Puncta 06.11.20 / Lukas 16:1-8 / Kwitansi Kosong

 

SERING terlihat di tempat pengisian bahan bakar, petugas menawari kwitansi kosong kepada sopir di depan antrianku. Ketika sampai giliranku, dia pun bertanya hal yang sama. Aku bertanya kepadanya, “kenapa mas nawarin kwitansi kosong tadi?”

“Ah kita semua sudah tahu mas, orang sering minta kwitansi kosong. Kan bisa ditukarkan ke kantor. Ngisi 200 ribu nanti nulis sendiri di kwitansi 300 ribu. Gitu mas caranya cari tambahan.”

Pernah juga saya diajak acara dinas di rumah makan. Pegawai yang mentraktir kami itu minta kwitansi kosong kepada petugas kasir setelah dia membayar semua makanan yang dipesan. Selidik punya selidik, kwitansi itu bisa dilipatgandakan jumlahnya untuk dimintakan ganti ke kantornya. Mereka bisa mengatakan ada tamu dinas atau service tamu dari pusat. Nominalnya bisa membengkak dari yang sebenarnya.

Saya jadi berpikir, apakah ada hubungannya ya, kita dulu sering diberi dongeng tentang Kancil Mencuri timun oleh kakek nenek kita. ada banyak kisah tentang binatang kancil yang licik, tidak jujur, pandai menipu dan memanipulasi. Dongeng itu membekas dalam ingatan, kemudian terinternalisasi dalam perilaku menjadi kebiasaan. Tindakan tidak jujur itu lalu diamini di tengah masyarakat. Pembiaran seperti itu menjadi bencana akut di masyarakat kita. jangan heran kalau kita sulit mengatasi korupsi, walau KPK sudah bekerja keras.

Dalam Injil, bendahara yang tidak jujur itu dipuji tuannya, karena ia bertindak cerdik. Bukan ketidakjujurannya yang dipuji, tetapi kecerdikannya. Ia cerdik memanfaatkan tugasnya untuk menyelamatkan dirinya di masa depan. Ia menabur kebaikan kepada orang lain, agar kelak dia diterima dan dibantu oleh orang-orang yang berhutang budi padanya.

Meniru apa yang dikatakan Bu Tejo, “Jadi orang itu mbok yang solutip.” Bendahara itu mencari solusi bagi hidupnya, agar kelak ketika dipecat, ia tidak sengsara. Ia berpikir ke depan supaya tidak MADESU (Masa Depan Suram) tetapi MADECE (Masa Depan Cerah).

Kecerdikan seperti itu mestinya juga kita pakai untuk keselamatan kekal, bukan hanya kebaikan di dunia ini. Yesus berkata, ”Anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya daripada anak-anak terang.”

Mari kita sebagai anak-anak terang juga bisa cerdik menempuh jalan kebaikan demi keselamatan di masa depan.

Ayolah cepat-cepat mudik,
Jangan lama-lama di perantauan.
Jadilah orang yang cerdik.
Supaya kita boleh diselamatkan.

Cawas, 4 x dapat reward…
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr

Puncta 05.11.20 / Lukas 15:1-10 / Zhang Huike, Domba Yang Hilang

 

ADEGAN sangat mengharukan dari Film Not One Less adalah ketika guru kecil Wei menangis di depan sorot kamera. Ia mengungkapkan kesedihan sekaligus kerinduannya untuk menemukan muridnya yang hilang yaitu Zhang Huike. Murid nakal ini pergi dari sekolah dengan maksud mencari kerja di kota. Tetapi karena masih kecil dan tidak punya skill apa-apa, ia justru menjadi gelandangan di jalan-jalan. Secara kebetulan ia sedang mengemis di warung makan. Ia melihat siaran televisi, dimana gurunya menangis mencarinya dengan susah payah.

Zhang Huike telah ditemukan. Mereka pulang ke desa dengan sukacita. Banyak bantuan untuk sekolah dibawanya juga. Murid-murid di sekolah itu bersukacita menyambut kembalinya Guru Wei bersama anak yang hilang, Zhang Huike itu.

Anak-anak itu mengungkapkan sukacitanya dengan menulis di papan dengan kapur warna warni. Baru kali itu mereka melihat ada kapur beraneka warna. Satu per satu mereka maju menuliskan satu kata: Langit; Kebahagiaan; Air; Nama; Ketekunan.

Li Meyling murid paling kecil, dengan dibopong Guru Wei menulis di papan, “bunga”. Sedang Zhang Huike dengan penuh gembira menuliskan perasaannya, “Bu Guru Wei”. Semua anak bersukacita karena murid yang hilang telah diketemukan.

Menghadapi kegundahan kaum Farisi yang bersungut-sungut karena Yesus bergaul dengan para pendosa dan makan bersama dengan mereka, Ia menceritakan perumpamaan tentang seekor domba yang hilang dan diketemukan lagi.

Ia mengungkapkan bagaimana perasaan seluruh isi surga bersukacita karena satu orang berdosa bertobat, lebih daripada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan.

Kadang kita ini mudah irihati jika melihat keberuntungan orang lain. Kita menilai diri paling pantas. Kita senang melihat orang lain celaka. Kita berharap kalau ada orang berdosa itu ya sengsara hidupnya. Sebaliknya,Yesus justru senang melihat orang berdosa bertobat, kembali menjadi orang baik.

Bisa gak kita ini seperasaan dengan Yesus? Bersukacita melihat orang lain bertobat. Senang melihat orang lain berhasil bangkit. Ikut bergembira jika orang lain makin baik dan beruntung hidupnya. Jangan galau dan bersungut-sungut seperti orang Farisi.

Cuci mata di sepanjang jalan Braga.
Beli celana jean di jalan Cihampelas.
Bergembira melihat orang lain bahagia.
Kita sehati dengan Tuhan yang berbelas.

Cawas, dulu sobat ambyaar, kini sobat ngebyaar. Selamat jalan Dalang Seno….
Rm. Alexandre Joko Purwanto

Puncta 04.11.20 / PW. St. Karolus Borromeus, Uskup / Lukas 14:25-33

 

“Hamba-elang Yang Merana”

BANGSA Indonesia hampir memiliki Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional di Bukit Hambalang. Namun apa lacur, KPK keburu mengendus adanya dugaan korupsi yang dilakukan menteri olahraga dan ketua salah satu partai pada era pemerintahan SBY. Akibatnya bangunan megah di atas bukit itu sekarang mangkrak tak terpelihara. Malang dan merana.

Bangunan yang mangkrak itu ditutupi dengan pagar seng warna putih. Banyak rumput-rumput liar tumbuh dimana-mana. Seperti rumah hantu, tidak ada aktivitas apa pun di daerah itu. Semua alat berat yang biasa beraktivitas di situ sudah ditarik bersih. Audit BPK menyebutkan kerugian negara sebesar 243,66 milyar dikorupsi secara berjamaah untuk kepentingan tertentu.

Kesalahan kebijakan dan penyalahgunaan kekuasaan menyebabkan rencana pembangunan proyek itu gagal total. Hamba Elang yang mangkrak malang. Bangunan megah yang jadi beban sejarah.

Yesus berkata, “Siapakah di antaramu, yang mau membangun sebuah menara, tidak duduk membuat anggaran belanja dahulu, apakah uangnya cukup untuk menyelesaikan pekerjaan itu? Jangan-jangan sesudah meletakkan dasar ia tidak dapat menyelesaikannya. Lalu semua orang yang melihat itu akan mengejek dengan berkata, ”Orang itu mulai membangun, tetapi tidak dapat menyelesaikannya.” Orang Jawa bilang, “Kakehan empyak kurang cagak.”

Mengikuti Yesus juga harus ada hitung-hitungannya. Jangan asal mau tetapi tidak dapat mewujudkannya. Berani gak kita meninggalkan bapa-ibu, suami-istri, anak-anak, saudara-saudari, bahkan nyawanya sendiri?

Tuntutan mengikuti Yesus itu adalah berani memanggul salib. Orang harus bisa menghitung, merencanakan, mempertimbangkan segala resiko yang harus dihadapi dan dihidupi, jika mau mengikuti Yesus.

Jangan sampai di tengah jalan menyesal; kenapa berat ya memanggul salib? Kenapa banyak kesulitan ya jadi murid Yesus? Setelah dibaptis, ikut Yesus kok usahaku tidak mulus ya? Aku kok gak bisa naik pangkat ya? Jadi orang Katolik kok diejek, difitnah, dipersulit ya?

Di tengah jalan kita lalu mangkrak seperti proyek Hambalang itu. Karena tidak berani memanggul salib, kita tidak jadi membangun rumah Tuhan, malah jadi rumah hantu.

Yesus sudah memperingatkan kita sejak awal, “Demikianlah setiap orang di antaramu yang tidak melepaskan diri dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku.” Silahkan berhitung, siapkan anda tetap berani maju menjadi murid-Nya?

Setiap pagi muncul bintang Venus.
Menyambut mentari di cakrawala.
Kalau kita berani ikut Yesus.
Jangan ragu-ragu memanggul salib-Nya.

Cawas, sejenak melihat bintang…
Rm. Alexandre Joko Purwanto,Pr

Puncta 03.11.20 / Lukas 14:15-24 / Pusak-Pusak

 

ADA kebiasaan atau tata krama di Dayak, kalau kita bertamu, tuan rumah akan manawari kita makan atau minum. Sekali kita menolak, mereka tidak akan menawari lagi. Mereka tidak perlu berbasa-basi. Jika ya maka akan disediakan, jika tidak mau berarti tidak akan ada tawaran kedua atau ketiga.

Adat mereka untuk menolak suatu tawaran makan atau minum adalah dengan “pusak-pusak.” Tindakan ini berarti menolak dengan sopan. Caranya kita menyentuh barang-barang makanan atau minuman yang disediakan dengan tangan, kemudian menempelkannya di mulut lalu kita mengucapkan permintaan maaf tidak bisa menikmati hidangan tersebut.

Percaya atau tidak, kalau kita tidak melakukan “pusak-pusak”, kita akan mengalami “kampunan”, petaka atau sial.

Saya sudah mengalami sendiri. Suatu kali saya singgah di rumah ketua umat. saya ditawari untuk makan. Karena masih kenyang dan terburu hendak pulang, saya tidak melakukan “pusak-pusak”. Di tengah perjalanan, ban motor saya bocor. Saya tidak percaya. Tetapi hal itu bisa terjadi. Tiba-tiba kena hujan, padahal sebelumnya tidak ada mendung. “Pusak-pusak” adalah tindakan menolak dengan hormat dan tidak mengecewakan si tuan rumah.

Dalam Injil Yesus memberi perumpamaan tentang orang-orang yang menolak undangan pesta dengan tidak hormat. Ada sikap dari kaum Farisi bahwa merekalah yang berhak menikmati perjamuan Allah itu. Maka muncul pernyataan dari seorang Farisi, “Berbahagialah orang yang akan dijamu dalam Kerajaan Allah.”

Lalu Yesus memberikan perumpamaan tentang orang-orang yang berdalih atas undangan Allah itu. Ada yang menolak undangan dengan alasan baru saja membeli ladang. Yang kedua menolak karena baru saja membeli lima pasang lembu, dan akan mencobanya. Yang ketiga menolak dengan alasan baru saja menikah.

Yesus sedang menyindir kaum Farisi. Merekalah sebetulnya yang diundang ke pesta. Mereka adalah bangsa terpilih, terundang masuk ke perjamuan. Tetapi mereka justru menolak dan tidak mau menanggapi undangan itu.

Maka undangan itu dialihkan kepada bangsa-bangsa lain. Siapa pun yang berada di simpang jalan dipanggil masuk ke perjamuan Tuhan. Kita semua, orang berdosa ini diundang masuk ke pesta-Nya. Siapkah kita ikut masuk ke rumah-Nya?

Malam-malam merindukan bulan.
Sayang tertutup oleh kabut dan mega.
Perjamuan Tuhan adalah undangan.
Kita diajak siap untuk menanggapinya.

Cawas, menanti senja….
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr

Puncta 02.11.20 / Peringatan Arwah Semua Orang Beriman / Yohanes 6:37-40

 

“Jangan Ada Yang Hilang”

“SELESAIKAN dulu tugasmu, baru kamu akan dibayar. Ada 28 murid di sini. Saat saya kembali saya ingin tak satu pun murid pergi dari sekolah ini. Apabila saat saya pulang nanti semua murid saya masih ada, kamu boleh meminta 50 Yuan pada Kepala Desa,” kata Pak Guru Gao.

Itulah pesan yang disampaikan Pak Guru Gao kepada gadis kecil Wei Minzhi yang akan menggantikannya sementara menjadi guru anak-anak sekolah miskin di pedalaman. Dengan segala keterbatasan, ia menjalankan tugas yang diberikan Pak Gao. Tidak boleh satu murid pun pergi atau hilang dari sekolah.

Guru Wei menolak ketika ada pencari bakat datang ke sekolah untuk mengambil seorang murid yang pandai lari. Ia akan dibawa ke kota untuk sekolah atlet. Guru Wei menyembunyikan anak ini. Tetapi kepala desa menyuap seorang anak agar menunjukkan dimana tempat persembunyian. Anak ini dibawa ke kota dengan mobil. Guru kecil Wei mengejarnya tetapi sia-sia.

Suatu kali seorang anak “minggat” dari sekolah karena mencari kerja di kota. Zang Hui khe namanya. Ayahnya meninggal, ibunya terjerat hutang. Ia ingin bekerja untuk membantu ibunya.

Guru kecil itu ingat pesan Pak Gao, “Tidak boleh satu murid pun pergi dari sekolah”. Dengan segala daya ia pergi ke kota mencari murid yang hilang ini. Perjuangan mencari murid yang hilang di kota besar itu sungguh mengharukan. Uang sakunya habis, tidur di emperan stasiun dengan perut kelaparan.

Dengan usaha yang tak kenal lelah, ia beruntung berjumpa dengan wartawan televisi. Ketika diwawancarai, ia tak bisa berkata-kata. Dengan meneteskan air mata, ia berpesan kepada muridnya, yang entah ada dimana, “Zang Hui Khe, kembalilah ke sekolah, aku dan teman-teman merindukanmu.”

Zang Hui Khe menjadi gelandangan. Ia mengemis di warung makan. Pemilik warung kebetulan menonton siaran televisi. Ia mengenali wajah Zang Hui Khe. Anak itu memandang wajah gurunya di televisi. Ia meneteskan air mata.

Zang Hui Khe, anak yang hilang itu ditemukan. Ia kembali ke sekolah bersama Guru kecil. Dengan membawa banyak alat tulis bantuan para donatur, mereka disambut sukacita oleh anak-anak yang lain.

Yesus berkata, “Barangsiapa datang kepada-Ku tidak akan Kubuang….Dan inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman.”

Yesus menjamin siapa pun yang datang kepada-Nya akan selalu dijaga. Tidak akan dibuang. Ia juga menjamin keselamatan kita sampai akhir zaman. Kita akan dibangkitkan bersama-Nya. Mengapa kita masih ragu mengikuti-Nya?

Kita berdoa bagi semua arwah orang beriman, agar diselamatkan oleh Yesus Sang Guru Sejati Kehidupan.

Menuju Jakarta membawa kendaraan.
Bawa kunci di tas ikat pinggang biru.
Tuhan Yesus selamatkan orang beriman.
Bawalah mereka ke dalam kerajaan-Mu.

Cawas, pray for Nice…
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr