Batara Brahma disuruh oleh Rajanya para dewa, Batara Guru untuk menceraikan Arjuna dengan Batari Dresanala, putri Batara Brahma. Alasanya karena Dresanala akan dijodohkan dengan Dewasrani, putra Batara Guru dengan Durga.

Waktu itu Dresanala sudah mengandung. Arjuna diusir dari Kahyangan. Dresanala diminta untuk menggugurkan bayinya. Bayi laki-laki lahir dan dibuang ke kawah Candradimuka.

Aneh bin ajaib, bayi itu tidak mati tetapi justru dalam kobaran api kawah dia tumbuh berkembang sangat sakti. Oleh Narada, anak remaja ini diberi nama Wisanggeni (Racun Api).

Ia mencari tahu siapa bapak dan ibu yang melahirkannya. Ia mengobrak-abrik Kahyangan, kerajaan para dewa karena dewa-dewa tidak bisa menunjukkan asal-usulnya. Semar, pamomong para ksatria memberitahu bahwa ayahnya adalah Arjuna.

Karena diperlakukan tidak adil maka Wisanggeni menuntut balas kepada para dewa. Batara Guru dan Brahma mengakui kesalahannya, maka Dresanala dikembalikan kepada Arjuna. Wisanggeni hidup bersama para Pandawa di Amarta.

Konflik orang-orang Farisi dengan Yesus adalah soal asal-usul mereka. Yesus menyebut Dia berasal dari Allah. Dan Allah adalah BapaNya. Orang Farisi mengaku sebagai keturunan Abraham.

Abraham adalah bapa mereka. Semestinya mereka menghormati Allah yang adalah Bapa. Karena Abraham menyembah Allah. “Allah Abraham, Allah Ishak, Allah Yakub (Israel), nenek moyang mereka.

Maka Yesus berkata, “Sekiranya kamu anak-anak Abraham, tentulah kamu mengerjakan pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham. Tetapi yang kamu kerjakan ialah berusaha membunuh Aku; Aku seorang yang mengatakan kebenaran kepadamu, yaitu kebenaran yang kudengar dari Allah! Pekerjaan yang demikian tidak dikerjakan oleh Abraham. Kamu mengerjakan pekerjaan bapamu sendiri”.

Wisangeni itu adalah anak yang benar dan sah dari Arjuna dan Dresanala. Tetapi justru para dewa berusaha membunuhnya demi kepentingan mereka sendiri.

Wisanggeni tidak mati. Tetapi justru hidup dan menjadi pemuda perkasa yang berani berjuang demi kebenaran. Orang-orang Farisi dan para ahli kitab itu seperti para dewa di Kahyangan.

Mereka tahu tentang kebenaran, kebaikan, penjaga nilai-nilai luhur keutamaan hidup. Tetapi mereka sendiri berusaha mematikan kebenaran itu dalam diri Yesus.

Mereka mengaku berasal dari Allah tetapi pekerjaan mereka justru mau membunuh Yesus yang bertentangan dengan kehendak Allah.

Yesus berkata, “Kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu”. Marilah kita berpegang teguh dan berjuang demi kebenaran.

Berkeliling ke Jakarta lewat Tugu pancoran
Berputar tak henti di Bundaran HI
Sangat beratlah memperjuangkan kebenaran
Banyak hambatan yang harus dihadapi.

Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr