Puncta 14.05.19 Pesta St. Matias Rasul Yohanes 15:9-17 Pemain Cadangan

DALAM suatu pertandingan sepak bola, selalu ada pemain cadangan. Pemain cadangan itu bukan hanya pengganti pemain utama, tetapi dia dikeluarkan pada saat-saat situasi kritis. Kadangkala justru pemain cadangan dapat menjadi inspirasi bagi pemain-pemain lainnya. Seperti Wijnaldum, pemain ini baru dikeluarkan oleh Klopp pada babak kedua saat Liverpool melawan Barcelona. Dia menyumbangkan dua dari 4 gol untuk Liverpool dan berhasil menumbangkan Barca dengan agregat 4-3. Sehingga Liverpool berhasil maju ke final Liga Champion. Pemain cadangan sama pentingnya dengan pemain utama.

Hari ini Gereja merayakan Pesta Santo Matias, Rasul. Ia dipilih untuk menggantikan kedudukan Yudas Iskariot yang telah mati. Ada dua orang yang diusulkan yakni Yustus dan Matias. Setelah diundi ternyata Matias yang terpilih. Sebelum melakukan undi, mereka semua berdoa mohon terang Roh Kudus. Akhirnya Matias ditambahkan kepada bilangan kesebelas rasul itu.

Yang menarik adalah persyaratan menjadi pengganti rasul yakni, “Harus ditambahkan kepada kami satu orang yang dipilih dari mereka yang senantiasa datang berkumpul dengan kami selama Tuhan Yesus bersama-sama dengan kami, yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke surga meninggalkan kami. Bersama kami ia harus menjadi saksi tentang kebangkitan Yesus”.

Para rasul adalah saksi mata langsung akan peristiwa-peristiwa Yesus, mulai dari Yesus dibaptis oleh Yohanes sampai Ia terangkat ke surga. Maka pengganti rasul juga haruslah orang yang dekat dengan Yesus dan menyaksikan karyaNya sampai Ia kembali kepada BapaNya. Kesaksiannya sungguh valid tak terbantahkan karena mereka melihat langsung dan selalu mengikuti Yesus.

Yesus menyebut mereka sebagai sahabat-sahabatNya karena kedekatan mereka. “Kamu adalah sahabatKu, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. Aku tidak lagi menyebut kamu hamba, sebab hamba tidak tahu apa yang diperbuat oleh tuannya. Tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepadamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari BapaKu”. Sadarkah bahwa kita ini adalah sahabat-sahabat Yesus? Apakah perbuatan kita adalah wujud dari melaksanakan perintahNya?

Main bola di tengah lapangan
Bola melambung tinggi ke angkasa
Kita ini sahabat-sahabat Tuhan
Kalau kita melaksanakan perintahNya

Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr

Puncta 09.05.19 Yohanes 6:44-51 Roti yang Dipecah

KARDINAL Fulton Sheen mengatakan, “Tata cara Misa yang tidak pernah berubah adalah pemecahan roti untuk mengingatkan kita bahwa setiap kali kita merayakannya Tuhan “dipecahkan” sebagai kurban untuk dosa-dosa kita”.

Dalam Bukunya yang berjudul “Imam Bukan Miliknya Sendiri, Kardinal Sheen menulis, “Perjanjian Lama telah memberi petunjuk mengenai persembahan diri Kristus dalam wujud roti yang dipecahkan karena dijelaskan bahwa roti yang akan dipersembahkan oleh imam harus “dipotong-potong menjadi potongan kecil” (Im 2:6).

Bahkan kata Ibrani untuk “roti tidak beragi” yang digunakan di ayat ini diambil dari sebuah kata kerja yang berarti “ditusuk” atau “dilukai”. Dengan ini roti itu meramalkan kondisi dari kurban yang dilambangkannya. Sebagaimana roti itu diremukkan, demikian pula Kristus akan diremukkan.

Kalau hari ini dalam Injil, Yesus berkata, “Roti yang Kuberikan itu ialah dagingKu, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia”, Kematian Yesus di salib adalah cara yang nyata memandang Roti yang diremukkan selama konsekrasi. TubuhNya diremukkan sebagaimana roti yang dipecah-pecah dalam ekaristi untuk keselamatan dunia.

Para muridNya mengenal Yesus yang sudah bangkit ketika Ia memecah-mecahkan roti. Dua orang murid Emaus itu mengenal Yesus ketika Ia mengambil roti, mengucap syukur dan memecah-mecahkannya di depan mereka. Terbukalah mata hati mereka.

Kata-kata konsekrasi, “Inilah tubuhKu yang diserahkan bagimu” dan “Inilah piala darahKu yang ditumpahkan bagimu” adalah benar-benar pemberian diri Kristus untuk keselamatan dunia. Barangsiapa makan roti ini, dia akan hidup untuk selama-lamanya.

Kepercayaan inilah yang menguatkan para murid dalam bacaan pertama, mewartakan Yesus yang bangkit kemana-mana. Bahkan kemartiran menjadi model bagi mereka untuk mengikuti Kristus yang telah bangkit.

Filipus menjelajah daerah Samaria. Kemanapun ia pergi dan berjumpa dengan siapa saja, Filipus selalu mewartakan Yesus yang telah bangkit.

Setelah kita mengikuti ekaristi, imam berkata, “Pergilah! Kamu diutus”. Nah, kita telah menerima Roti Hidup yakni Kristus, kita diutus untuk mewartakanNya. Siapkah kita?

Bunga melati masih kuncup
Indah dipandang saat mekar
Yesus berkata, “Akulah Roti Hidup”
Kita semua tak akan haus dan lapar

Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr

Puncta 08.05.19 Yohanes 6:35-40 Akulah Roti Hidup

DENGAN menahan perut yang sangat kelaparan, Jean Valjean terpaksa mencuri roti di kota. Karena tindakannya itu ia harus menebus 19 tahun kerja paksa di penjara.

Ketika dia dibebaskan secara bersyarat, ia pulang ke kotanya. Karena kemalaman, ia harus mencari tumpangan untuk bermalam. Satu-satunya yang mau menerimanya adalah rumah uskup, Mgr. Charles Francois Bienvenu Myriel.

Ia diberi makan roti dan kamar yang layak. Namun niat jahatnya muncul saat dia melihat peralatan makan yang terbuat dari perak. Ia mencuri senduk dan garpu perak yang mahal itu. Tetapi tindakannya diketahui oleh Mgr. Myriel.

Jean Valjean terpaksa memukul uskup tua itu sampai jatuh pingsan. Malam itu ia melarikan diri. Namun ia tertangkap oleh polisi dan dikembalikan kepada uskup Myriel. Ketika polisi bertanya kepada uskup, “Apakah barang-barang mahal ini milik bapak uskup? Orang ini telah mencurinya”.

“Aku telah memberikannya sebagai hadiah”, kata uskup. Para polisi itu terkejut dan melepaskannya. Saat mereka hanya berdua, Uskup berkata kepada Jean Valjean, “Aku telah membayarmu dengan barang perak itu. Engkau telah berjanji akan hidup secara baru. Engkau telah ditebus”.

Sejak saat itu Jean menjadi manusia baru. Ia berbuat kebaikan dan kejujuran pada sesamanya. Itulah Novel “Les Miserables” ciptaan Viktor Hugo yang sangat terkenal.

Yesus berkata, “Akulah roti hidup! Barangsiapa datang kepadaKu, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepadaKu, ia tidak akan haus lagi”. Yesus telah memberikan diriNya untuk keselamatan kita.

Ekaristi yang setiap hari kita rayakan adalah pemberian diri Tuhan yang sempurna kepada kita. Ia mau menjadi makanan kita. Jika kita mau menerimanNya, kita tidak akan merasa kekurangan, kelaparan.

Roti adalah kebutuhan pokok. Cinta Tuhan adalah kebutuhan kita. Ketika kita merasakan cinta Tuhan, kita tidak akan kehausan dan kelaparan.

Roti hidup yang dari Tuhan itu harus dibagikan kepada sesama. Seperti Mgr. Myriel yang menolong Jean Valjean dengana roti dan mengubah seluruh hidupnya dengan perak, begitulah cinta Tuhan harus dialirkan kepada orang lain.

Jean Valjean menjadi manusia baru yang penuh dengan kasih karena ia mengalami ditebus, dikasihi oleh Tuhan. Roti hidup atau kasih Tuhan itu walaupun dibagi-bagikan tidak akan habis, malah akan semakin bertambah banyak.

Kita diajak datang kepada Sang Roti Hidup yakni Yesus sendiri. Kita diundang dalam ekaristi karena dalam perjamuan itulah Tuhan memberikan hidupNya. Sudahkan anda menanggapi undangan Tuhan?

Janganlah menunda…… hidup kekal menanti anda.

Naik kereta senja menuju Bali
Singgah sebentar di Banyuwangi
Tuhan mengundang kita dalam Ekaristi
Santapan jiwa nan kekal abadi

Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr

Puncta 07.05.19 Yohanes 6:30-35 We Are The World

MASIH ingat lagu fenomenal sepanjang masa berjudul We Are The World? Lagu yang diciptakan Lionel Richie dan Michael Jackson tahun 1985 ini bertema sosial untuk membantu kelaparan yang terjadi di Afrika.

Lagu ini terjual sebanyak 20 juta copy dan hasilnya US$75 juta disumbangkan lewat lembaga non profit USA for Afrika demi mengentaskan kelaparan dan kemiskinan di Afrika. Inilah sebagian dari syairnya :

Send them your heart so they’ll know that someone cares
Beri mereka hatimu agar mereka kan tahu ada yang peduli
And their lives will be stronger and free
Dan hidup mereka kan jadi lebih kuat dan merdeka
As God has shown us by turning stones to bread
Sebagaimana Tuhan tlah tunjukkan kita dengan mengubah batu menjadi roti
So we all must lend a helping hand
Maka kita pun harus memberi bantuan

Kelaparan dan kemiskinan di Afrika adalah bencana kemanusiaan terbesar waktu itu. Para artis itu menggalang aksi sosial untuk menolong Benua Afrika yang kekurangan makanan. Mereka menyanyi dan menggalang solidaritas karena dunia ini adalah rumah kita semua.

Yesus bersabda bahwa Ia adalah Roti yang dikirimkan kepada dunia. “Akulah Roti hidup. Barangsiapa datang kepadaKu, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepadaKu, ia tidak akan haus lagi”. Lagu We Are The World mengajak kita untuk berani memberi, mengulurkan tangan agar dunia menjadi tempat yang lebih baik lagi :

We are the world, we are the children
Kita adalah dunia, kita adalah anak-anak
We are the ones who make a brighter day
Kita adalah orang-orang yang mencerahkan dunia
So let’s start giving
Maka mari mulai memberi
There’s a choice we’re making
Pilihan yang kita buat
We’re saving our own lives
Kita sedang selamatkan hidup kita sendiri
It’s true we’ll make a better day
Sungguh kita akan menceriakan dunia
Just you and me

Hanya kau dan aku

Marilah kita datang kepada Yesus Sang Roti Hidup supaya kita tidak lapar dan haus akan cinta kasih. DenganNya kita bisa menolong memberi makan dan minum kepada mereka yang lapar dan haus. Dunia adalah rumah bersama. Kalau saudara kita lapar kita harus memberi mereka makan.

Gunung Sumbing Gunung Merapi
Di tengahnya ada Magelang city
Dengan memberi sesuap nasi
Persahabatan kan kekal abadi

Berkah Dalem
Rm. A. Joko Purwanto Pr

Puncta 06.05.19 Yohanes 6:22-29 Menabung Kebaikan

SISWANTO bukanlah siapa-siapa. Ia hanya seorang biasa. Ia menjadi relawan Komunitas Saber, yaitu komunitas Sapu Bersih ranjau paku di jalan-jalan. Ia prihatin ada banyak mobil atau motor yang gembos bannya terkena paku-paku di pinggir jalan.

Ia menyusuri jalan-jalan sambil membawa besi magnet untuk mengumpulkan paku-paku yang berhamburan di jalan. Ia tidak mencari uang atau pujian. Baginya sungguh membahagiakan kalau orang selamat di perjalanan.

Ia bekerja bukan untuk mencari uang tetapi ingin menolong orang lain. Bahagia bisa menolong itulah upah yang tak bisa diganti dengan uang.

Lain lagi, seorang kakek yang setiap sore rajin membersihkan selokan di depan rumahnya. Ia ditanya cucunya, “Kenapa kakek selalu membersihkan selokan dari sampah-sampah di depan rumah?”

Ia menjelaskan kepada cucunya, “Kakek senang, kalau selokan lancar, kita membantu warga tidak terkena banjir. Walaupun hanya tindakan sederhana, namun sangat bermanfaat bagi orang banyak. Tenaga kakek tidak sekuat dulu, tetapi apa yang masih bisa dilakukan untuk kemaslahatan orang banyak, itulah yang membahagiakan!”

Bacaan Injil hari ini menyadarkan kita untuk bekerja bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal.

Itulah yang dikehendaki Yesus. Orang-orang berbondong-bondong mencari Yesus bukan karena mereka telah melihat tanda-tanda, tetapi karena mereka telah dikenyangkan.

Mereka tidak melihat siapa Yesus, tetapi mereka mencari apa yang telah diberikan Yesus. Akibatnya orang tidak sampai beriman, namun hanya sibuk mencari mukjijat.

Bekerjalah bukan untuk makanan yang dapat binasa. Uang, materi, pujian, hormat, sanjungan adalah makanan-makanan yang akan binasa. Kalau kita bekerja hanya untuk mencari pujian dan materi,

kita tidak akan menemukan kebahagiaan. Makanan yang tidak akan binasa adalah kebaikan, keutamaan, kesediaan menolong orang lain, peduli terhadap kesusahan sesama. Marilah kita menabung kebaikan untuk sesama di sekitar kita.

Ke Gajah Mungkur lewat Gemolong
Membeli mangga di batas kota
Kalau kita punya hati untuk menolong
Hidup akan bahagia tak terhingga

Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr