Puncta selasa, 06.08.19 Pesta Yesus Menampakkan KemuiiaanNya Lukas 9: 28b-36 / Indahnya Gunung Merapi Purba

 

ORANG-ORANG zaman sekarang senang mengadakan reuni. Dalam reuni sering muncul kisah-kisah mengesankan terpatri sebagai pengalaman indah.

Bahkan peristiwa konyol pun bisa menjadi kenangan indah. Orang akan bercerita tentang pengalaman-pengalaman indah, menggembirakan, memberi semangat dan lucu tak terlupakan.

Pengalaman mendaki gunung bareng teman-teman, camping bersama, piknik, lulus ujian, “menembak pacar baru” atau mendapat pekerjaan bisa menjadi pengalaman penuh kesan yang indah.

Saya pernah naik Gunung Merbabu hanya berdua dengan Rm. Budi Haryana. Pernah juga terjebak badai pasir di daerah “Pasar Bubrah” dekat puncak Merapi.

Pernah salah jalan bersama rombongan di Merbabu. Pernah juga seminggu naik dua gunung bersama Rm. Magniz Suseno yakni Sumbing dan Sindoro.

Namun ketika sudah berada di puncak gunung, segala kelelahan, badan letih terasa hilang karena melihat pemandangan indah di puncak. Lupa segala penderitaan karena terpesona keindahan alam.

Tuhan begitu dekat. Kuasa Tuhan begitu hebat. Manusia hanya satu titik kecil di bentangan alam semesta.

Pengalaman “tremendum et fascinosum” itulah yang dialami ketiga murid, Petrus, Yohanes dan Yakobus ketika diajak Yesus naik ke sebuah gunung.

Mereka mengalami peristiwa yang luar biasa. Yesus berubah rupa dalam kemuliaan. PakaianNya berubah putih berkilauan. Ada Musa dan Elia berbicara dengan Yesus.

Para murid itu sangat terpesona dengan pengalaman indah itu. Petrus mengungkapkan kekagumannya, “Guru, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan sekarang tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia.”

Mereka sampai lupa membangun kemah untuk dirinya sendiri. Memang saking bahagianya, orang bisa lupa diri.

Lupa diri bisa membelokkan arah dan tujuan awal. Yesus tidak ingin tetap tinggal dalam kemuliaan di atas gunung.

Bukan Gunung Tabor tujuan akhirnya, melainkan fokus menuju Gunung Golgota. Para murid diajak kembali ke dunia nyata. Mereka diajak memanggul salib menuju ke Golgota.

Peristiwa transfigurasi itu semacam “icip-icip” mencoba merasakan kemuliaan yang kelak akan diterima jika orang setia memanggul salibnya.

Pengalaman puncak di atas gunung menjadi harapan untuk setia mengikuti Yesus.

Sindoro Sumbing sangat indah dari kejauhan
Awan Merapi terlihat menjulang tinggi
Salib hidup kita adalah jalan panggilan
Hidup bahagia bersama Yesus adalah kepenuhan janji

Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr

Puncta Senin 05.08.19 Matius 14:13-21 / Terlibat Membagi Berkat

 

IBU-IBU Paroki Tayap yang bertugas memasak di dapur selalu heran dan kagum. Setiap kali mengadakan kegiatan, konsumsi selalu berlimpah dan ada kelebihan.

Mereka yang memasak di dapur selalu ada bahan-bahan makanan yang tersedia. Peristiwa penggandaan roti itu selalu berulang sampai sekarang. Umat sangat murah hati.

Ketika ada Kursus Persiapan Perkawinan, para peserta membawa sayur, labu, ikan asin, beras sejimpit dua jimpit. Ketika ada Forkas (Forum Komunikasi Antar Stasi) para ketua umat yang hadir membawa hasil ladang mereka.

Ibu-ibu Paroki mengolahnya untuk dinikmati bersama. Dan selalu ada kelebihan. Makan bersama seadanya namun kalau dinikmati bareng-bareng makin menambah guyub dan rukun persaudaraan di paroki.

Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus mengajak para murid untuk terlibat atas persoalan hidup bersama. Orang banyak mengikuti Yesus berhari-hari. Mereka lelah dan lapar.

Para murid awalnya ingin lepas tangan. “Suruhlah orang banyak ini pergi supaya dapat membeli makanan di desa-desa.” Mereka mau menghindar.

Tetapi Yesus menantang mereka, “Kalian saja memberi makan mereka.” Murid-murid masih punya alasan untuk lari dari tanggungjawab, “Pada kami hanya ada lima roti dan dua ekor ikan.”

Kita sering menghindar bahkan lari dari tanggungjawab, ketika disuruh menjadi Prodiakon, ketua lingkungan, pengurus dewan pastoral paroki.

Kita mencari alasan, “saya tidak mampu, saya tidak punya waktu, yang lain saja, saya tidak pantas, saya tidak sempurna.” Seribu satu alasan diungkapkan untuk lari dari tugas menggereja. Yesus tetap meminta kita, “Kamu harus memberi mereka makan.”

Para murid mulai terlibat. Mereka ikut mengatur orang banyak duduk di rumput. Mereka ikut membagi-bagikan roti dan ikan kepada orang banyak.

Mereka menjamin orang banyak makan sampai kenyang. Tidak ada yang kekurangan. Mereka masih mengumpulkan potongan roti yang tersisa sampai duabelas bakul penuh.

(Kalau ada ibu-ibu pasti tidak ada sisa karena mereka membawanya pulang dengan tas plastik masing-masing). Semua dimanfaatkan.

Yesus mengajak kita semua terlibat dalam karya penggembalaanNya. Kita tidak perlu menunggu sempurna.

Sampai mati kita tidak akan sempurna. Lalu kita tidak akan berbuat apa-apa bagi gereja. Hilang kesempatan kita kalau menunggu menjadi sempurna.

Walaupun hanya punya lima roti dan dua ikan, tetapi kalau diserahkan kepada Yesus, akan mencukupi semuanya. Mari kita mulai berbagi dan melayani.

Anak kodok namanya precil
Suaranya nyaring ke pelosok desa
Walau hanya memberi sedikit dan kecil
Akan sangat berguna bagi karya Tuhan dan sesama

Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr

Puncta 04.08.19 Hari Minggu Biasa XVIII Lukas 12: 13-21 / Lonceng Kematian

 

SEDANG beredar di WAG tentang berita kematian. Tulisan di bawah foto seseorang itu berbunyi: “Pengingat hidup. Berita kematian Denni Permadi Gautama, CTO Traveloka di usia 39 tahun menghenyakkan saya.

Betapa tidak. Ia sedang berada di puncak hidupnya. Usia muda. Jabatan tertinggi di perusahaan yang dirintis kemudian jadi terbesar. Apalagi yang tidak?

Tadinya, kantong obat berisi penekan asam lambung, penenang dari kecemasan, aneka vitamin, overdosis cafein yang tidak bisa direhabilitasi, adalah hal biasa.

Temen2 saya juga mengalami hal yang sama seperti saya. Kalau lagi cerita ttg betapa kami stress terjepit antara menghadapi milenials dan tuntutan investor biar segera sukses, kami tertawa dalam sendawa merayakan gas lambung yang naik.

Tapi pagi ini, semesta serius. Jangan bercanda dalam stress. Kamu bukan superman. Tubuhmu ada batasnya. Akhir Juli 2019.”

Inilah yang dihadapi kaum milenials, memburu prestasi dan kesuksesan tertinggi. Tak kenal lelah merintis sebuah perusahaan, menuju puncak karier menjanjikan.

Tuntutan pekerjaan harus mengurbankan private time, relasi keluarga, bahkan kesehatan tak terjaga.

Akhirnya limbung juga oleh keterbatasan tubuh yang ringkih. Mati dalam usia muda dan produktif.

Siapa tidak kenal Steve Jobs pendiri Apple Com, NeTX, dan Pixar Studio yang menghasilkan milyaran dollar. Berada di puncak kesuksesan, kekayaan melimpah ruah.

Kerja sangat keras tak kenal waktu sejak umur 20an. Namun kanker pankreas menggerogoti tubuhnya. Ia wafat di usia 56 tahun.

Nasehatnya menjelang kematiannya sangat bagus, “Waktu hidup anda terbatas. Jangan sia-siakan menjalani hidup dengan orang-orang terdekat yang anda cintai.” Popularitas, kekayaan, kesuksesan bukan segala-galanya.

Hari ini Yesus mengingatkan kepada kita semua, “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan! Sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari kekayaannya itu.”

Uang dan harta memang diperlukan untuk hidup di dunia ini. Tetapi kita harus sadar bahwa Tuhanlah penyelenggara hidup kita. Kaya di hadapan Allah tidak dihitung dari jumlah hartanya di dunia, tapi seberapa besar harta digunakan untuk menolong sesama yang miskin dan menderita.

Sekali lagi Yesus menegaskan, “Demikianlah jadinya dengan orang yang menimbun harta bagi dirinya sendiri, tetapi ia tidak kaya di hadapan Allah.”

Harta yang paling berharga adalah keluarga
Mutiara yang paling indah adalah keluarga

Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr

Puncta 03.08.19 Matius 14:1-12 / Sumpah Drupadi

 

KETIKA orang-orang muda Kurawa yang dipimpin Duryudana memerintah Negeri Hastina, mereka lupa daratan dan mabuk kekuasaan.

Dibuatlah pesta dengan permainan dadu. Pandawa diundang untuk bermain dadu. Sengkuni sebagai bandar licik memimpin pertaruhan.

Pandawa yang jujur dan lugu tak berdaya. Harta benda dipertaruhkan. Kerajaan Indraprasta dan seluruh jajahannya juga disodorkan sebagai taruhan.

Yudistira berani mempertaruhkan saudara-saudaranya, bahkan istrinya sendiri, Drupadi akhirnya dijadikan taruhan. Akhirnya mereka kalah total.

Bahkan harus dibuang di hutan selama 12 tahun. Dursasana mabuk kemenangan. Ia lupa diri dan memprovokasi saudara-saudaranya untuk mempermalukan Pandawa.

Drupadi digelandang ke tengah arena, gelung rambutnya dirampas, kain penutup tubuhnya diblejeti oleh tangan jahil Dursasana.

Ada dewa yang iba melihat perlakuan jahat pemuda seronok itu. Kain yang ditarik itu tak ada putus-putusnya. Dursasana sampai kelelahan melucuti pakaian Drupadi.

Ia jatuh terkulai tak berdaya. Dalam kesusahan dan kepedihan dipermalukan Dursasana, Drupadi bersumpah, “ora bakal ngagem kasemekan yen ora nganggo kulite Dursasana.” (Tidak akan memakai penutup dada kalau tidak pakai kulitnya Dursasana).

Dalam perang Baratayuda, Bima melunaskan sumpah Drupadi dengan menguliti tubuh Dursasana untuk dijadikan pengganti kainnya.

Bacaan Injil hari ini menggambarkan bagaimana Herodias menyimpan dendam kesumat kepada Yohanes Pembaptis.

Sebagai nabi, Yohanes mengingatkan akan penyelewengan Herodias dengan Raja Herodes. Yohanes menegur Herodes, “Tidak halal engkau mengambil Herodias.” Cinta itu buta. Kalau orang sudah dibutakan, ia bertindak nekad seperti buta/raksasa.

Segalanya diterjang tanpa perhitungan. Kendati diingatkan, namun mata gelap seseorang tak mampu melihat kebenaran. Yohanes Pembaptis ditangkap dan dipenjarakan. Tinggal menunggu waktu pembalasan dendam.

Mabuk oleh pesta pora dan kesenangan membuat pikiran tak terkendali. Herodes terjebak oleh kemabukan dan kata-katanya sendiri.

Ia tak mampu menolak permintaan anak Herodias. “Berikanlah kepadaku di sini kepala Yohanes Pembaptis di sebuah talam.” Dendam yang terpendam sejak lama akan segera dipenuhi.

Yohanes menjadi korban kebengisan cinta buta. Pelajaran bagi kita adalah, Jangan pernah menyimpan dendam. Dendam itu seperti gunung es.

Makin lama akan makin besar. Jika ada kesempatan, ia akan meledak menghancurkan. Drupadi dan Herodias contohnya.

Maukah anda diperbudak oleh dendam kesumat? Lepaskanlah dan belajarlah mengampuni. Anda akan menjadi manusia merdeka dan bahagia.

Membeli ikan di Pasar Jum’at
Dimasak asam pedas campur tomat
Mata buta oleh dendam kesumat
Hidup menderita sampai kiamat

Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr

Puncta 02.08.19 Matius 13:54-58 / Belajar “Narima” dari Basuki

 

KITA semua mengenal Basuki Tjahaya Purnama atao Ahok. Kisah hidupnya sungguh luar biasa.

Ia menjadi Gubernur Jakarta yang konsisten berjuang memajukan ibukota. Memberantas korupsi, membuat pemerintahan bersih dan transparan, hasil kerjanya kelihatan dirasakan warga.

Tetapi dia ditolak oleh warga karena isu SARA. Bahkan dia dipenjara karena dituduh menista agama.

Dia mengalami itu semua degan legawa. Tak ada kebencian dan dendam dalam hatinya. Ia berdamai dengan diri sendiri, orang-orang dan situasi di sekitarnya.

Sambil bercanda dia berkata, “Saya sehat dan segar di sini, bahkan berat badan saya bertambah.”

Bagi kebanyakan orang, pegalaman ditolak, dijatuhkan, direndahkan, dihina, dicemooh bisa jadi pengalaman yang traumatis. Orang bisa marah, dendam, sakit hati, benci dan ingin membalas.

Tetapi Ahok beda. Ia menjadi pribadi yang telah “menep” mengendap dalam kebatinan. Ia menguasai dirinya sendiri dan tak terbawa emosi sesaat.

Bacaan Injil hari ini menceritakan Yesus yang ditolak oleh saudara-saudaranya sendiri di Nasaret.

Ia mengajar di rumah ibadat mereka. Tetapi Yesus tidak dipercaya. Mereka kecewa dan menolakNya.

Menyikapi penolakan itu Yesus menanggapi, “Seorang nabi dihormati dimana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri dan di rumahnya.”

Karena ketidakpercayaan mereka, maka tidak ada mukjijat yang dibuat Yesus. Ketidakpercayaan membuat kemandegan.

Tidak terjadi kemajuan dan prestasi karena tidak saling percaya. Yesus tidak membuat apa-apa di Nasaret karena mereka menolakNya.

Justru banyak mukjijat terjadi di Kapernaum karena orang-orang mau menerima dan percaya kepadaNya.

Apakah anda percaya kalau Yesus mampu mengubah hidup anda? Kalau tidak percaya, maka tidak akan terjadi mukjijat dalam diri anda.

Sakit ngilu di sekujur badan
Bisa sembuh karena dokter cinta
Marilah kita percaya kepada Tuhan
Maka akan ada mukjijat dibuatNya

Berkah Dalem,
Rm. A. Joko Purwanto Pr