Puncta 24.06.19 HR. Kelahiran St. Yohanes Pembaptis Lukas 1:57-60.80 / Firasat di sekitar kelahiran

 

Dewi Gendari sangat benci dan dendam kepada Pandu Dewanata, karena dia sebagai putri boyongan diserahkan kepada Destarastra, kakaknya.

Dewi Gendari sebenarnya mencintai Pandu. Dendam kesumat ini terbawa terus saat dia mengandung.

Walaupun sudah 1000 hari mengandung, tetapi Gendari belum juga melahirkan. Di hatinya hanya ada perasaan balas dendam.

Ia berdoa semoga anaknya yang lahir nanti dapat menumpas seluruh keturunan Pandu. Malam sebelum Gendari melahirkan, ada firasat buruk.

Suara binatang buas mengaum. Lolongan serigala mengerikan. Burung hantu, kelelawar, burung gagak, dan binatang malam lainnya melolong menakutkan.

Siapapun yang mendengarnya merasa ngeri merinding bulu roma. Malam itu Gendari menjerit kesakitan dan melahirkan segumpal daging berwarna hitam.

Dengan amarah daging itu ditendangnya kesana kemari sampai pecah berkeping-keping. Ada 99 serpihan daging.

Oleh Resi Abiyasa serpihan itu ditutupi dengan daun jati. Secara gaib Batari Durga turun ke jagat raya dan menghidupkan serpihan daging itu menjadi bayi berjumlah 100. Itulah Duryudana dan saudara-saudaranya.

Ada tanda-tanda alam yang menyertai lahirnya seorang anak. Selain itu suasana kebatinan seorang ibu sangat mempengaruhi watak dan karakter bayinya.

Gendari dikuasai oleh dendam dan sakit hati. Perasaan itu menurun menjadi karakter Duryudana dan saudara-saudaranya yang selalu menyimpan benci kepada putra-putra Pandu.

Kelahiran Yohanes Pembaptis dipengaruhi oleh suasana kebatinan ibu dan bapanya. Elisabet sangat bersukacita saat dikunjungi Maria.

Suasana kegembiraan itu berpengaruh pada bayinya. Zakharia juga mengalami hal-hal ajaib saat bertugas sebagai imam di Bait Suci.

Ia tidak percaya bahwa istrinya yang sudah lanjut itu akan melahirkan. Ia menjadi bisu. Untuk memberi nama anaknya, Zakharia harus menuliskannya, “Namanya Yohanes”.

Nama anak itu pun juga menjadi bahan pergunjingan banyak orang. “Menjadi apakah anak ini nanti”.

Yohanes Pembaptis menjadi tokoh besar dalam sejarah. Ia menjadi penghubung nubuat nabi-nabi dengan Juruselamat yakni Kristus.

Ia menjadi perintis dan pembuka jalan. Kelahirannya ditandai hal-hal besar dan peristiwa-peristiwa unik yang menunjukkan kualitasnya.

Kita bersyukur Yohanes Pembaptis adalah orang besar yang rendah hati. Ia menyiapkan jalan bagi Sang Penebus.

Zaman sekarang sulit mencari sosok rendah hati seperti Yohanes Pembaptis. Marilah kita meneladan dia.

Habis renang langsung lemes
Dilarang langsung makan nasi
Meneladan semangat Yohanes
Tegas, tulus ikhlas dan rendah hati

Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr

Puncta 23.06.19 HR. Tubuh dan Darah Kristus Lukas 9:11b-17 / “Kamu Harus Memberi Mereka Makan”

 

KEVIN CARTER memperoleh hadiah “Pulitzer Prize” pada tahun 1994.

Fotonya menggambarkan seorang gadis yang merunduk kelaparan dan berusaha merangkak kelelahan menuju food camp pengungsian PBB yang berjarak 1 kilometer dari tempatnya.

Ia telanjang, kurus dengan tulang menonjol dimana-mana, sementara di belakangnya ada burung pemakan bangkai yang sudah mencium ‘bau kematian’ gadis kecil tersebut.

Foto tersebut diambil di Sudan, Afrika Utara pada Maret 1993. Kevin mendengar isak tangis gadis tersebut.

Ia sempat menunggu selama 20 menit supaya burung pemakan bangkai itu pergi, sementara menunggu ia mengambil foto gadis itu karena burung tersebut tidak juga meninggalkan gadis itu.

Begitu foto tersebut dipublikasikan oleh harian “New York Times”, redaksi menerima begitu banyak telepon menanyakan kabar gadis itu:

“Apakah dia tewas?” .”Apakah dia bisa sampai ke camp/food-center PBB?”. “Apakah dia dimakan burung pemakan bangkai?”. “Bagaimana saya bisa menolong gadis tersebut?”.

Ada petanyaan yang menyentak benaknya; “Mengapa Kevin tidak segera menolong anak itu?!”

Dua bulan setelah menerima penghargaan bergengsi tersebut, Kevin mati bunuh diri karena dihantui pemandangan tersebut. Mungkin dia menyesal, tidak menolong anak kelaparan tersebut.

Hari ini Gereja merayakan Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus. Yesus selalu diikuti oleh orang banyak yang ingin mendengar pengajaranNya.

Para murid meminta Yesus untuk menyuruh orang-orang itu pergi atau pulang karena hari sudah senja.

Tetapi Yesus berkata, “Kamu harus memberi mereka makan!”. Para murid masih mengeluh, “Kami hanya punya lima roti dan dua ikan”.

Ketika menghadapi kesulitan, kita kadang ingin lepas tangan. Tak mau bertanggungjawab.

Para murid ingin lepas tangan dengan menyuruh mereka pergi. Mereka juga mengeluh karena tidak punya sesuatu yang cukup untuk menolong.

Kata-kata Yesus tegas, “Kamu harus memberi mereka makan!” Yesus tidak mau muridNya lepas tanggungjawab. Jika ada orang kesulitan, mereka harus cepat menolong.

Ketika yang sedikit itu dipersembahkan kepada Tuhan, maka akan menjadi berkelimpahan, bahkan ada sisa!

Kita tidak boleh hanya menjadi penonton, atau lepas tangan, atau bahkan “ambil keuntungan” dari penderitaan orang lain. Kita harus membantu.

Kevin Carter itu melakukan tindakan tragis karena tidak menolong gadis kelaparan itu. Ia membiarkan burung bangkai memakannya. Ia menyesal tidak berbuat apa-apa.

“Kamu harus memberi mereka makan” adalah perintah Yesus untuk menolong sesama.

Kita sudah diberi anugerah kehidupan dengan cuma-cuma, maka kita pun harus menjadi saluran berkah bagi sesama kita.

Jangan pernah lepas tangan, lari dari tanggungjawab. Ayolah menolong sesama kita.

Ke hutan berburu kancil.
Tiba-tiba ketemu singa
Walau hanya sedikit dan kecil. Pertolongan kita sangat berguna

Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr

Puncta 22.06.19 Matius 6:24-34 / Tepat Pada Waktunya

 

ADA banyak kekawatiran dalam hidup, tetapi selalu saja pertolongan Tuhan tepat pada waktunya.

Saya pernah tergelincir di sungai di jalan Tanjung Pura menuju Ketapang. Namun Tuhan masih menolong.

Motor saya masih bisa dinaiki sampai tujuan. Pernah juga jatuh di Pelang sampai tangki motor pecah dan bensin mengalir tak bisa dihentikan.

Tuhan menolong melalui seorang bapak yang menarik motor saya sampai Ketapang. Pernah juga mengalami tabrakan berantai di Pagar Mentimun, ketika saya menghindari sepeda motor.

Saya berhenti mendadak dan ditabrak mobil di belakangnya. Ada orang-orang yang dengan senang hati menolong dan membereskan.

Kekawatiran dan ketakutan diselesaikan Tuhan sesuai dengan porsinya. Lewat pengalaman itu Tuhan mau berkata, “Jangan kawatir, Aku bisa diandalkan!”

Seorang anak kecil belajar renang dengan menempel di punggung ayahnya. Walaupun ayah itu berenang di tempat yang dalam, tetapi anak itu tidak kawatir karena bergantung pada ayahnya.

Begitulah kita, kalau bergantung pada Allah tidak perlu merasa takut dan kawatir. pertolonganNya datang tepat pada waktunya.

Biasanya kekawatiran itu terlalu berlebihan. Pikiran kita mengaduk-aduk keadaan yang normal menjadi dibesar-besarkan.

Sebagian besar kekawatiran tidak pernah terjadi. Ketika kita disergap kekawatiran, kita tidak berani melangkah.

Kita tidak berbuat apa-apa. Itulah yang kemudian merugikan kita. Tetapi kalau kita berani menepis kekawatiran itu, kita melangkah, maka di perjalanan semua akan berjalan biasa-biasa saja.

Tuhan Yesus berkata, “Janganlah kuatir akan hidupmu, apa yang hendak kalian makan dan minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, apa yang hendak kalian pakai.”

Tuhan akan menyelenggarakan semuanya. Orang Jawa bilang, “Yen gelem obah bakal mamah” (Asal mau bergerak pasti dapat rejeki).

Itu berarti Tuhan sudah menyediakan bagi mereka yang mau berusaha.

Tuhan meneguhkan kita untuk tidak kuatir akan hidup kita. “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Maka janganlah kuatir akan hari esok, karena hari esok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.” Yakinlah Tuhan selalu menolong tepat pada waktunya.

Buat apa susah, buat apa susah
Lebih baik kita bergembira
Tidak lama pindah, tidak lama pindah
Dimana pun layani umatNya.

Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr

Puncta 21.06.19 Matius 6:19-23 / Kelekatan Tak Teratur

 

PADA suatu hari saya terjadwal misa di suatu lingkungan perumahan. Saya membawa mobil paroki karena takut kalau terjadi hujan.

Saya memasuki jalan-jalan sempit di perumahan itu. Rumahnya kecil dan rapat-rapat.

Mencari tempat parkir agak kesulitan. Akhirnya dapat parkir agak jauh dari tempat misa.

Di perumahan itu ada banyak anak-anak lalu lalang bermain-main di jalan yang sempit, karena tidak ada arena bermain atau lapangan.

Saya berjalan menuju rumah ditemani bapak ketua lingkungan. Saya bertanya menepis kekawatiran, “Parkir di pinggir jalan ini aman Pak?”. Bapak ketua lingkungan bilang, “Aman romo”.

Tetapi selama misa pikiran saya hanya terbayang mobil di pinggiran jalan itu.

Jangan-jangan nanti digesek anak-anak nakal. Jangan-jangan nanti kesundhul mobil atau motor lewat.

Tadi lupa ngunci gak ya? Ada tangan usil yang corat-coret di kaca mobil gak ya?

Pokoknya konsentrasi tidak di dalam misa, tetapi justru di mobil yang terparkir agak jauh.

Hari ini Yesus mengkritik kita, “Janganlah kalian mengumpulkan harta di bumi; ngengat dan karat akan merusakkannya, dan pencuri akan membongkar serta mencurinya. Karena dimana hartamu berada, di situ pula hatimu berada”.

Betapa kita mudah lekat terhadap barang-barang yang kita kumpulkan. Ada rasa takut dan kawatir.

Muncul kecurigaan dan negative thinking terhadap orang lain. Kita cemas jika jauh dari harta benda duniawi itu.

Apakah aman? Apakah tidak dicuri orang? Pikiran-pikiran seperti itu membelenggu hati kita.

Benarlah jika kita terlalu mendewakan harta duniawi, maka sabda Yesus itu menyindir kita. “Dimana hartamu berada di situ pula hatimu berada. Harta benda duniawi ini akan lenyap tak berbekas.

Yesus mengingatkan kalau orang hanya mencari harta duniawi yang akan lenyap, akan ada rasa kecewa dan kehilangan.

Tetapi kalau orang mengumpulkan harta di surga, dia akan mengalami bahagia. Harta di surga itu adalah kebaikan, kejujuran, belas kasih, pengorbanan, kesetiaan, kerendahan hati.

Harta duniawi kalau tidak hati-hati membuat kita egois. Harta di surga membuat kita mau berbagi untuk orang lain.

Harta duniawi itu penting untuk hidup, tetapi jangan sampai kita dibelenggu olehnya.

Kalau kita bisa membebaskan diri dari kelekatan-kelekatan tak teratur, maka kita akan menjadi orang yang merdeka.

Kita bisa hidup tanpa tergantung atau lekat pada suatu barang tertentu, namun tetap menjadi pribadi merdeka di hadapan Allah.

Ad Maiorem Dei Gloriam. Segala sesuatu demi kemuliaan Tuhan yang lebih besar.

Kita naik bersama ke Bandungan
Singgah sebentar di Ambarawa
Semua yang dianugerahkan Tuhan
Kita gunakan untuk memujiNya

Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr

Puncta 20.06.19 Matius 6:7-15 / “Ceritane Den Baguse Ngarso”

 

DALAM sebuah pentas ketoprak, Den Baguse Ngarso bercerita pada Wisben,

“Ben, ngerti ora nek romo-romo kae sembahyang arep dhahar. Aku ngerti wong aku kerep diajak dhahar bareng kok. Dongane romo kuwi miturut sikon. Yen caosan dhahare durung teka, dongane dawa-dawa. Ben cepet dikirim. Yen lawuhe tahu tempe, dongane cekak aos. Nanging yen lawuhe ingkung iwak pitik, cepet-cepet gawe tanda salib, wes wes wes kaya nggusah laler kae. Wis rampung!!”

Wisben bertanya, “lha kok tanda salibe cepet-cepet ngapa?”. “Mengko ndak ndhase pitik selak disaut kancane” jawab Den Baguse Ngarso.

(Den Baguse Ngarso cerita pada Wisben, “Ben, tahu gak kalau romo-romo itu doa sebelum makan. Aku tahu karena sering diajak makan bersama. Doanya itu melihat sikon. Kalau kiriman dari umat belum datang, doanya panjang-panjang. Biar cepat dikirim. Kalau lauknya tahu tempe, doanya singkat saja. Tapi kalau lauknya ayam goreng utuh, doanya cuma tanda salib wes wes wes selesai!!”

Wisben bertanya, “kok cuma bikin tanda salib saja kenapa?” “Biar kepala ayamnya tidak diambil orang lain” jawab Den Baguse Ngarso)

Yesus mengajarkan kepada murid-muridNya, “Bila kalian berdoa, janganlah bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka doanya akan dikabulkan karena banyaknya kata-kata.”

Yesus mengajarkan doa wasiat yakni doa Bapa Kami. Yang pertama harus dilakukan dalam doa adalah memuji Allah dan memuliakan namaNya.

Biarlah kehendak Tuhan yang terjadi. Dengan membiarkan kehendak Allah terjadi berarti kita menghadirkan KerajaanNya.

Kedua, membangun relasi baik dengan sesama yakni dengan berani mengampuni orang yang bersalah kepada kita. Itulah inti doa yang diajarkan Yesus.

Kalau kita mengalami kesulitan berdoa, ucapkanlan doa Bapa kami. Doa itu adalah doa wasiat dan sangat bagus. Tidak perlu banyak kata-kata yang bertele-tele.

Tuhan Allah Maha mengetahui. Tentu saja tidak seperti ceritanya Den Baguse Ngarso, doa singkat hanya karena takut lauknya disambar orang.

Doa Yesus itu mendorong kita berbuat secara vertikal dan horisontal. Vertikal yakni memuji Allah. Horisontal yakni berani mengampuni kesalahan orang lain.

Kalau hidup kita dengan Allah baik, maka juga akan nampak kebaikannya kepada sesama.

Jika kita mau mengampuni sesama, Bapa di surga juga akan mengampuni kita.

Ke Cawas lewat Karangwuni
Tujuan utama ke Surakarta
Kalau kita mau mengampuni
Bapa di surga akan mengganjar kita

Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr