Puncta 08.12.19 Hari Minggu Advent II Matius 3: 1-12 / Tobat yang Nyata

 

MINGGU ADVENT II ini ditampilkan tokoh Yohanes Pembaptis. Kedatangan Yohanes Pembaptis bertujuan mempersiapkan kehadiran Sang Mesias. Selain itu ada tugas mulia baginya yakni menyiapkan umat Allah utuk bertobat.

Isi dari pewartaan Yohanes adalah pertobatan. Ia berseru-seru di padang gurun dan berkata, “Bertobatlah sebab Kerajaan Allah sudah dekat.” Yohanes adalah tokoh yang dinubuatkan oleh Nabi Yesaya. Ia menyiapkan jalan bagi munculnya Sang Mesias.

Mesias adalah tokoh penyelamat. Maka kedatangaNya harus disiapkan dengan sebaik-baiknya. Bukan hanya secara fisik material tetapi dengan sikap batin yang pantas.

Persiapan fisik dicontohkan oleh Yohanes dengan menampilkan cara hidup yang sederhana dan miskin. Ia memakai jubah dari bulu unta dan ikat pinggang kulit, makanannya belalang dan madu hutan.

Cara hidup seperti itu adalah cara hidup mati raga. Tidak ada kemewahan sedikit pun. Ia tidak memakai baju beledru sutra yang mahal dan mewah. Tetapi hanya memakai pakaian yang sederhana saja.

Ia tinggal di padang gurun sebagai tempat yang serba terbatas dari semua fasilitas. Yohanes memberi contoh tentang kemiskinan lahiriah.

Kemiskian lahiriah hanyalah sebuah cara mengungkapkan sikap rohani atau nilai pertobatan secara batiniah.

Pertobatan menyeluruh dan menjauhkan diri dari segala kejahatan itulah yang diwartakan bagi semua orang. Maka kepada orang Farisi dan Saduki, Yohanes mengkritik mereka yang tidak mau bertobat lahir dan batin.

Pertobatan kita di zaman ini dapat diwujudkan dalam berbagai cara. Misalnya ada kelompok yang mengadakan pertobatan dengan cara tidak memakai plastik demi menjaga kelestarian bumi rumah kita bersama.

Ada lingkungan yang mengadakan pertobatan dengan membersihkan sungai atau menanam pohon demi kelestarian air dan udara.

Ada juga kaum muda yang mengadakan pertobatan lewat pengumpulan barang-barang bekas yang bisa di daur ulang.

Yohanes telah mengajak kita melakukan pertobatan. Bagaimanakah tanggapan kita untuk menyiapkan kedatangan Sang Juru Selamat?

Masih ada waktu bagi kita untuk melakukan perubahan demi keselamatan bumi sebagai rumah bersama. Marilah kita mengambil peran bagi kehidupan semua yang lebih baik.

Ada ular keluar dari selokan
Melihat kucing mulutnya menganga
Marilah kita melakukan pertobatan
Agar keselamatan kita nikmati bersama

Cawas, hari terguyur hujan
Rm. A. Joko Purwanto Pr

Puncta 07.12.19 PW St. Ambrosius Uskup dan Pujangga Gereja Matius 9:35-10:1.6-8 / Suara Rakyat Suara Tuhan

 

Ambrosius dipilih menjadi uskup karena kebutuhan zaman. Ia tidak belajar telogi, namun study hukum, retorika dan sastra. Ia mengikuti karier ayahnya sebagai walikota. Ia menjadi pemimpin di Milan dan makin kesohor di wilayah Romawi.

Saat itu Tahta uskup di Milan kosong. Ada dua kelompok yang berebut tahta yakni Kelompok Trinitarian dan bidaah Arian. Perseteruan ini membikin gaduh umat sehingga terjadi perpecahan.

Ambrosius hadir ingin menengahi mereka. Tetapi umat berteriak-teriak, “Ambrosius uskup. Ambrosius uskup.” Paus setuju agar Ambrosius menerima kehendak umat. Ambrosius dengan keras menolak pengangkatannya ini karena ia sama sekali tidak siap.

Ia bukan seorang imam dan tidak memiliki pendidikan teologis. Namun umat terus mendesaknya; gubernur Milan dan bahkan kaisar pun memintanya untuk menerima keputusan tersebut.

“Suara rakyat adalah suara Tuhan” begitu kata mereka. Ambrosius kamudian dengan besar hati menerima pilihan umat kota Milan. Ia menjadi pemimpin gereja yang baik dan pujangga gereja yang pemikirannya tetap terwariskan sampai sekarang.

Melihat orang banyak yang mengikutiNya, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala.

Maka Yesus berkata kepada murid-muridNya, “Tuaian memang banyak tetapi pekerjanya sedikit. Maka mintalah kepada tuan yang empunya tuaian supaya ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.”

Uskup Ambrsius menyatukan umat dan membawa domba-dombanya kembali kepada Kristus. Dia dibutuhkan oleh umat yang mengharapkan ada gembala baik bagi kawanan.

Banyak domba-domba yang terlantar, yang membutuhkan pendampingan para gembala. Banyak domba-domba yang tercecer di berbagai tempat membutuhkan pemimpin yang bisa menyatukan mereka.

Oleh karena itu Yesus mengajak kita untuk meminta agar diberi gembala-gembala yang peduli dengan keadaan dombaNya.

Gereja masih membutuhkan pekerja-pekerja di kebun anggur Tuhan. Maka Tuhan meminta kita untuk berdoa agar dikirimkan pekerja-pekerjanya.

Apakah ada di antara orang-orang muda yang mau menanggapi panggilan Tuhan, bekerja di kebun anggurNya?

Marilah kita selalu meminta kepada Sang Pemilik kebun anggur.

Sore-sore datanglah hujan
Ular keluar dari sarangnya
Marilah kita meminta kepada Tuhan
Untuk pekerja-pekerja di ladangNya

Cawas, ada ular keluar dari sarang.
Rm. A. Joko Purwanto Pr

Puncta 06.12.19 Matius 9: 27-31 / Hindari Kata ‘JANGAN’ DAN ‘TIDAK’

 

MENURUT Psikolog Wikan Putri Larasati. M. Psi, orangtua diminta menghindari kata “Jangan” atau “Tidak” jika harus melarang anaknya agar tidak melakukan sesuatu.

Sering secara spontan dan tidak sadar, orangtua melarang anak-anaknya dengan berkata, “Jangan atau Tidak boleh.” M

Jangan dolan terus, Jangan sering main HP. Jangan teriak-teriak, Jangan bermain terus, Jangan ini, jangan itu, dll.

Pemakain kata “jangan” justru memicu anak untuk melakukan apa yang dilarang. Rasa ingin tahu anak sangat tinggi. Mereka justru ingin tahu mengapa hal itu dilarang.

Anak-anak justru ingin meniru dengan berkata “tidak” ketika diminta melakukan sesuatu oleh orangtua. Selain itu anak akan lebih fokus pada hal negatif karena dilarang, daripada yang lebih positif.

Wikan menyarankan kepada orangtua untuk mengganti kata tidak atau jangan, dengan kata lain yang lebih positif dan lembut. Misalnya ketika oragtua melarang anak; “Jangan lari-lari”, sebaiknya diubah menjadi “Berjalan pelan saja ya nak.”

Ketika melarang anak yang corat-coret dinding, “Jangan coret-coret.” Ubahlah dengan; “Kalau mau gambar di kertas ini ya nak.” Ketika mereka dilarang dengan kata jangan, mereka justru ingin melakukan apa yang dilarang itu.

Dalam Injil hari ini, Yesus melarang dua orang buta itu untuk tidak memberitahukan kesembuhan mereka kepada orang banyak. Tetapi kedua orang itu justru keluar dan memasyurkan Yesus ke seluruh daerah itu.

Yesus berkata, “Jagalah, jangan seseorang pun mengetahui hal ini.” Kedua orang itu tidak menghiraukan apa yang dikatakan Yesus. Mereka dilarang agar merahasiakan peristiwa itu. Tetapi orang buta itu justru mewartakan Yesus ke seluruh daerah itu.

Bisa jadi Yesus justru menggunakan perintah negatif agar orang buta itu memberitakan karya agung Allah kepada semua orang. Kebaikan Allah tak mungkin dirahasiakan.

Orang pasti akan bercerita kepada siapa pun karena mengalami kasih Allah yang begitu besar. Tak mungkin orang membendung perasaan sukacita yang dialami. Mau tak mau harus diwartakan kepada semua orang. Orang buta itu tak bisa dilarang untuk diam saja.

Apakah anda punya pengalaman sukacita karena dikasihi Allah dan “kumudu-kudu” menceritakannya kepada banyak orang?

Malam-malam rambutku dicukur
Dan terpaksa harus keramas dan mandi
Hati tak kuasa untuk selalu bersyukur
Karena dikasihi dan dicintai

Cawas, saatnya puasa
Rm. A. Joko Purwanto Pr

Puncta 05.12.19 Matius 7:21. 24-27 / Rumah yang Kokoh

 

SAYA pernah masuk ke sebuah rumah keluarga. Di dinding yang yang sudah mulai kusam karena cat sudah luntur, ada sebuah tulisan, “Rumah ini dibangun dengan keringat dan cinta.”

Dari apa yang tertulis tersirat bagaimana keluarga itu dibangun dengan perjuangan dan kasih yang kuat. Keringat sebagai tanda perjuangan. Cinta sebagai pengikat antara suami istri menjadi dasar pondasi yang kuat bagi keluarga.

Kata-kata itu adalah pengingat bagi semua anggotanya bahwa keluarga yang dibangun itu diperjuangkan dengan keringat dan cinta.

Hari ini Yesus memberi perumpamaan tentang membangun rumah bagi orang yang melaksanakan kehendak Tuhan. Orang yang beriman tidak cukup hanya berhenti di ucapan, tetapi harus sampai pada pelaksanaan.

“Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu, Tuhan! Tuhan! akan masuk kerajaan surga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu di surga.”

Bagi Yesus orang yang melaksanakan kehendak Allah adalah orang yang membangun rumah di atas batu karang. Badai dan hujan serta banjir tidak akan meruntuhkannya.

Sedang orang yang hanya menyebut-sebut nama Tuhan tetapi tidak melaksanakannya seperti orang yang membangun rumah di atas pasir. Hujan, badai dan banjir datang, rumah itu hancur berantakan.

Dalam pepatah Jawa ada istilah, “Gajah diblangkoni, bisa kotbah ora bisa nglakoni.” Artinya kurang lebih begini; orang bisa berkotbah, banyak omong tetapi tidak bisa melakukannya.

Pandai memberi nasehat tetapi tidak bisa mewujudkannya. Yesus mengajak kepada murid-murid supaya tidak hanya banyak omong doang.

Not action talk only. Tetapi apa yang kita omongkan itu kita lakukan juga. Integritas seseorang akan dinilai dari kesesuaian antara kata dan tindakan.

Yesus mengajak kita semua supaya jangan hanya menyeru nama Tuhan terus menerus tetapi lupa untuk mewujudkannya dalam karya nyata. Antara doa dan karya itu harus seimbang. Kalau hidup kita seimbang, pasti hati akan tentram.

Ke mall membeli sapu tangan
Dompet kosong tinggal uang ribuan
Bukan orang yang sering nyebut Tuhan
Tetapi mereka yang banyak amal kebaikan akan diselamatkan

Cawas, hanya sesaat tetapi bermanfaat
Rm. A. Joko Purwanto Pr

Puncta 04.12.19 Matius 5: 29-37 / Berbelarasa

 

Menurut perhitungan Bank Dunia, jumlah orang yang hidup di bawah garis kemiskinan sekitar 10 persen dari total populasi dunia. Angka itu turun 36 persen dibandingkan pada era-1990-an.

Dari angka 10 persen itu, 15,7 persen berada di Negeria. Sedangkan di Indonesia terdapat 2,1 persen. Namun tingkat kesenjangan kaya-miskin di Indonesia justru meningkat.

Bank Dunia menyimpulkan empat penyebab meningkatnya tingkat kesenjangan kesejahteraan atau pendapatan masyarakat Indonesia.

Pertama, kesempatan atau peluang mendapat hidup layak tidak setara. Lead Economist Bank Dunia Vivi Alatas menyebut, ketimpangan dimulai sejak anak-anak lahir, terutama di pelosok daerah.

“Ketika lahir, anak-anak kehilangan kesempatan mendapatkan akses sanitasi, kesehatan, dan pendidikan,” katanya.

Kedua, ketidaksetaraan pekerjaan. Pekerja yang punya keahlian tinggi menerima kenaikan gaji namun pekerja kasar tidak memiliki peluang untuk meningkatkan keahliannya. Alhasil, mereka terjebak dalam produktivitas rendah, sektor informal dan gaji rendah.

Ketiga, terpusatnya kekayaan pada segelintir orang yang kemudian diturunkan ke generasi berikutnya.

Keempat, rentan terhadap goncangan perubahan ekonomi. Sekitar 28 juta orang Indonesia saat ini tergolong miskin dan 68 juta orang termasuk rentan miskin. Kelompok inilah yang bisa terporosok bila ada guncangan ekonomi.

Melihat kondisi masyarakat seperti ini, kita diajak untuk meneladan sikap Yesus seperti dalam bacaan Injil hari ini. “HatiKu tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak ini. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan.”

Yesus punya belarasa yang tinggi terhadap orang yang menderita. Ia mengajak murid-muridNya untuk menolong mereka. Yesus mengajari mereka untuk bertindak jika menghadapi orang sakit, menderita, kelaparan.

Kita bisa menolong tanpa harus menunggu kita kaya atau berkelimpahan. Para murid hanya mempunyai 7 roti dan beberapa ikan kecil. Tetapi yang sedikit itu sangat berguna bagi banyak orang yang membutuhkan. Tuhan berkarya melipatgandakan yang sedikit menjadi banyak, bahkan ada sisanya.

Yang pertama harus dibangun adalah sikap peduli, belarasa. Kedua adalah bertindak semampu kita. kalau kita mau berbagi, pasti akan ada kelebihan. Tuhan akan melengkapi kekurangan kita. Maukah kita peduli kepada orang yang menderita di sekitar kita?

Kalau lagi sakit
Rasanya cuma pengin mencubit
Mau berbagi sedikit
Tuhan membuatnya menjadi bukit

Cawas, Mendung hanya berkedip
Rm. A. Joko Purwanto Pr