Puncta 14.06.19 Matius 5:27-32 / Bahasa Cinta

 

SHARING Desy Kartika Sari sewaktu bikin skripsi tersebar di medsos. Dia punya hipotesis bahwa selibat yang dihidupi para pastor adalah menyalahi kodrat.

Untuk melengkapi data-data skripsinya, dia membuat wawancara langsung dengan pastor Katolik.

Dia menulis, “Gue keluar masuk gereja, baca Injil dan Kitab Hukum Kanonik, nonton misa, ke perpustakaan Katolik, ngumpulin jurnal dan tentunya menghubungi para pastor yang akan jadi responden gue. Sampai akhirnya gue mulai wawacara. Awalnya, pertanyaan gue seputar cobaan duniawi terberat. Gue yakin 100% jawaban mereka pasti terkait hasrat sexual, kan mereka laki-laki. Bukan! Ternyata buat mereka, cobaan terbesar hidup selibat adalah: Kesepian. Sejak saat itu pandangan gue berubah.”

Ada pandangan baru muncul dalam diri Desy. Pandangan soal manusia lain, jadi beda. Pandangan soal agama, jadi beda. Pandangan soal perbedaan, jadi beda. Soal cinta dan komitmen juga.

Yesus mengajak murid-muridNya untuk memandang aturan Taurat secara berbeda. “Kalian telah mendengar sabda, ‘Jangan berzinah!’ Tetapi Aku berkata kepadamu, “Barangsiapa memandang seorang wanita dengan menginginkannya dia sudah berbuat zinah dalam hatinya.”

Seperti Desy, ia punya hipotesis bahwa laki-laki pasti tidak bisa lepas dari hasrat sexual. Godaan paling berat bagi para pastor yang selibat menurutnya adalah nafsu sexual.

Ternyata itu keliru. Kesepianlah yang menjadi godaan dalam menghidupi selibat. Akhirnya melalui cara hidup selibat, pandangannya tentang cinta, relasi, martabat manusia, agama dan komitmen menjadi baru.

Yesus membaharui cara pandang dan cara sikap para muridNya untuk tidak hanya kaku melihat hukum, tetapi mengembangkannya secara baru.

Perintah ‘tidak berzinah’ tidak cukup hanya tidak melakukan perbuatan per se tetapi memandang wanita dan menginginkannya dalam hati adalah sudah perbuatan dosa.

Jika pandangan baru itu tertanam dalam hati kita, maka cara pandang, cara sikap kita pasti akan berubah.

Marilah kita membuka diri agar punya pandangan terbuka dan luas yang akan berguna bagi kita untuk memandang dunia dan manusia yang unik dan kaya.

Jangan seperti katak dalam tempurung
Tetapi belajarlah terbang tinggi seperti rajawali
Jangan pernah ragu dan bingung
Bukalah pikiran agar selalu membaharui diri

Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr

Puncta 13.06.19 Pw. St. Antonius Padua, Imam dan Pujangga Gereja Matius 5:20-26 / Santo Pembuat Mukjijat

 

Hari ini Gereja memperingati Santo Antonius Padua. Ia lahir di Lisabon Portugal tahun 1195. Sejak kecil sudah tertarik untuk hidup saleh.

Pada umur lima belas tahun sudah menjadi anggota Konggregasi Reguler St. Agustinus. Doa dan matiraganya sangat kuat.

Ia sangat ingin dikirim menjadi misionaris di Afrika. Maka ia masuk ke Ordo Santo Fransiskus. Ia diberi karunia untuk berkotbah. Ia sangat pandai berbicara dan fasih dalam mengulas Kitab Suci secara sederhana.

Banyak orang bertobat karena mendengar kotbahnya. Suatu kali saat ia mau berkotbah di tengah-tengah orang sesat, mereka pergi meninggalkannya.

Antonius lalu pergi ke pinggir pantai. Ia berkata, “Berhubung orang-orang itu pergi tidak mau mendengarkanku, apakah kalian mau datang ke sini dan mendengarkan kotbahku?”

Tiba-tiba serombongan ikan datang mendongakkan kepalanya mendengarkan kotbah Antonius.

Tugas dan kerja yang sangat keras, doanya begitu kuat dan mendalam serta matiraganya yang melebihi orang biasa, membuatnya jatuh sakit. Ia wafat pada tanggal 13 Juni 1231 di Padua dalam usia masih muda 36 tahun.

Banyak doa-doa terkabul lewat pertolongan St. Antonius maka ia disebut Santo Pembuat Mukjijat. Antonius pernah berkata, “Perbuatan baik berbicara lebih lantang daripada kata-kata.”

Yang dimaksud perbuatan baik adalah kerendahan hati, kemiskinan, kesabaran dan ketaatan. Seorang pewarta harus melakukannya lebih dahulu sebelum ia berkata-kata.

Hal ini sesuai dengan tuntutan Yesus, “Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar daripada hidup keagamaan ahli Taurat dan orang-orang Farisi, kalian tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga”.

Ahli Taurat dan orang-orang Farisi mengajarkan dengan teliti tetapi mereka tidak melakukannya.

Seperti Antonius yang berkata, “perbuatan baik berbicara lebih lantang daripada kata-kata”, itulah yang dikehendaki Yesus.

Satu keteladanan akan lebih diingat oleh orang daripada seribu kata-kata nasehat. Antonius sebagai pengkotbah lebih banyak memberi contoh hidup baik kepada para pengikutnya.

Apa yang dia kotbahkan dilakukan dengan sungguh-sungguh sehingga hidupnya menjadi teladan. Kita bersyukur mempunyai teladan St. Antonius yang kuat doanya, mendalam hidup rohaninya, berisi kotbahnya, tekun matiraganya.

Gereja memberinya gelar doktor dan pujangga Gereja. Jangan lupa berdoa mohon perantaraannya.

Beli benang untuk main layang-layang
Sekali tarik benangnya putus
Kalau ada barang-barang yang hilang
Berdoalah melalui Santo Antonius

Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr

Puncta 12.06.19 Matius 5:17-19 / Timun Wungkuk Jaga Imbuh

PEPATAH itu berarti timun wungkuk (buah mentimun yang bengkok) , jaga imbuh (dipakai untuk jaga-jaga kalau timbangannya kurang sebagai tambahan).

Timun yang bengkok disiapkan untuk tambahan bagi pembeli. Pepatah ini menggambarkan seseorang yang dianggap punya kekurangan dan hanya diperhitungkan sebagai pelengkap.

Hal ini bisa dipandang secara positif dan negatif. Kalau dianggap negatif jika seseorang dinilai berbeda atau tidak dihargai setara dengan yang sempurna.

Dipandang positif jika yang tidak sempurna ini diberi kesempatan yang sama dengan yang lainnya. Kendati mempunyai kekurangan namun di baliknya juga ada kelebihan.

Walaupun secara lahiriah ada cacat, namun kepribadiannya bisa punya kelebihan-kelebihan yang berharga.

Dalam kotbah di bukit, Yesus berkata, “Janganlah kalian menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadaka hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya”.

Menggenapi disini bukan seperti timun wungkuk yang hanya tambahan saja. Kata menggenapi berarti mewujudkan suatu nubuat atau firman Allah.

Menggenapi juga berarti melaksanakan sesuatu secara sempurna. Menggenapi menurut Matius di sini menyangkut kedua-duanya.

Tidak ada nas yang dibatalkan atau disingkirkan. Tak satu pun ayat yang dihapus atau ditiadakan.

Yesus menggenapi berarti membuat sesuatu terjadi. Apa yang dahulu dinubuatkan sekarang terlaksana dalam diri Yesus.

Kita juga bisa menjadi alat Yesus untuk menyempurnakan sabdaNya menjadi tindakan nyata. Misalnya sabda Yesus tentang mengasihi sesama terutama yang kecil, lemah dan tersingkir.

Bagaimana kita bisa mendahulukan atau mengutamakan yang cacat untuk mengakses fasilitas-fasilitas umum. Di situlah kita ikut menggenapi sabda Yesus. Kalau ada orangtua yang sudah lanjut dan ringkih, kita buru-buru menolongnya.

Ke Jogja membeli bakpia
Gathot thiwul ada di Wonosari
Mengikuti Yesus selamanya
Wujudkan cintaNya setiap hari

Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr

Puncta 11.06.19 PW. St. Barnabas, Rasul Yohanes 10:7-13 / Partner

KITA sering melihat film-film detectif seperti Charlie’s Angels, Hawaian Five O, CHIPS, atau Star Trek. Para detectif itu bekerja dengan partnernya.

Ada yang dua atau tiga orang saling menolong dan bekerjasama. Dalam Star Trek ada Kirk, Kapten Spock, Ayel. Di film tiga cewek cantik Charlie ada Natalie, Dylan dan Alex.

Dalam CHIPS ada dua polisi bernama “Ponch” dan Jon Baker. Mereka disebut sebagai partner karena saling bekerjasama dan mengisi kekurangan yang lain.

Dalam saat-saat kritis, partner akan muncul sebagai penolong dan penyelamat. Mereka sungguh dapat saling menguatkan sehingga tugas yang diemban dapat tercapai dengan baik.

Hari ini kita memperingati Santo Barnabas, Rasul. Dialah yang menjadi partner dan teman bagi Paulus. Barnabaslah orang yang bisa menerima Paulus sesudah ia bertobat.

Saulus yang pada awalnya adalah pengejar pengikut Kristus, di Damaskus, ia “ditangkap” oleh Kristus. Ia berbalik menjadi percaya.

Tentu saja jemaat perdana tidak mudah menerima dia begitu saja. Paulus pulang kembali ke Tarsus. Ia tidak langsung bergabung dengan Petrus dan teman-temannya ke Yerusalem.

Paulus tidak langsung diterima begitu saja. Masih ada “perasaan” curiga dari jemaat, seperti yang dikatakan Ananias, “Tuhan, dari banyak orang telah kudengar tentang orang itu, betapa banyaknya kejahatan yang dilakukannya terhadap orang-orang kudusMu di Yerusalem”.

Jemaat perdana tidak percaya bahwa Saulus bertobat. “Bukankah dia ini yang di Yerusalem mau membinasakan barangsiapa yang memanggil nama Yesus ini? Dan bukankah ia datang ke sini dengan maksud untuk menangkap dan membawa mereka ke hadapan imam-imam kepala?”

Dalam situasi tidak dipercaya, dicurigai dan dijauhi jemaat, Barnabas datang mencari Paulus.

Barnabaslah orang yang bisa menerima dan membesarkan hati Paulus sehingga mereka menjadi partner yang mendukung Paulus mewartakan Injil Yesus Kristus.

Kita bisa belajar dari kebesaran hati Barnabas. Jika Barnabas tidak mau menerima Paulus, sejarah gereja pasti berbeda.

Kita membutuhkan Barnabas-Barnabas untuk membangun gereja. Kita tidak boleh curiga dan berprasangka buruk lebih dulu.

Kita jauhkan sikap menghakimi atau mengecap jelek terhadap orang lain. Orang banyak awalnya mencurigai Saulus, tetapi Barnabas mencari dan melihat segi positifnya sehingga mereka menjadi partner yang handal dalam pewartaan iman.

Burung gereja bermain dengan burung gelatik
Mereka terbang di bubungan Bait Suci
Agar kita mampu menjadi parter yang baik
Jangan mudah menilai jelek da menghakimi

Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr

Puncta 10.06.19 PW. St. Perawan Maria, Bunda Gereja Yohanes 19:25-34 / IBU (Iwan Fals)

 

Ribuan kilo jalan yang kau tempuh
Lewati rintang untuk aku anakmu
Ibuku sayang, masih terus berjalan
walau tapak kaki penuh darah, penuh nanah
Seperti udara kasih yang engkau berikan
Tak mampu ku membalas, ibu….. ibu….

SEPENGGAL syair dari lagu Iwan Fals ini menggambarkan bagaimana perjuangan seorang ibu yang rela berkorban demi anaknya.

Ada pepatah mengatakan, “Kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang galah”. Kasih seorang ibu tak mungkin dapat dibalas oleh anaknya.

Pengorbanan ibu sangat besar dan luar biasa. Walaupun harus penuh derita, namun ibu tak pernah berhenti mengasihi anaknya.

Seperti udara yang tak terbilang jumlahnya, demikian kasih ibu terus dan terus akan memberikan kehidupan bagi anak-anaknya.

Setelah Hari Raya Pentakosta yakni lahirnya gereja, oleh karunia Roh Kudus, hari ini kita merayakan Ibu Maria sebagai Bunda Gereja.

Maria selalu mengiringi perjalanan Gereja, yakni persekutuan umat Allah yang percaya kepada Yesus. Bersama Maria, para murid menantikan Roh Kudus yang dicurahkan kepada Gereja.

Mereka dibimbing Roh Kudus untuk menjadi saksi Kristus dimana pun juga. Kita semua adalah umat Allah yang berziarah. Maria adalah ibu yang tak pernah meninggalkan anak-anaknya.

Dalam Injil, Yesus yang tergantung di kayu salib menyerahkan Yohanes menggantikanNya sebagai putera Maria.

Ketika Yesus melihat ibuNya dan murid yang dikasihiNya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibuNya, “Ibu, inilah anakmu!”

Kemudian kataNya kepada muridNya, “Inilah ibumu!”. Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.

Yohanes mewakili kita semua, Gereja yang sedang berziarah. Kita diserahkan kepada Maria sebagai ibu kaum beriman.Maria sampai sekarang pun masih tetap menemani kita dalam peziarahan menuju rumah Bapa.

Jika Hawa jatuh dalam dosa, Hawa yang baru yakni Maria menolong kita menuju kepada keselamatan bersama Puteranya, yakni Yesus Kristus.

Kita pantas bersyukur mempunyai ibu seperti Maria. Dialah teladan kesetiaan iman dan kepadanya kita boleh meminta pertolongan.

Bikin jus dari mangga dan pepaya
Mumpung laku dijual di pinggir jalan
Kalau kita mau berdoa kepada Bunda Maria
Tak pernah kita akan dikecewakan

Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr