by editor | Jan 23, 2021 | Renungan
“Misteri Panggilan Tuhan”
BEBERAPA tahun lalu kami berkunjung ke rumah Romo Supriyatno MSF di wilayah Gemolong, Sragen. Kunjungan keluarga para imam Rayon Sleman waktu itu. Rombongan kami diterima dengan sukacita. Sedang ngobrol asyik sambil makan sajian yang dihidangkan keluarga, ayah Romo Supri pamit, “Ngapunten para romo, kula badhe nimbali tiyang sembahyang Zuhur.” (Maaf para romo, saya akan memanggil orang sembahyang Zuhur).
Saya sungguh kagum dengan ayah Rm. Supri. Ia seorang muazin yang saleh dan taat. Ia selalu berdoa di mushola persis depan rumahnya. Ia bertugas memanggil orang-orang untuk rajin berdoa, memuji Yang Mahakuasa.
Tidak heran kalau anaknya, Romo Supriyatno juga dipanggil untuk melayani Tuhan. Ayahnya menjadi imam di mushola, anaknya menjadi imam di gereja. Sama-sama mengabdi Tuhan yang esa.
Panggilan Tuhan itu memang sebuah misteri. Ini juga dialami oleh Robertus Belarminus Asiyanto SVD, imam katolik yang ditahbiskan 2015 yang lalu di Ledalero, Maumere. Ibunya, Siti Asiyah, membesarkan Asiyanto seorang diri. Ketika anaknya minta ijin masuk Seminari, Mama Asiyah berkata, “Kamu ikuti panggilan hati kamu.”
Yesus datang mewartakan Injil Kerajaan Allah. “Waktunya telah genap, Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil.” Ia kemudian memanggil murid-murid-Nya.
Simon dan Andreas yang sedang menebarkan jala dipanggil mengikuti-Nya. “Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.” Begitu pula Yakobus dan Yohanes dipanggil mengikuti-Nya.
Kita semua dipanggil untuk mengikuti-Nya. Ada yang dipanggil khusus menjadi imam, bruder suster. Tetapi menjadi awam pun juga dipanggil kepada kekudusan.
Menjadi apa itu tidak penting, tetapi menjadi kudus itulah yang paling penting. Mari kita setia pada panggilan kita masing-masing.
Gunung Merapi nampak di kejauhan.
Indah tetapi juga mengkawatirkan.
Semua orang dipanggil oleh Tuhan.
Untuk kebahagiaan dan kekudusan.
Cawas, bahagia itu…
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr
by editor | Jan 22, 2021 | Renungan
SEORANG ibu mengeluhkan anaknya yang tak pernah lepas dari HP. “Kalau anak sudah pegang HP miring, dah gak ingat apa-apa lagi. Disuruh makan susah, disuruh mandi malas. Waktunya habis untuk game.” Keluh seorang ibu.
“Anak saya marah dan berteriak-teriak kalau HPnya diambil papanya. Mereka jadi malas belajar,” ibu lain menimpali. “Mereka itu kalau sudah main game tidak kenal waktu, bahkan sampai larut malam pun dilakoni. Mereka sudah kecanduan game.”
“Uang saku yang harusnya untuk jajan, malah untuk beli kuota demi bisa main game. Gak peduli perut lapar, tidak makan seharian. Bermain game tidak bisa diputus barang sejenak.” Begitu keluhan banyak orangtua.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) sudah memasukkan kecanduan main game sebagai gangguan kejiwaan. Gangguan itu digolongkan sebagai Gaming Disorder. Karena kecanduan game, orang bisa lupa belajar, sekolah kacau, kuliah DO atau dipecat dari pekerjaannya. Kecanduan itu sudah menjadi penyakit. Orang sudah tidak waras lagi. Tak mampu berpikir rasional.
Dalam Injil hari ini, sanak kerabat mengkawatirkan Yesus sebagai “workaholic.” Yesus melayani begitu bayak orang sakit yang butuh disembuhkan. Mulai dari pagi siang malam, Yesus terus bekerja. Bahkan makan pun tidak sempat saking banyaknya orang.
Sanak kerabat-Nya menuduh Yesus, “Ia tidak waras lagi.” Ini harus dihentikan. Yesus gila kerja, melayani orang sedemikian sampai makan pun tidak ada waktu. Itulah totalitas pelayanan. Tetapi bagi orang lain bisa dianggap “tidak waras.”
Beranikah kita melayani Tuhan dengan total sampai tuntas? Ataukah waktu kita habis untuk hobby atau kesenangan pribadi?
Ke hutan mencari akar-akar bajakah.
Ternyata hanya dapat batang lengkuas.
Melayani Tuhan tidak boleh setengah-setengah.
Yesus memberi teladan tentang totalitas.
Cawas, piknik tertunda….
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr
*Pesan* *Sponsor* :
Para sahabat yg blm ngelike IG wwmeindonesia. Mohon bantu di-like ya. ???
https://www.instagram.com/p/CJqLzgTFly1/?igshid=gmqnrljqw0xp.
Ditunggu sampai 31 Januari 2021.
Beli tahu rasa bacem.
Matur tengkyu berkah dalem.
by editor | Jan 21, 2021 | Renungan
“Loyalitas Kemuridan”
FENOMENA pindah partai menjelang pemilihan calon legislatif marak terjadi akhir-akhir ini. Mereka yang pindah partai sering disebut politisi kutu loncat. Pengamat LIPI Syamsudin Harris mengatakan fenomena ini menunjukkan rendahnya moral politisi dan pragmatisme politik yang sedang berkembang.
Orang-orang pinter itu berhitung apakah ia bisa masuk ke dewan jika menjadi anggota partai A yang tidak memenuhi ambang batas parlemen. Faktor konflik internal partai juga membuat orang loncat pergi dari partainya. Bahkan jika punya pendukung banyak bisa membuat partai baru.
Orang pragmatis hanya berpikir “yang penting selamat dan aman duduk di kursi dewan.” Kekuasaanlah yang dikejar bukan demi menyejahterakan masyarakat umum.
Yesus memilih duabelas murid-Nya bukan untuk mengejar kekuasaan. “Ia menetapkan duabelas orang untuk menyertai Dia, untuk diutus-Nya memberitakan Injil, dan untuk menerima dari Dia kuasa mengusir setan.”
Yesus memilih orang-orang sederhana, bukan orang cerdik pandai. Kebanyakan dari mereka adalah kaum lemah sederhana, kecuali Lewi Matius si pemungut cukai. Kebanyakan adalah nelayan, penjala ikan. Mereka yang setiap hari bekerja berat, diterpa angin badai dan cuaca keras.
Selama kurang lebih tiga tahun mereka dididik untuk menjadi murid yang loyal. Kendati sering tidak mudah. Setelah kebangkitan, mereka mendapat perutusan agung untuk memberitakan Injil ke segala penjuru dunia. Kebangkitan Yesus itulah awal dari loyalitas mereka sebagai murid.
Dari tradisi gereja kita tahu bahwa mereka mati sebagai martir, membela iman akan Yesus Kristus, kecuali St. Yohanes.
Mereka loyal berjuang sampai akhir, mati demi iman dan menjadi pilar-pilar iman gereja sampai sekarang.
Kita semua yang dibaptis juga diutus menjadi rasul Yesus. Maukah kita diutus mewartakan Injil kepada orang lain? Berani setia dan loyalkah kita pada tugas perutusan ini?
Kehujanan sepanjang hari badan jadi menggigil.
Kepala pusing badan jadi terasa meriang.
Kita yang dibaptis menjadi murid yang dipanggil.
Mewartakan kabar gembira kepada semua orang.
Cawas, hujan gagal piknik…
Rm. Alexandre Joko Purwanto,Pr
by editor | Jan 21, 2021 | Renungan
“Jebakan Batman”
KITA sering nonton Film Batman. Ada beberapa judul. Salah satunya “Batman Return.” Batman sebenarnya bukan superhero seperti Superman, Spiderman dll. Batman pandai membuat trik atau jebakan sehingga musuhnya masuk dalam perangkapnya. Trik-trik canggih dan idenya yang briliant itulah kelebihan Batman.
Jebakan Batman bermakna suatu trik yang menggiring orang lain untuk melakukan sesuatu yang dikehendaki Batman. Biasanya trik itu sesuatu yang menarik yang tidak diduga bahwa itu adalah jebakan yang akan menghancurkan.
Jika seseorang tanpa sadar masuk ke dalam pancingan itu, maka di disebut masuk jebakan Batman.
Yesus berkarya kemana-mana. Ia mengajar dan menyembuhkan banyak orang sakit. Orang dari mana-mana mengikuti Dia. Orang dari Galilea, Yudea, Yerusalem, Idumea, dari seberang Sungai Yordan, orang Sidon dan Tirus. Banyak orang percaya akan kuasa-Nya.
Setan atau roh jahat tahu tentang hal itu. Mereka juga datang jatuh tersungkur dan berteriak-teriak, ”Engkaulah Anak Allah.” Inilah yang disebut jebakan Batman.
Dengan menyebut Yesus sebagai Anak Allah setan ingin menggiring Yesus untuk mengikuti kemauannya.
Sama seperti setan menggoda Yesus saat berpuasa, sekarang setan menggiring Yesus masuk ke perangkapnya.
Tetapi Yesus lebih lihai dan tahu tipu muslihat setan. Maka Dia dengan keras melarang mereka memberitahukan siapa Dia.
Yesus tidak mau masuk ke jebakan setan. Belum saatnya Dia mewahyukan diri sebagai Anak Allah. Di kayu saliblah tempat yang tepat bagi Yesus disebut Anak Allah. Yesus tidak mau digiring oleh setan masuk ke jebakannya. Dia menghardik dengan keras dan roh-roh jahat itu gagal.
Pernahkan anda digiring masuk ke jebakan Batman? Bagaimana anda menolaknya?
Bunga mawar tumbuh di rimba raya.
Semerbak harum menyebar di mana-mana.
Setan menggoda kita dengan mulut manisnya.
Jika terlena kita akan masuk ke jebakannya.
Cawas, pengin piknik…
Rm. Alexandre Joko Purwanto,Pr
by editor | Jan 19, 2021 | Renungan
“Mencari-cari Kesalahan”
ADA sebuah pengalaman. Orang kesasar masuk ke simpang susun Semanggi. Dia jadi gusar dan marah-marah. Karena kesasar dia harus berputar balik. Akibatnya waktu tempuh menjadi jauh dan lama. Dia lalu menyalahkan si pembuat simpang susun. Karena kesasar, orang itu menjadi marah dan jengkel, lalu mencar-cari kesalahan megaproyek zaman Ahok itu. Proyeknya disalahkan. Si pembuat kebijakan disalahkan. Semua disalahkan.
Di rimba lalu lintas Jakarta, mestinya orang pandai membaca rambu-rambu. Atau di zaman google maps sudah canggih gini, kenapa tidak minta bantuan “mbah Google” untuk dipandu.
Mencari kesalahan orang itu memang paling mudah, tetapi tindakan itu justru menunjukkan seberapa tingkat kepribadian orang. Banyak orang menjadi sok pandai, sok ahli. Pinter merangkai kata-kata, menyalahkan pemimpin, kebijakan ini salah, kebijakan itu salah. Seorang perempuan di dewan dengan menggebu-gebu menyalahkan kebijakan vaksinasi.
Mengkritik kebijakan boleh, tetapi berilah solusi. Jangan asal ngomong saja. Ingat nasehat Bu Tejo, “Jadi orang itu mbok yang solutif.” Bu Tejo yang perempuan desa saja bisa berpikir solutif, masak para elite hanya bisa menyalahkan.
Orang-orang Farisi itu mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang pada hari Sabat, supaya mereka dapat mempersalahkan Dia. Yesus tidak ambil pusing. Bagi Yesus keselamatan orang lebih penting dari segala aturan-aturan.
Ia mengundang orang yang sakit sebelah tangannya. Ia bertanya kepada mereka; “Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat? Menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang? Mereka diam tak menjawab.
Orang-orang Farisi itu mencari-cari kesalahan Yesus. Melanggar aturan demi menyelamatkan orang itu bisa dilakukan. Mobil ambulance itu boleh melanggar aturan lalu lintas demi menyelamatkan nyawa orang. Mereka itu sebenarnya tahu, tetapi degil hatinya.
Mari kita tidak degil hati supaya tidak mudah mencari-cari kesalahan orang lain.
Sinar mentari muncul di cakrawala.
Memberi terang bagi seluruh umat manusia.
Tidak ada orang atau kebijakan sempurna.
Tetapi lebih baik jika kita membantu sesama.
Cawas, piknik ke taman anggrek….
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr