BEBERAPA waktu lalu ada kasus pemotongan kayu salib di kuburan. Ada macam-macam reaksi. Ada yang marah, tidak terima, protes. Namun ada pula yang mengajak berefleksi bagaimana sikap dan hidup kita di tengah masyarakat.
Salib adalah lambang, tanda, rambu. Yang penting adalah hal yang dilambangkan itu. Kalau tindak tanduk, tutur kata, sikap dan perilaku kita sudah sesuai dengan yang dilambangkan itu, kiranya tanda atau rambu itu tidak diperlukan lagi.
Kalau tanda salib itu sudah dihayati dalam kehidupan seseorang, maka kayu palang itu tidak penting lagi. Salib itu punya dua arah : vertikal dan horisontal. Arah vertikal menunjukkan relasi dengan Allah. Arah horisontal menggambarkan relasi dengan sesama manusia.
Prabu Mandrapati “duka yayah sinipi”, sangat murka kepada Narasoma anaknya yang tega membunuh ayah mertuanya, Begawan Bagaspati demi mendapatkan putrinya, Pujawati. Prabu Mandrapati marah sambil memberi wejangan kepada Narasoma.
Manusia itu harus mempunyai 5 sikap menyembah. Pertama, manusia harus menyembah kepada Tuhan yang telah menciptakannya. Kedua, manusia harus menyembah bakti kepada orangtua yang telah mengukir jiwa raganya.
Ketiga, manusia harus menyembah hormat kepada saudara tua yang telah memberi teladan hidup. Keempat, manusia harus menyembah sujud kepada mertua yang merelakan anaknya untuk melanjutkan keturunan. Kelima, manusia harus menyembah pada guru yang telah memberi ilmu.
Kelima sikap menyembah itu terangkum dalam sikap hormat kepada Tuhan (Vertikal) dan hormat kepada sesama (Horisontal). Narasoma diusir dari Kerajaan Mandaraka karena tindak-tanduknya yang tidak menghargai ayah mertua. Bahkan membunuhnya. Ia lari ke Mandura mengikuti sayembara pilih.
Dalam Injil hari ini, Yesus ditanya oleh ahli Taurat tentang perintah utama dalam kitab Bangsa Yahudi. Yesus menjawab, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hati, dengan segenap jiwa, dengan segenap akal budi, dan dengan segenap kekuatanmu. Dan perintah yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada perintah yang lebih utama dari kedua perintah itu”
Sepuluh Perintah Allah dalam Kitab Taurat itu dirangkum oleh Yesus dengan dua hukum utama yakni cinta kepada Allah dan cinta kepada sesama. Kalau kita mengaku mencintai Allah, maka harus terwujud dalam mencintai manusia.
Mencintai sesama juga wujud nyata kita mencintai Tuhan. Hal itu juga tersirat dalam Pancasila Dasar Negara kita. Lima sila itu merangkum cinta kepada Tuhan dan sesama.
Lima sila dasar negara kita
Itulah yang disebut Pancasila
Mencintai Tuhan Sang Pencipta
Terwujud dalam menghargai sesama.
Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr