by editor | Sep 20, 2020 | Renungan
“Awas Ada Setan”
WARUNG hik yang ada di depan Gereja Pugeran itu selalu ramai didatangi orang. Teh yang disajikan sungguh nikmat. “Ginasthel”, legi (manis), panas, “kenthel” (pekat).
Suatu kali saya pernah ikut bergabung nongkrong dan minum di situ. Dari arah utara saya lihat ada rombongan anak-anak TK berbaris lewat trotoar. Mereka pakai seragam baju yang rapi, tertutup, berwarna hijau.
Sambil berbaris mereka menyanyikan lagu-lagu religius. Mendekati pintu gerbang gereja, ibu guru yang menuntun anak-anak ini memerintahkan supaya mereka menjauh dan masuk ke badan jalan.
Ia berkata, “awas anak-anak jangan melihat ke dalam, ada setan.” Anak-anak kecil itu malah penasaran menengok ke dalam halaman gereja. Di sana ada patung Yesus yang sedang memberkati ke arah jalan Suryaden.
Kami yang sedang ngobrol di warung itu terhenyak mendengar kata-kata bu guru. “Zaman kami sekolah dulu tidak pernah diajari seperti itu.” Celetuk seorang bapak.
Yesus memanggil Matius, “Ikutlah Aku.” Matius meninggalkan meja cukai dan mengikuti Yesus. Ia mengundang Yesus makan di rumahnya bersama koleganya para pemungut cukai. Orang-orang Farisi melihat hal itu. Mereka berkata, “Mengapa gurumu makan bersama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?”
Kaum Farisi menganggap diri paling benar. Mereka mengecap para pemungut cukai itu golongan orang berdosa yang tidak pantas didekati. Dekat dengan mereka dianggap najis dan tertular dosanya. Mereka mengambil jarak dan menjauhi orang-orang seperti Matius dan kelompoknya.
Yesus menjawab mereka, “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, melainkan orang sakit. Yesus lalu mengutip firman dalam Kitab Suci, “Yang Kukehendaki ialah belaskasihan dan bukan persembahan. Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.”
Yesus menegaskan kepada siapa Dia datang. Ia lebih mengasihi orang berdosa daripada orang yang menganggap dirinya benar. Yang diutamakan adalah belaskasihan, bukan persembahan.
Kadang kita lebih menekankan upacara keagamaan, baju-baju liturgis, penampilan saleh kelihatan suci, tetapi melupakan belaskasihan. Kemana-mana bawa Kitab suci, banyak mengutip ayat-ayat, menyebut nama Tuhan, tetapi perilakunya jauh dari cintakasih.
Ajaran Yesus itu adalah cambuk untuk kita agar lebih mengutamakan kasih daripada sibuk menghakimi orang dan menganggap diri paling benar. Jangan mudah menilai orang lain jahat kalau kita sendiri belum sempurna. Kesombongan seringkali menjatuhkan diri kita.
Lebih baik banyak minum supaya tidak dehidrasi.
Lebih baik banyak minta ampun daripada sombong diri.
Cawas, jeruk yang sungguh beruntung….
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr
by editor | Sep 19, 2020 | Renungan
“Askida Egmek”
ARTI harafiah kata askida egmek adalah roti yang ditaruh di keranjang yang tergantung. Namun di balik roti yang tergantung itu ada pelajaran berharga yang pantas kita teladani.
Ada kebiasaan bagus yang terjadi berabad-abad di Turki. Orang biasa membeli roti di toko. Ia membeli 4 buah roti, tetapi ia membayar untuk 8 buah roti. Si penjual mau mengembalikan uang sisanya, “Tuan anda membayar lebih, ini uang kembaliannya.”
Sang pembeli mengatakan, “ taruh saja roti sisanya di keranjang, nanti kalau ada orang yang memerlukan.” Si penjual mengatakan, “Semoga Tuhan memberkati amalmu, tuan.” Ia menaruh 4 roti di keranjang gantung.
Ada orang miskin yang datang ke toko. Ia ingin makan roti tetapi tidak punya uang. Si penjual memberinya 4 buah roti di kantongnya. Orang miskin itu berkata, “Bapak saya cukup makan dua roti saja. Biarlah yang dua untuk orang yang lebih membutuhkan.”
Begitulah askida egmek itu terjadi terus menerus menjadi kebiasaan untuk berbelarasa dan berbagi kepada mereka yang membutuhkan. Kasih itu tidak pandang bulu, tanpa membeda-bedakan.
Siapa pun yang datang ke toko roti selalu menyisihkan untuk menolong sesamanya. Suatu kali mereka akan mengenang kebaikan itu dan berusaha untuk membalasnya dengan kemurahan hati yang sama.
Bacaan Injil hari ini mengungkapkan tentang belaskasih Allah yang tidak pandang bulu dan membeda-bedakan. Yesus memberi perumpamaan tentang seorang raja dan pekerja. Mereka sepakat dengan upah sedinar sehari. Ada pekerja yang bekerja dari pagi. Tetapi ada yang baru mulai bekerja sore hari. Mereka mendapat upah yang sama.
Maka bersungut-sungutlah mereka yang bekerja sejak pagi. Mereka menilai raja itu tidak adil. Tetapi kesepakatannya adalah sedinar sehari. Raja itu menjawab,”Saudara, aku tidak berlaku tidak adil terhadapmu. Bukankah kita telah sepakat sedinar sehari? Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau karena aku murah hati?”
Allah itu murah hati. Allah itu adalah kasih. Ia mempunyai hati berlebih untuk manusia, khususnya yang lemah, miskin dan menderita. Kalau kita mau meniru Allah yang murah hati, kita harus memiliki hati yang berlebih. Menolong tidak harus menunggu kita kaya. Asal kita memiliki hati berlebih, kita bisa membantu sesama.
Orang kaya kalau tidak punya hati berlebih, ia tidak akan ikhlas memberi sesamanya. Orang miskin kalau punya hati berlebih, ia dengan sukacita berbagi dengan sesamanya. Mari kita bermurah hati sebagaimana Allah murah hati kepada kita.
Jalan-jalan ditutup untuk pergi ke kota.
Agar virus berkurang di masa pandemi.
Mari kita bermurah hati pada sesama.
Karena Allah lebih dulu bermurah hati.
Cawas, kopi hitam….
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr
by gisel | Sep 19, 2020 | Artikel
Sehubungan dengan diadakannya Perayaan Ekaristi secara langsung di Paroki St. Maria Assumpta Babarsari, ada beberapa prosedur yang perlu menjadi perhatian bagi seluruh umat Paroki Babarsari, antara lain :
Untuk Umat Lingkungan
- Ketentuan perihal kriteria umat yang diperbolehkan mengikuti Perayaan Ekaristi, mengacu pada Surat Edaran dari KAS 0536/A/X/20-29, yaitu berumur sekurang-kurangnya 10 tahun (atau sudah menerima komuni) dan maksimal 65 tahun dan memiliki kondisi kesehatan yang prima serta tidak memiliki riwayat penyakit yang sangat rentan terhadap penularan virus.
- Ketentuan perihal kriteria umat yang diperbolehkan mengikuti Perayaan Ekaristi, mengacu pada Surat Edaran dari KAS 0536/A/X/20-29, yaitu berumur sekurang-kurangnya 10 tahun (atau sudah menerima komuni) dan maksimal 65 tahun dan memiliki kondisi kesehatan yang prima serta tidak memiliki riwayat penyakit yang sangat rentan terhadap penularan virus.
- Umat diwajibkan membawa KARTU MISA yang telah diedarkan sebelumnya melalui Ketua Lingkungan. Kartu Misa digunakan sebagai akses masuk untuk mengikuti Perayaan Ekaristi sesuai jadwal masing-masing lingkungan.
- Mematuhi dan mengikuti seluruh prosedur yang sudah ditetapkan oleh petugas.
- Bagi umat yang tidak dapat mengikuti Perayaan Ekaristi di gereja, disediakan Misa Live Streaming pada Perayaan Ekaristi hari Minggu, pukul 09.00 melalui akun Youtube KOMPARI dan dilanjutkan dengan penerimaan komuni di masing-masing lingkungan.
Ketentuan penerimaan komuni diatur sbb :
- Yang dilayani untuk menerima komuni di lingkungan adalah umat yang berusia diatas 65 tahun, umat yang sedang sakit, dan umat yang memiliki riwayat penyakit yang rentan terhadap penularan virus. Diluar kategori tersebut disarankan untuk tetap mengikuti perayaan ekaristi sesuai jadwal yang sudah ditentukan.
- Pengaturan tempat/titik kumpul penerimaan komuni dapat diatur oleh masing-masing lingkungan bersama petugas prodiakon lingkungan dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan.
- Selama menunggu petugas prodiakon menuju lokasi penerimaan komuni, umat dipersilahkan melakukan doa pribadi, atau bisa menggunakan doa sebelum komuni yang dapat diambil dari Buku Madah Bakti/Puji Syukur atau referensi buku doa lainnya.
Untuk Kalangan Mahasiswa/i
- Mengacu pada surat edaran dari KAS 0536/A/X/20-29, perihal himbauan agar umat diwajibkan mengikuti perayaan Ekaristi di Paroki masing-masing, maka Mahasiswa/i yang diperbolehkan mengikuti perayaan Ekaristi di gereja, adalah mereka yang berdomisili/kos/kontrak di wilayah Paroki St. Maria Assumpta Babarsari.
- Mahasiswa/i yang berdomisili di wilayah paroki Babarsari, wajib mendapatkan rekomendasi dari Ketua Lingkungan di tempat domisili masing-masing, untuk kemudian mendapatkan nomor urut dan kartu misa yang akan digunakan untuk registrasi di laman web : gmab.web.id/misa/ . Setelah registrasi di web, masing-masing akan menerima QR Code, yang akan digunakan sebagai akses masuk setiap hendak mengikuti perayaan Ekaristi.
- Mahasiswa/i yang berdomisili di wilayah Paroki Babarsari, dapat menghubungi ketua lingkungan masing-masing sbb :
Nomor Handphone Ketua Lingkungan Santa Maria Assumpta, Babarsari, Yogyakarta
- Perayaan Ekaristi khusus untuk kalangan mahasiswa/i pada hari Minggu Sore pukul 17.00 akan dibuka setelah proses registrasi di Ketua Lingkungan selesai dilakukan. Pemberitahuan pembukaan Perayaan Ekaristi ini akan disampaikan secara terpisah.
Demikian surat pemberitahuan ini disampaikan untuk menjadi perhatian bersama. Jika ada hal-hal lain yang ingin ditanyakan, dapat menghubungi kantor sekretariat paroki pada jam kerja atau melalui telephone 0274-487202 atau dapat menghubungi Kabid Liturgi (Lanto) di nomor 085228033982 melalui WA.
Semoga Tuhan selalu menyertai kita semua.
by editor | Sep 19, 2020 | Renungan
BAPAK selalu menasehati supaya sampah-sampah dedaunan tidak dibakar, tetapi dikumpulkan dalam sebuah lubang. Tujuannya supaya membusuk dan bisa menjadi humus, yakni bunga tanah yang akan menjadi bahan makanan bagi tanaman. Kalau tanah itu banyak humusnya dia akan subur dan bisa ditanami berbagai jenis tanaman, karena di situ ada banyak makanan bagi tumbuh-tumbuhan.
Bahan-bahan organik, terutama daun-daun yang membusuk bercampur dengan tanah banyak mengandung unsur hara yang akan menyuburkan tanaman. Di kebun banyak pohon-pohon yang berguguran. Daun-daunnya dikumpulkan di “jogangan” Di tempat-tempat seperti itu biasanya tanahnya subur.
Yesus mengungkapkan suatu perumpamaan, ”Adalah seorang penabur keluar menaburkan benih. Waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu diinjak-injak orang dan dimakan burung-burung di udara sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, dan tumbuh sebentar, lalu layu karena tidak mendapat air. Sebagian lagi jatuh di semak-semak berduri sehingga terhimpit sampai mati oleh semak-semak yang tumbuh bersama-sama. Dan sebagian jatuh di tanah yang baik, lalu tumbuh dan berbuah seratus kali lipat.”
Penjelasan selanjutnya adalah, bahwa benih itu adalah sabda Allah. Yang jatuh di pinggir jalan adalah orang yang telah mendengarnya, kemudian datanglah iblis, lalu mengambil sabda itu dari dalam hati mereka, supaya mereka jangan percaya dan diselamatkan.
Yang jatuh di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang menerima sabda, tetapi tidak berakar. Mereka hanya percaya sebentar saja dan dalam pencobaan mereka murtad.
Yang jatuh di dalam semuk duri adalah orang yang menerima sabda itu, lalu mereka dihimpit oleh kekuatiran, kekayaan dan kenikmatan dunia, sehingga tidak menghasilkan buah yang matang.
Yang jatuh di tanah yang baik ialah orang yang mendengar sabda dan menyimpannya dalam hati yang baik, dan menghasilkan buah yang banyak.
Tanah macam apakah kita ini bagi sabda Allah? Apakah kita menghasilkan buah-buah yang baik sehingga banyak orang merasakan hidup lebih baik karena ada di sekitar kita? Apakah kita menjadi tanah yang banyak humusnya?
Tanah yang baik menyuburkan tanaman.
Hidup yang baik menyuburkan persaudaraan.
Cawas, kalung emas….
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr
by gisel | Sep 18, 2020 | Artikel, Jadwal Misa
Berkah Dalem,
Berikut ini kami sampaikan untuk jadwal Perayaan Ekaristi Paroki Santa Maria Assumpta Babarsari, Yogyakarta
Misa Harian : Senin – Sabtu
Pukul : 05:30 WIB
*kecuali Jumat Pertama, pukul 18:00 WIB
Misa Mingguan
Sabtu Sore : pukul 17:00 WIB
Minggu Pagi : pukul 07:00 WIB
MInggu Sore : pukul 17:00 WIB