by editor | Aug 11, 2019 | Renungan
DOGMA Maria diangkat ke surga jiwa dan raganya diumumkan Paus Pius XII pada tanggal 1 November 1950.
Dogma adalah ajaran tertinggi Gereja yang berisi tentang keyakinan iman. Dogma ini tidak datang serta merta, tetapi diyakini dan sudah hidup di tengah umat sejak lama.
Aneka keyakinan, devosi, penyembahan, penghormatan secara khusus diberikan kepada Maria yang adalah Bunda yang melahirkan Penebus sudah berkembang di tengah umat.
Seratus tahun sebelumnya, Maria menyatakan dirinya sebagai “Perawan yang dikandung tanda dosa” kepada Bernadette. Makin dalamlah keyakinan umat kepada Maria.
Keprihatinan Paus akan situasi dunia memasuki abad 20 yang dikuasai oleh nafsu peperangan, perampasan hak hidup, penodaan terhadap martabat manusia.
Manusia sebagai cira Allah tidak dihromati lagi. Dogma Maria diangkat ke surga ini mau mengembalikan penghargaan manusia sebagai ciptaan luhur.
Bercermin dari kesetiaan dan kerendahan hati Maria, kita diundang untuk menjunjung martabat manusia.
Bacaan Injil hari ini mengungkapkan bagaimana Maria menghargai sesamanya, Elisabet, yang sedang mengandung. Ia datang mengunjunginya.
Ia memberi kegembiraan bukan saja kepada Elisabet, tetapi juga untuk bayi yang dikandungnya. Ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya, dan Elisabet pun penuh dengan kuasa Roh Kudus.
Kidung Magnificat adalah ungkapan seorang perawan yang suci dan rendah hati di hadapan Tuhan. Ia adalah orang yang percaya penuh kepada penyelenggaraan Tuhan.
Allah yang mahakasih itu mendengarkan dan peduli kepada orang yang rendah. Maria menyusuri jalan kehidupannya dengan tersembunyi, hening penuh kekhidmatan dan tawakal di hadapan Allah.
Ketulusan dan kerendahan hatinya dimuliakan oleh Allah dengan kehidupan abadi di surga. Seperti yang diberitahukannya kepada Bernadete, bahwa Ia tidak menjanjikan kebahagiaan di dunia ini, tetapi bahwa kebahagiaan itu akan menunggunya di surga. Dengan demikian kita yakin bahwa Maria adalah Ratu mulia di surga.
Maria adalah ibu kita. berdoalah kepadanya, kita akan mengalami kuasa kasihnya. Bunda Maria yang bertahta di surga, doakanlah kami semua.
Berziarah ke Gua Sriningsih
Bersimpuh doa di bawah pohon angsana
Maria adalah ibu yang penuh belaskasih
Tidak ada doa yang kembali kosong hampa
Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr
by editor | Aug 11, 2019 | Renungan
DIAKON Laurensius menjadi pelayan Paus Sixtus II (257-258). Ketika Paus ditangkap oleh Perfek Roma untuk menyerahkan harta kekayaan Gereja, Laurensius berkata,
“Aku akan menyertaimu kemana saja engkau pergi. Tidaklah pantas seorang imam agung Kristus pergi tanpa didampingi diakonnya.” Sixtus terharu mendengar kata-kata Laurensius itu.
Lalu ia berkata: “Janganlah sedih dan menangis, anakku! Aku tidak sendirian. Kristus menyertai aku. Dan engkau, tiga hari lagi, engkau akan mengikuti aku ke dalam kemuliaan surgawi”.
Ketika Perfek Roma tahu bahwa yang mengurus harta Gereja adalah Laurensius maka dia juga ditangkap. Waktu diinterogasi, Laurensius bersedia menyerahkan seluruh harta Gereja.
Maka dia diberi waktu tiga hari. Ketika hari tiba untuk menyerahkan seluruh harta Gereja, Laurensius membawa seluruh umat yang miskin, terlantar, sakit, dan cacat.
Ia berkata kepada Perfek Roma, “Inilah harta Gereja yang saya jaga selama ini. Terimalah dan peliharalah mereka dengan baik.”
Kata-kata Laurensius ini dianggap mengolok Perfek Roma. Maka dia ditangkap dan dibakar hidup-hidup sampai mati.
Hari ini Yesus berkata kepada murid-muridNya, “Jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika mati, ia akan menghasilkan banyak buah.”
“Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya. Tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal. Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikuti Aku, dan dimana Aku berada, di situ pun pelayanKu akan berada. Barangispa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa.”
Sanguis Martyrum semen Christianorum, darah para martir adalah benih subur kekristenan. Kematian Santo Laurensius menyuburkan iman umat.
Karena pengorbanannya, iman umat justru berkembang subur. Benih yang mati akan menghasilkan banyak buah. Laurensius tidak menyayangkan nyawanya sendiri.
Ia justru memperoleh kehidupan abadi. Namanya dikenang untuk selamanya. Laurensius memberi contoh kesetiaan sebagai pelayan Kristus. “dimana Aku berada, di situ pun pelayanKu akan berada.”
Zaman kini masih dibutuhkan semangat kemartiran. Pengikut Kristus dituntut menyangkal diri, memanggul salib dan mengikuti Dia.
Martir sekarang tidak harus menumpahkan darah, tetapi berani menjadi pelayan bagi sesamanya. Mari kita wujudkan dalam hidup nyata.
Di jalan banyak bendera putih dan merah
Untuk peringatan hari proklamasi
Martir zaman ini bukan dengan darah
Namun berani berkorban dan menyangkal diri
Berkah Dalem,
Rm. A Joko Purwanto Pr
by editor | Aug 11, 2019 | Renungan
“Dadi wong Katolik iku ora gampang” kata mBah Bayan sambil minum teh panas di kapel Paulus. Setelah misa pagi kami masih ngobrol-ngobrol di gereja.
“Mengapa tidak mudah mBah? Saya bertanya. “Kita ini kecil, harus bisa menjadi contoh teladan di tengah masyarakat supaya diterima dan diakui. Untuk bisa jadi teladan harus mau berkorban, tidak memikirkan diri sendiri dan berani menghadapi kesulitan.”
Begitu ceritanya. Beliau sebenarnya sudah tua, ingin melepaskan tugas sebagai pelayan masyarakat. Tetapi rakyat masih menghendaki beliau menjadi tokoh panutan yang bisa menyatukan seluruh warga.
“Dalam melayani masyarakat, saya berdiri di atas semua warga. Saya tidak memamerkan identitas agama saya. Saya ini milik semua. Itulah penyangkalan diri saya.” Kata mBah Bayan sambil nyeruput teh panas.
Hari ini Yesus memberikan syarat bagi para pengikutNya. “Setiap orang yang mau mengikuti Aku, harus menyangkal diri, memikul salibnya, dan mengikuti Aku.”
Ada banyak peluang dan kesempatan untuk mengikuti Yesus. Tetapi memang tidak mudah menjadi muridNya. Ada banyak kesulitan dan tantangan.
Padahal zaman ini orang lebih suka mencari yang mudah, cepat, serba instan, sukses, berhasil, tak perlu susah-susah berjuang. Hal-hal yang berbau “sosial”, relawan, kerja bakti, dengan mudah dihindari.
Menyangkal diri mengandung arti mau mengorbankan diri, tidak mencari popularitas, melayani dengan dedikasi tanpa menuntut pamrih. Memanggul salib berarti mau menderita dan berjuang dengan sabar.
Mengikuti Yesus berarti mau hidup seperti Dia. Menjadi Alter Christus. Semua tingkah laku, tutur kata, pola pikir dan gerak langkah mengikuti Yesus sendiri. Yesus yang menjadi pola langkah kita.
Memang tidak mudah. Tetapi tidak ada yang mustahil. Ada banyak contoh-contoh di sekitar kita, orang-orang yang dengan tekun dan sabar memanggul salib dan mengikutiNya.
Kalau kita yakin, kita pasti bisa. Beranikah anda memanggul salib dan mengikutiNya?
Ke Kaliurang membeli jadah
Jangan lupa dengan tempe bacemnya
Mengikuti Yesus tidak mudah
Harus menyangkal diri dan memanggul salibNya
Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr
by editor | Aug 8, 2019 | Renungan
SAYA mempunyai guru agama di sekolah, namanya Sr. Ludgardis OSU. Saya pernah mendapat hadiah sebuah gambar foto pemandangan dengan tulisan “life is beautiful.”
Gambar itu saya jadikan sekat buku dan menjadi penyemangat belajar saya. Hidup itu indah. Hadiah itu saya terima karena ulangan agama saya baik.
Suster itu memberi tugas kepada kami untuk membuat karangan yang judulnya cita-citaku. Entah kenapa, saya menuliskan di kertas tugas itu dan bercerita bahwa saya ingin menjadi imam.
Suster itu memberi komentar di bawah karangan saya, “Joko, kamu pasti bisa. Doaku selalu.” Suster itu sekarang sudah di surga.
Ketika saya masih di Seminari, saya mendengar berita bahwa Sr. Ludgardis mengalami kecelakaan dengan anak-anak asramanya di Flores. Saya yakin dia masih tetap mendoakan saya di surga sampai saat ini.
Dalam bacaan Injil hari ini, Simon menjawab pertanyaan Yesus dengan tepat. Yesus bertanya, “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?”
Maka jawab Simon Petrus, “Engkaulah Mesias, Anak Allah yang hidup.” Karena jawaban itu, Simon mendapatkan reward dari Yesus,
“Engkaulah Petrus, dan di atas batu karang ini akan Kudirikan jemaatKu, dan alam maut tak akan menguasainya.”
Iman itu bertumbuh. Begitu juga panggilan. Ketika para murid ditanya Yesus tentang kata orang, mereka mudah menjawabnya. Maka nyerocos mereka menjawab pertanyaan itu.
Ada yang menyebut ini kek, itu kek, siapalah, yang begitulah, yang inilah. Pokoknya mereka fasih mengulang jawaban orang.
Tetapi ketika ditanya menurutmu sendiri, siapakah Aku ini? Pertanyaan ini membutuhkan jawaban yang berisi pengalaman pribadi.
“Engkaulah Mesias, Anak Allah yang hidup” adalah pengalaman iman yang personal antara Petrus dengan Yesus.
Saya alami panggilan menjadi imam muncul karena dorongan eksternal. Tetapi panggilan itu berkembang menjadi pengalaman personal karena merasa dicintai Allah dan ketika mengalaminya adalah sesuatu yang indah.
Life is beautiful memang benar-benar indah. Seperti menikmati langit berwarna keemasan di waktu senja.
Petrus bertumbuh imannya karena berjumpa dengan Yesus. Ia yang seorang nelayan kampung menjadi batu karang kuat dimana Gereja hidup sampai sekarang. Apakah iman anda juga bertumbuh ketika berjumpa dengan Yesus?
Menikmati senja di ufuk barat
Dari sore sampai pukul enam seperempat
Iman akan tumbuh menjadi kuat
Kalau kita berpegang pada Yesus Sang Juru Selamat
Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr
by editor | Aug 7, 2019 | Renungan
KETIKA tahu bahwa perang Baratayuda pasti terjadi, Kunti sangat sedih. Ia tahu akan terjadi perang antar saudara kandung yakni antara Adipati Karna dan adik-adiknya, para Pandawa.
Karna adalah anak sulung Kunti yang dibuang karena lahir sebelum dia menikah dengan Pandu. Maka Kunti datang kepada Karna supaya dia kembali kepada Pandawa.
Ia merengek dan memohon kepada Karna agar tidak berperang melawan adik-adiknya. Karna menolak. Hati Kunti merintih sedih hancur berkeping-keping.
Ia berlutut di bawah kaki anaknya sendiri untuk mengabulkan permintaannya. Akhirnya Karna membuka rahasianya. Ia akan kalah melawan Arjuna.
Para Pandawalah yang akan jadi pemenang. Ia akan mengurbankan jiwa raganya demi kemuliaan adik-adiknya. Pandawa tetap utuh lima jumlahnya.
Tak ada seorang ibu yang menghendaki anaknya menderita sengsara. Dengan segala cara ibu akan berjuang, bahkan mengorbankan diri demi kebahagiaan anak-anaknya.
Itulah yang dilakukan seorang wanita Kanaan. Anaknya kerasukan setan dan sangat menderita. Ia datang kepada Yesus mohon disembuhkan.
Murid-muridNya merasa terganggu karena dia terus mengikutiNya sambil berteriak-teriak, “Kasihanilah aku ya Tuhan, Anak Daud, anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita.”
Yesus tidak langsung mengabulkan. Bahkan dengan halus menolaknya, “Aku diutus hanya kepada domba-domba umat Israel yang hilang.”
Wanita Kanaan itu tidak termasuk umat Israel. Tetapi wanita itu tidak mundur sedikit pun. “Tuhan, tolonglah aku.”
Sekali lagi Yesus menolak dengan sindiran tajam. “Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.”
Perasaan perempuan pasti tajam. Ia disamakan dengan anjing. Tetapi dia tetap sabar dan tegar. Ia masih memohon kepada Yesus. Betapa besar keyakinannya.
Yesus mengabulkan dan berkata, “Hai ibu, sungguh besar imanmu! Terjadilah bagimu seperti yang kaukehendaki.” Seketika itu juga anaknya sembuh.
Usaha keras dan keyakinan kepada Tuhan adalah syarat agar niat kita dikabulkan. Wanita Kanaan itu mengajarkan kepada kita untuk terus menerus dan tidak putus-putus datang kepada Tuhan.
Jangan pernah berhenti berharap kepada Tuhan. Sabar dan tegar itulah sikap benar di hadapan Tuhan. Apakah kita masih tetap tegar ketika harapan masih gelap?
Nonton Misbar di rerumputan
Cantik dan ganteng bintang filmnya
Kasih ibu sepanjang jalan
Terus berkorban demi cinta buah hatinya
Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr