by editor | Jul 9, 2018 | Renungan
PENERBANGAN Korean Air KAL 007 dari New York ke Seoul melalui Anchorage Alaska ditembak jatuh oleh pesawat militer Uni Soviet di atas Pulau Sachalin pada tanggal 1 September 1983. Korban tewas 269 orang penumpang dan awak pesawat.
Pada awalnya pilot tidak sadar bahwa rute penerbangan melenceng 3 derajat dari jalur yang seharusnya. Makin lama makin menjauh dari rute seharusnya dan masuk wilayah militer Uni Soviet. (more…)
by editor | Jul 8, 2018 | Renungan
PADA waktu kuliah dulu, ada mata kuliah Teologi Pengharapan. Kami diminta mengamati pasien-pasien di rumah sakit yang sedang mengalami kondisi pada batas daya kemampuan.
Bagaimana iman mereka muncul dalam situasi kritis itu ? Ada banyak sikap dan tindakan yang muncul dari para pasien.
Mulai dari mengerang, mengeluh, memberontak, bahkan menyalahkan Tuhan. Tetapi juga ada yang pasrah dan berserah pada Tuhan, berharap Tuhan menyembuhkan. (more…)
by editor | Jul 7, 2018 | Renungan
DALAM berbagai kunjungan ke daerah-daerah, Presiden Jokowi menunjukkan penghargaannya pada produk-produk lokal. Dia membeli sepatu dari Cibaduyut yang harganya 200an ribu.
Sebagai orang nomor satu bisa saja membeli barang yang bermerk luar negri. Pernah juga viral dia pergi cukur di barbershop “biasa”, makan atau minum kopi di warung sederhana, naik motor blusukan. Sejak jadi walikota Solo sudah mengorbitkan mobil SMK buatan anak negri. (more…)
by editor | Jul 6, 2018 | Renungan
ALLAH Israel adalah Allah yang berbelas kasih. Israel sering gagal membangun relasi dengan Allah.
Ketidaksetiaan kepada Allah bukan hanya penyembahan dewa-dewi asing, tetapi juga ketidak-adilan dan penindasan terhadap orang kecil. Itulah yang diperjuangkan Amos.
Allah masih berbelaskasih dengan menjanjikan kehidupan baru. “Gunung-gunung akan mengalirkan anggur baru dan segala bukit akan kebanjiran”. (more…)
by editor | Jul 5, 2018 | Renungan
YESUS berkata, Aku datang bukannya untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.
Saya baru ketemu teman lama yang berpuluh-puluh tahun tidak bersua. Dia bercerita tentang hidupnya yang berubah setelah ikut KEP.
“Dulu saya aktif ke gereja ya sebatas kewajiban saja, namun setelah saya ikut KEP, saya merasa disapa Tuhan untuk ikut terlibat lebih jauh melayani umatNya” demikian sharingnya.
Saya happy karena boleh mewujudkan iman katolik saya dengan pelayanan di gereja. Teman saya itu merasa dipanggil oleh Tuhan ikut terlibat dalam bersaksi.
Yesus memanggil Matius, “Ikutlah Aku”. Matius meninggalkan meja kerjanya sebagai pemungut cukai yang banyak duitnya, langsung mengikuti Yesus.
Apakah kita berani seperti Matius mengikutiNya menjadi saksi Kristus? Atau kita berlaku seperti orang Farisi yang nyinyir menilai negatif karena Yesus makan bersama, bergaul dekat dengan pemungut cukai dan orang berdosa?
Kalau ada orang aktif menggereja, kita ngegosipin mau deketin pastornya, cari perhatian atau sok suci. Daripada nyinyir seperti Sengkuni kehilangan blangkon, ayo terjun langsung ikut melayani umat.
“Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, melainkan orang sakit”. Nyinyir itu adalah penyakit. Kalau kita suka nyinyir itu berarti kita sakit. Kita membutuhkan Yesus.
Dia bukan hanya menyembuhkan sakit fisik tetapi juga mental kita. Harus ada revolusi mental juga.
Nunggu perempat final piala dunia ya? Okey deh selamat merenungkan, eh selamat menunggu deh. Berkah Dalem.
(Rm. A. Joko Purwanto Pr)