by editor | Aug 9, 2018 | Renungan
Suatu kali seorang istri marah-marah kepada suaminya karena ketika ia telpon ke hp suami, yang menjawab suara perempuan yang menyebut namanya Veronika.
Ia melabrak suaminya yang dituduh selingkuh dengan Veronika. Suaminya menjelaskan bahwa Veronika adalah operator HP.
Salah paham itu sering terjadi. Petrus pun juga salah memahami siapa Yesus sebenarnya. Saat ditanya oleh Yesus, “Siapa Aku ini?” Petrus menjawab, “Engkaulah Mesias, Anak Allah yang hidup!”.
Namun saat Yesus menubuatkan bahwa Dia harus menderita, mati dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga, Petrus menampik itu dan Yesus berkata, “Enyahlah Iblis, engkau duatu batu sandungan bagiKu”.
Petrus salah memahami kemesiasan Yesus. Baginya Mesias adalah Raja Agung yang mahakuasa yang duniawi. Mesias politis yang membebaskan Israel dari penjajahan Romawi.
Sedang Mesias menurut Yesus adalah Mesias yang menderita demi keselamatan abadi semua manusia. Petrus masih harus belajar menyesuaikan pahamnya dengan paham Yesus. Baru setelah Yesus bangkit dari mati, Petrus berani berkata, “Tuhan, Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau”.
Kita juga butuh proses untuk mengenal Yesus. Kendati sering jatuh bangun, kita pun diharapkan setia mengasihi Yesus.
Semoga kita makin mengenal Tuhan Yesus. Siapakah Yesus menurutmu pribadi ?
Selamat merenung. Salam Obor Asian Games.
Berkah Dalem.
(Rm. A. Joko Purwanto Pr)
by editor | Aug 7, 2018 | Renungan
DALAM Injil diceritakan seorang ibu dari Kanaan, yang anaknya sakit kerasukan setan dan sangat menderita, meminta tolong pada Yesus. Yesus tidak menggubrisnya.
Bahkan murid-muridNya merasa terganggu karena ia teriak-teriak, “suruhlah wanita itu pergi”. Yesus menyindir dengan perkataan halus “Aku diutus hanya kepada DOMBA-DOMBA umat Israel yang hilang”.
Namun wanita itu teguh tak bergeming, ia tetap memohon, “Tuhan tolonglah aku”. Kalau tadi Yesus berkata halus tentang domba, sekarang Yesus mengumpamakannya dengan anjing. “Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melenparkannya kepada ANJING”.
Ketegaran wanita itu diuji. Ia tidak mundur diumpamakan anjing, direndahkan, dihina. Ia berkata, “Benar Tuhan, tetapi anjing-anjing pun makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya”. Ia berharap mendapat remah-remah yang jatuh pun sudah cukup, demi anaknya yang sakit.
Akhirnya Yesus mengetahui betapa besar iman wanita itu dan mengiyakan permohonannya. “Hai ibu, sungguh besar imanmu! Terjadilah bagimu seperti yang kaukehendaki.”
ANAK POLAH BAPA BIYUNG KEPRADAH. Anak punya harapan, cita-cita atau kehendak, orangtua berusaha sekuat tenaga membantu mewujudkannya. Iman yang besar bahwa Yesus mampu menyembuhkan membuat wanita itu menerjang segala rintangan. Yang penting anakku sembuh.
Kesulitan atau hambatan kadang dipakai Tuhan untuk menguji seberapa besar iman kita. Jangan takut dengan kesulitan, dengan itu kita akan naik kelas ke dalam hidup yang lebih tinggi. Jangan pernah berhenti meminta pada Tuhan.
Ayooo semangat lagi.
Selamat merenung.
Salam Obor Asian Games tetap berdoa bagi saudara-saudari di Lombok.
(Rm. A. Joko Purwanto Pr)
by editor | Aug 6, 2018 | Renungan
SAYA selalu ingat lagu rohani dalam Bahasa Jawa yang diajarkan oleh katekis waktu mau terima komuni pertama.
Syairnya begini; Oh kawula punika palwa upaminya. Alit tur tan prakosa ngambahing samodra. Dipun tempuh prahara lan aluning samodra. Dhuh Dewi Mariyah pangayoman amba.
Terjemahannya begini; Oh hamba ini seumpama perahu sampan. Kecil dan rapuh tidak perkasa berlayar di samudera. Dihadang prahara dan ombaknya samudera. Duh Ibu Maria pelindung hamba.
Memang lagu itu untuk menghormati Maria. Tetapi bisa kita renungkan dalam bacaan hari ini. Kita ini seperti para murid yang mengarungi samudera, diombang-ambingkan angin sakal, prahara ombak. Hidup dalam ketakutan dan kekawatiran.
Saya jadi ingat ceritanya Romo Suprayitno Cs yang diombang-ambingkan ombak di Raja Ampat. Semua merasa 2 jam yang sangat lama dan menegangkan. Mereka hanya diam berdoa rosario.
Dalam ketakutan itu Yesus datang, “Tenanglah Aku ini, jangan takut”. Kita ini sekarang juga mengarungi samudera kehidupan. Kita juga sering mengalami badai kehidupan. Kita takut karena jauh dari Tuhan. Tetapi jika kita mau berseru/berdoa kepada Tuhan, hidup kita akan tenang, damai.
Kalau kita sombong seperti Petrus, kita akan tenggelam. Tetapi jika kita mau percaya pada Tuhan, maka kita akan aman.
Marilah kita mengundang selalu Yesus dalam biduk kita supaya sampan kita aman mengarungi samudera kehidupan dan kita sampai ke tempat tujuan yakni Rumah Bapa di surga.
Mari kita selalu berdoa kepada Yesus Sang Bintang Kejora yang menjadi penunjuk arah sampan kita.
Selamat merenungkan. Berkah Dalem.
Salam Obor Asian Games. Kita Indonesia satu.
(Rm. A. Joko Purwanto Pr)
by editor | Aug 5, 2018 | Renungan
SETELAH Yesus mengatakan bahwa Dia akan menderita, dibunuh dan bangkit kembali, Dia mengajak 3 murid terdekatNya, Petrus, Yakobus dan Yohanes, bersama-sama Dia naik ke atas gunung.
Ketika Dia sedang berdoa, pakaianNya putih berkilau-kilau, nampak mulia. Musa dan Elia nampak berbicara tentang kematianNya yang segera tiba. Petrus tidak mengerti dan merasa ketakutan.
Namun ia menawarkan membuat 3 kemah. Petrus nampaknya ingin tinggal di situ saja. Saat awan menaungi mereka terdengar suara, “Inilah AnakKu yang Kukasihi, dengarkanlah Dia” Lalu awan mengangkat Musa dan Elia, hilang dari pandangan mereka.
Yesus melarang menceritakan peristiwa itu sampai kebangkitanNya. Peristiwa luar biasa ini mau menguatkan para murid agar lebih mengenal Yesus yang sebenarnya. Yesus ingin para murid melihat kemuliaanNya.
Walaupun mereka belum paham 100%. Paling tidak mereka telah mencicipi sedikit keilahianNya. Selama ini mereka berjumpa dengan kemanusiaanNya.
Dengan peristiwa transfigurasi, para murid berjumpa dengan Yesus mulia yang ilahi. Elia dan Musa melambangkan Taurat dan kuasa nabi. Yesus menyempurnakan keduanya. “Inilah Anak yang Kukasihi” menunjukkan kuasaNya dari Allah.
“Dengarkanlah Dia” adalah perintah untuk mencapai keselamatan. Peristiwa ini tak akan terlupakan oleh para murid, kendati dilarang diceritakan.
Yesus ingin supaya mereka tidak takut dan gentar saat menghadapi salib. Karena hanya dengan saliblah kemuliaan itu akan terpenuhi.
Marilah kita percaya dan mendengarkan Dia. Itulah jalan untuk mengalami kemuliaanNya. Percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan mendengarkan Dia lewat sabda-sabdaNya.
Selamat merenungkan.
Berkah Dalem.
Salam Obor Asian Games. Ayo lihat poco-poco rekor dunia untuk semarakkan Asian Games. Indonesia bisa !!!!
(Rm. A. Joko Purwanto Pr)
by editor | Aug 4, 2018 | Renungan
HERODES menganggap Yesus adalah pengejawantahan Yohanes Pembaptis yang telah dibunuhnya. Karena Yohanes telah mengkritik Herodes yang mengambil Herodias, istri saudaranya.
Dendam kesumat menghinggapi mereka. Dendam itu tinggal menunggu saatnya yang tepat. Di saat pesta ulang tahun Herodes, diadakan perayaan yang luar biasa. Hingga Herodes lupa diri.
Dendam menumpang lewat lupa diri, akibatnya sangat tragis. Yohanes jadi kurbannya. Dendam yang tak terkendali bisa menggilas apapun dan menghancurkan seperti tzunami yang dasyat. Dendam membawa budaya kematian.
St. Yohanes Maria Vianey yang kita rayakan hari ini berkata, “Allah yang baik mwmberikan kepada kita kebebasan untuk memilih hidup atau mati; jika kita memilih mati, kita akan dicampakkan ke dalam api, dan kita akan dibakar untuk selamanya bersama setan”.
Selamat merenungkan. Salam Obor Asian Games. Kita satu Indonesia.
Berkah Dalem.
( Rm. A. Joko Purwanto Pr )