidasi, pengucilan, ditindasdan diolok-olok tidak memadamkan iman tetapi justru meneguhkan keyakinan bahwa Yesus adalah Tuhan.

Bagaimana dengan kita sendiri?

Pergi ke Semarang membeli ikan
Dimasak pedas campur brokoli
Iman berkembang dalam kesulitan
Bersama Yesus terus dihidupi.

Rm. A. Joko Purwanto Pr