SETELAH diculik oleh Prabu Dasamuka, Dewi Sinta tinggal di Taman Argasoka ditemani Trijata, putri Wibisana. Sinta sangat menderita karena jauh dari Rama, suaminya. Badannya kurus kering dan lunturlah kecantikannya. Bertahun-tahun ia menunggu kedatangan Rama untuk menjemputnya. Hatinya selalu gundah oleh kesedihan yang mendalam.

Ketika Hanoman datang sebagai duta Prabu Rama, ia menyerahkan cincin kepada Sinta. Tetapi cincin itu kebesaran di jari Sinta karena derita batin yang disandangnya. Penantian panjang untuk berjumpa dengan suami yang dikasihinya tak menyurutkan rasa setianya kepada Rama.

Kesetiaan itu membuahkan hasil yang membahagiakan. Kesetiaan Sinta dibalas dengan keteguhan Rama mencari istrinya sampai di Alengka. Rama berhasil mengalahkan Rahwana dan seluruh pasukan Alengka demi merebut Sinta kekasih sejatinya. Penantian panjang dan lama itu berbuah manis.

Waktu misa di Candi Gedongsongo ada seorang ibu yang sharing menceritakan penantian panjang anaknya untuk dikaruniai momongan. Anaknya sudah 12 tahun menikah tetapi belum punya anak. Sudah berbagai macam cara ditempuh; berobat ke dokter, terapi dan konsultasi.

Putus asa tak membuahkan hasil, mereka pasrah kepada Tuhan. Tiga bulan yang lalu, ibu ini dikabari oleh menantunya bahwa ia hamil. Penantian yang panjang akhirnya terjawab oleh kuasa doa.

Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus menjumpai seorang yang sudah 38 tahun berbaring di tepi kolam Bethesda. Ia sudah sampai pada titik puncak putus asa. Ia sudah lelah berharap. Ia hanya mengandalkan kebaikan orang lain.

“Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu, apabila airnya mulai goncang; dan sementara aku sendiri menuju kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku”.

Kadang kita pun mengalami batas daya kemampuan. Menanti panjang akan pertolongan Tuhan. Rasanya Tuhan terasa jauh, tak peduli dan serba gelap. Waktu kita tidak sama dengan waktu Tuhan. Rancangan kita bukan rancangan Tuhan. Tuhan membuat indah pada waktunya.

Yang dibutuhkan adalah kesetiaan seperti Sinta dan keteguhan seperti Rama. Yesus menjawab masa penantian panjang orang lumpuh itu. Orang itu sembuh, berjalan sambil mengangkat tilamnya. Ketika Tuhan belum memberikan yang kita minta, Tuhan punya rencana yang lebih besar dan indah bagi kita.

Berlayar menuju ke Pantai Padang
Dengan kapal memilih duduk di buritan
Berharap dalam penantian yang panjang
Rencana indah telah disiapkan Tuhan

Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr