Puncta 09.06.19 HR. Pantekosta Kis 2:1-11. Yohanes 14:15-16.23b-26 Pantekosta Ada di Indonesia

INDONESIA adalah keragaman yang sangat kaya raya. Ada aneka suku, ras, budaya, agama, bahasa, tradisi, dan kekayaan alam melimpah.

Saya mengalami peristiwa Pantekosta justru ketika bertugas di luar Jawa. Di Ketapang ada banyak suku dan adat istiadat yang beraneka.

Mayoritas suku Dayak berdiam di sana. Di antara suku Dayak ada banyak sekali bahasa Dayak dengan dialek yang beraneka macam.

Dayak Kualant, Dayak Simpank, Dayak Kayung, Dayak Gerunggang, Dayak Jelai, Dayak Pesaguhan dan masih ribuan lagi tersebar di seluruh Kalimantan.

Saya tidak mampu mempelajari satu per satu. Kalau saya memakai bahasa Jawa, mereka tidak mengerti apa yang saya bicarakan.

Namun ketika saya memakai bahasa Indonesia, semua bisa saling mengerti dan memahami. Bahasa Indonesia menjadi bahasa pemersatu yang memungkinkan semua bisa berkomunikasi dengan baik.

Inilah peristiwa Pantekosta. Satu bahasa yang bisa dimengerti oleh semua orang, dari Sabang sampai Merauke.

Orang Batak di Sumatera bisa berdialog dengan orang NTT. Orang Papua bisa berkomunikasi dengan orang Jawa.

Orang Dayak Kalimantan bisa berhubungan dengan orang Toraja Sulawesi. Ini semua karena Bahasa Indonesia. Bahasa yang mempersatukan.

Bacaan pertama menggambarkan bagaimana Roh Kudus dicurahkan kepada para murid dan mereka bisa berkomunikasi dengan banyak orang dari aneka bangsa; Partia, Media, Elam, Mesopotamia, Yudea, Kapadokia, Pontus, Asia, Pamfilia, Mesir, orang Kreta, Arab, daerah Libya dan pendatang dari Roma.

Semua bisa berkomunikasi dan saling mengerti satu sama lain. Yesus berkata, “Penghibur, yakni Roh Kudus akan diutus oleh Bapa dalam namaKu. Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu”.

Bahasa Roh Kudus adalah bahasa kasih Yesus. “Jika seorang mengasihi Aku, BapaKu akan mengasihi dia, dan Kami akan datang kepadanya, dan diam bersama-sama dengan dia”.

Dengan bahasa kasih yang dicurahkan melalui Roh Kudus, kita bisa berkomunikasi dengan siapa pun. Jika kita dikuasai Roh Kudus, maka sarana komunikasi kita adalah kasih.

Bahasa kasih itulah yang bisa diterima oleh setiap manusia, apa pun latar belakangnya. Jika kita menggunakan bahasa kasih, kita akan mengalami peristiwa Pantekosta.

Roh Kudus dicurahkan kepada kita. Marilah selalu berdoa mohon karunia Roh Kudus.

Masak mie tiga bungkus
Dicampuri daun seledri
Tuhan mencurahkan Roh Kudus
Agar kita berani bersaksi

Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr

Puncta 08.06.19 Yohanes 21:20-25 Phantom of The Opera

SEORANG gadis cantik, Christine Daae, bercita-cita menjadi penyanyi opera terkenal.

Dalam suatu audisi dia menemukan partitur lagu kuno yang berjudul Don Juan Triumphant yang digubah oleh “Hantu” yang tinggal di gedung Opera Paris.

Ada kejadian-kejadian aneh yang dialami Christine. Ketika ia berlatih, partitur yang ada di teks itu mengeluarkan darah segar dan melumuri tangannya.

Saat ia menyanyikan lagu itu di tengah opera, dia kejatuhan lampu kristal sehingga pingsan. Hantu itu ternyata jatuh cinta kepada Christine dan berjanji membuatnya menjadi diva penyanyi opera terkenal.

Ternyata Christine sudah punya pacar yakni Richard. Cinta segitiga inilah yang mewarnai Film The Phantom of The Opera.

Siapakah sesungguhnya hantu itu? Dia adalah Eric Destler si penggubah lagu Don Juan Triumphant. Dia ingin terkenal seperti Mozart dan Beethoven, namun Eric menggunakan tangan setan untuk menggubah lagunya.

Setan mau membantu asal dia mau mengabdi kepadanya. Eric menjual jiwanya kepada setan. Setan berkata, “Dunia akan menyukai dan mengingat lagumu. Tetapi hanya itu saja yang akan mereka sukai darimu”.

Setan merusak wajah Eric sampai buruk rupa. Di akhir cerita terkuaklah siapa sesungguhnya The Phantom of The Opera yang selalu memakai topeng.

Di akhir Injil yang ditulisnya, penulis membuka tabir siapakah dia sesungguhnya. Kisah akhir Injil ini menggambarkan bagaimana Petrus diberi tugas untuk menjadi gembala bagi domba-dombaNya.

Sampai tiga kali Petrus ditanya oleh Yesus tentang kesetiaannya. “Apakah engkau mengasihi Aku lebih dari mereka itu”.

Tetapi bagaimana dengan murid yang dikasihi Yesus? Bukankah dia lebih dekat dengan Yesus dan lebih muda? Petrus menanyakan hal itu.

Siapakah murid yang dikasihi Yesus, yang saat makan bersama duduk dekat Yesus, yang bertanya, “Tuhan, siapakah yang akan menyerahkan Engkau?” lalu bagaimana nasibnya kelak?

Lalu Yohanes membuka tabirnya, “Dialah murid yang memberi kesaksian tentang semuanya ini, dan yang telah menuliskannya; dan kita tahu, bahwa kesaksiannya itu benar.

Kisah Phantom of The Opera itu sungguh hebat luar biasa. Tetapi lebih hebat dan mengagumkan lagi kisah hidup Yesus yang ditulis oleh Yohanes.

Eric Destler mengabdi kepada setan untuk menjadi terkenal. Yohanes mengabdi kepada Tuhan dan mewartakan Yesus yang adalah kasih Allah kepada manusia.

Melalui kisah-kisahnya, kita mengenal Allah dalam diri Yesus yang mati dan bangkit mulia. Marilah kita menorehkan kisah-kisah kebaikan Allah dalam kehidupan kita.

Nonton opera di kota Paris
Sambil duduk di Eiffel Menara
Jangan sedih dan menangis
Yesus bangkit mengutus RohNya

Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr

Puncta 07.06.19 Yohanes 21:15-19 Sirine Adalah Isyarat

SUARA sirine itu terdengar selalu diulang-ulang. Bila kita mendengar suara sirine, kening kita berkerut dan telinga kita akan berusaha mendengarkan secara seksama.

Pasti ada berita atau peristiwa penting yang terjadi. Bisa juga sesuatu yang darurat sedang terjadi. Bila mobil dengan suara sirine mengaung-aung, mobil lain harus mengalah dan memberi jalan mobil dengan sirine itu.

Itulah pentingnya kita tahu, kenapa bahu jalan di tol tidak boleh dipakai untuk lewat atau berhenti. Bahu jalan di sebelah kiri itu untuk jaga-jaga bila ada situasi darurat.

Kita-kita ini yang sering kurang paham dan tidak mau tertib. Bahu jalan sebelah kiri selalu dipenuhi mobil untuk dapat cepat-cepat berada di depan.

Kita harus mendahulukan mereka-mereka yang sedang mengalami situasi darurat. Lebih-lebih jika suara sirine dibunyikan dan meminta jalan.

Dalam Injil hari ini, Yesus berulangkali bertanya kepada Petrus. Ia bertanya sampai tiga kali. “Apakah engkau mengasihi Aku lebih dari mereka ini?”.

Diulang-ulangnya pertanyaan itu ibarat sirine yang berbunyi. Betapa pentingnya dan urgent apa yang disampaikan Yesus sampai harus diulangi tiga kali.

Bagi Yesus mengasihi adalah syarat mutlak seseorang mau mengikutiNya.

“Gembalakanlah domba-dombaKu” adalah tugas para murid termasuk Petrus yang dituakan diantara mereka. Seorang gembala dinilai dari seberapa ia mengasihi Yesus Sang Gembala Utama.

Maka Yesus berulangkali menanyakan kepada Petrus apakah dia sungguh-sungguh mengasihi Sang Pemilik domba.

Walaupun Petrus merasa tidak pantas karena dia telah gagal mengasihi Yesus. Ia telah tiga kali menyangkalNya. Tetapi Yesus tidak melihat masa lalunya. Yesus tidak melihat kegagalannya.

Yesus ingin melihat bagaimana Petrus tetap mengasihiNya. Yesus ingin mengajak Petrus memandang masa depan, bukan masa lalu. Maka Dia memanggil Petrus, “Gembalakanlah domba-dombaKu”.

Kita masing-masing sesuai dengan talenta yang diberikan Tuhan juga dipanggil untuk mengasihiNya.

Yesus juga berulang kali bertanya kepada kita, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari mereka itu? Apakah jawaban kita ?

Siang-siang minum jus jambu
Lebih segar dicampur mangga
Berulangkali Yesus memanggilmu
Apa jawaban yang pantas untukNya

Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr

Puncta 06.06.19 Yohanes 17:20-26 Selamat Bersama-sama

SUATU kali saya sebagai Ketua Komisi HAK Kevikepan pernah didatangi seorang bapak yang tidak katolik.

Dia berterimakasih karena selalu didoakan oleh romo. “Kapan itu ya?” tanya saya. “Waktu romo berdoa sambil mengangkat piala itu” katanya.

Saya mendengar romo berdoa, “Terimalah dan minumlah. Inilah piala darahKu. Darah perjanjian baru dan kekal yang ditumpahkan bagimu dan bagi semua orang demi pengampunan dosa. Lakukanlah ini untuk mengenangkan Daku”.

Darah yang ditumpahkan itu kan diperuntukan bagi saya juga? Karena dikatakan “bagi semua orang”.

Saya makin menyadari bahwa dalam doa syukur agung, imam juga mendoakan arwah orang beriman maupun arwah semua orang dengan berkata, “Ingatlah pula akan saudara-saudari kami kaum beriman yang telah meninggal dengan harapan akan bangkit dan akan semua orang yang telah berpulang dalam kerahimanMu”.

Bapak yang tidak katolik itu merasa senang didoakan dan merasa juga diselamatkan. Keselamatan itu bersifat universal.

Dalam amanat perpisahanNya, Yesus mendoakan orang-orang yang mendengar pewartaan para muridNya. “Bapa yang kudus, bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang yang yang percaya kepadaKu oleh pemberitaan mereka” sabda Yesus.

Mendoakan orang lain bahkan yang tidak seiman bukanlah sesuatu yang tabu bagi kita.

Kita yakin doa-doa kita itu baik. Kita tidak ingin selamat sendirian. Kita ingin orang lain pun juga mengalami keselamatan oleh Kristus.

Maka seperti Kristus yang berdoa bukan saja bagi para murid, tetapi juga bagi semua orang yang percaya karena pewartaan mereka.

Seperti orang makan, tidak nikmat kalau hanya dimakan sendiri. Demikian pun kita tidak akan bahagia kalau keselamatan itu hanya untuk diri kita sendiri.

Makan itu terasa enak bukan karena apa yang kita makan, tetapi dengan siapa kita makan.

Keselamatan juga akan terasa membahagiakan kalau bisa kita nikmati bersama orang lain.

Sebagaimana Yesus mendoakan orang-orang banyak, demikian pun kita mestinya harus lebih sering mendoakan sesama kita, bahkan mereka yang membenci kita sekalipun juga harus didoakan.

Itulah ajaran Tuhan bagi kita. “apalah lebihmu jika kamu hanya berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepadamu? Orang-orang munafik pun berbuat demikian”.

Sudahkah anda mendoakan sesamamu, bahkan yang membencimu sekalipun?

Idul fitri makan ketupat
Dicampur opor dengan santannya
Marilah kita terus bertobat
Mendoakan sesama dan sanak saudara

Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr

Puncta 05.06.19 Pw. St. Bonifasius, Uskup dan Martir Yohanes 17:11b-19 Menjadi Bonum bagi semua

BONIFACIUS berasal dari Bahasa Latin, Bonum artinya baik. Facere berarti memandang, melihat, menyatakan atau mewujudkan.

Nama itu bisa diartikan orang yang melihat segala sesuatu itu baik, melaksanakan hal-hal yang baik, atau orang yang positif thinking.

Santo Bonifasius adalah Uskup kelahiran Inggris yang ditugaskan menjadi misionaris di Jerman. Ia melihat bahwa tugas yang diembannya berasal dari Tuhan, maka ia melihat itu hal yang paling baik untuk dilaksanakan.

Kendati tugasnya di Jerman sangat berat tetapi Bonifasius menjalankannya dengan sukacita karena yakin Tuhan yang menghendaki.

Dalam bacaan Injil hari ini Yesus menjelaskan kepada para muridNya bahwa mereka bukan dari dunia, sama seperti Yesus bukan berasal dari dunia. Karenanya dunia membenci mereka.

Kita diingatkan bahwa kewargaan kita adalah dari surga, bukan dari dunia ini. Kenyataan bahwa kita bukan dari dunia dapat dilihat kalau kita meniru atau meneladan Yesus yang melakukan karya-karya Allah.

Hal-hal luhur dan bermartabat tinggi menunjukkan bahwa itu berasal dari Allah. Sebaliknya kalau kita melakukan hal-hal yang bermartabat rendah menunjukkan bahwa perbuatan itu berasal dari dunia. Perbuatan-perbuatan terang berasal dari Allah sedangkan perbuatan kegelapan berasal dari dunia.

Yesus selalu mendoakan murid-muridNya agar mereka dipelihara Bapa dalam Nama Yesus.

Pemeliharaan Tuhan itu penting supaya mereka tetap setia dan tekun melaksanakan perbuatan-perbuatan baik yang berasal dari Allah. Dengan demikian mereka adalah saksi-saksi kebaikan Allah.

Sebagaimana Santo Bonifasius yang membela iman menjadi martir di Jerman, ia melakukan kebaikan seperti arti namanya. Ia setia kepada Yesus yang memanggilnya.

Marilah meneladan Santo Bonifasius yang berani melakukan kebaikan dan kebenaran demi membela imannya. Kita pun bisa menjadi saksi-saksi kebaikan dan kebenaran di era kita sekarang.

Memancing ikan di pinggir kali
Kalinya banjir meluap kemana-mana
Santo Bonifasius doakanlah kami
Menjadi saksi Kristus di tengah dunia

Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr