Puncta 12.05.21 / Rabu Paskah VI / Yohanes 16: 12-15

 

“Kebenaran VS Kebohongan”

HATI-HATI dengan berita di medsos. Ada banyak berita bohong yang disebar dengan maksud-maksud tertentu. Contoh yang sangat fatal terjadi di Perancis. Seorang siswi berumur 13 tahun yang suka membolos mengarang cerita bohong bahwa Samuel Paty, gurunya melakukan tindakan yang berbau SARA.

Orangtua anak itu tidak terima. Ia menulis berita di medsos. Banyak orang terprovokasi. Terjadi kekacauan di Perancis. Sepuluh hari setelah kejadian, Samuel Paty dibunuh oleh Abdulakh Anzorov, yang termakan isue oleh berita bohong pada 16 Oktober 2020 di Conflant-Saint-Honorine, Perancis.

Kebohongan kecil mengakibatkan kekacauan besar dan meluas.

Kita juga masih ingat bagaimana seorang artis berkata bohong di medsos dan kemudian dibesar-besarkan seolah itu sebuah kebenaran. Wajah lebam karena operasi plastik dikatakan habis dianiaya oleh orang tak dikenal.

Masyarakat menjadi terpecah saling curiga dan bermusuhan. Maka berhati-hatilah membaca berita di medsos. Jangan langsung percaya karena belum tentu mengandung kebenaran.

Yesus berjanji akan mengutus Roh Kebenaran. “Roh itu akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran.”

Ia akan memberitakan segala sesuatu yang didengar dari Yesus. Roh itu berasal dari Bapa dan juga Yesus, sebab apa yang dimiliki Bapa juga dimiliki Yesus.

“Segala sesuatu yang Bapa punya, adalah kepunyaan-Ku, sebab itu Aku berkata: Ia akan memberitakan kepadamu apa yang Dia terima daripada-Ku.”

Memahami kebenaran itu harus melalui proses panjang. Tidak semudah membalik tangan. Sebab pikiran dan pengetahuan kita terbatas. Oleh karenanya kita harus selalu dibimbing oleh Roh Yesus Kristus yakni Roh Kebenaran.

Orang yang dituntun oleh kebenaran akan menjunjung kebaikan, kedamaian dan kesejahteraan bersama. Sedangkan kebohongan akan membawa malapetaka dan kehancuran.

Seperti Bima yang harus terjun ke dalam samudera dan menjelajah dalamnya hutan yang lebat, begitulah orang yang mencari kebenaran harus tekun berjuang mengatasi berbagai rintangan.

Kita bersyukur karena Roh Kebenaran diutus Yesus untuk menuntun kita. Marilah kita peka mendengar bisikan Roh Yesus itu agar kita dapat hidup seturut kebenaran-Nya.

Selamat merayakan lebaran.
Tanpa ketupat dan opor ayam.
Jika kita hidup dalam kebenaran.
Hati akan damai dan cinta kebaikan.

Cawas, mohon maaf lahir batin…
Rm.Alexandre Joko Purwanto, Pr

Puncta 11.05.21 / Selasa Paskah VI / Yohanes 16: 5-11

 

“Perpisahan Mengharukan”

LEGENDA Pesepak bola Italia, Del Piero berhasil membuat para pendukung si Nyonya Tua, Juventus jatuh hati. Kharisma dan kesetiaan yang ditunjukkan oleh Del Piero membuat para fansnya begitu mencintainya.

Dedikasi dan pengabdiannya kepada Juventus tak perlu diragukan lagi. Dalam kondisi krisis yang dialami Bianconeri yang jatuh bangun di Liga Italia, Del Piero tetap setia memakai kaos putih hitam. Ia tidak pergi meninggalkan klubnya, namun setia membela si Kuda Jingkrak.

Sangat wajar jika para fans menangis sedih saat ia berpisah dengan Juventus. Lambaian tangan perpisahan Del Piero disambut linangan air mata para penggemarnya.

Yesus mengungkapkan sabda perpisahan dengan para murid. Hal ini membuat mereka menjadi sangat sedih. Mereka seperti anak ayam kehilangan induk. Sangat berdukacita.

“Sekarang Aku pergi kepada Dia yang telah mengutus Aku,” kata Yesus. Hal ini membuat hati para murid berdukacita.

Memang perpisahan selalu membawa kesedihan. Apalagi kalau di antara mereka punya ikatan emosi yang sangat kuat. Pengalaman berjuang, jatuh bangun bersama. Menjadi teman seperjalanan senasib sepenanggungan akan sangat terasa jika harus berpisah.

Perpisahan itu harus terjadi agar kita bisa mandiri, dewasa dan berkembang. Seperti bayi yang ada dalam kandungan harus keluar dan berpisah dengan rahim ibunya, agar anak itu tumbuh menjadi mandiri dan dewasa.

Memang ada saat-saat dimana kita harus berani melepaskan. Sungguh sangat berat. Seperti anak yang “nangis kekejer” ditinggal ibunya.

Yesus tahu apa yang dialami para murid. Maka Ia berkata, “Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur tidak akan datang kepadamu; sebaliknya jika Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu.”

Ia menjanjikan Roh Kudus, Roh Penghibur yang diutus untuk menuntun langkah para murid-Nya yakni Gereja. Dengan hadirnya Roh Kudus, Gereja dibimbing dan makin berkembang. Kesedihan dan keharuan itu terbayar sudah. Yesus mengutus Roh Penghibur bagi kita.

Lebaran tanpa tatap muka.
Bermaafan bisa lewat WA.
Yesus kembali kepada Bapa.
Roh Kudus dianugerahkan pada kita.

Cawas, selalu bahagia….
Rm.Alexandre Joko Purwanto, Pr

Puncta 10.05.21 / Senin Paskah VI / Yohanes 15:26- 16: 4a

 

“Motif Teroris”

MENANGGAPI kasus teror pada Minggu Palma di depan Gereja Katedral Makasar dan kemudian di Mabes Polri, dalam kurun waktu kurang sepekan, pengamat terorisme, Ridlwan Habib mengatakan ada tiga motif yang mendasari. Pertama adalah balas dendam. Pasangan suami istri itu dendam kepada aparat karena ustad yang menikahkan mereka ditembak karena tersangkut jaringan JAD Makasar.

Motif kedua adalah mati syahid. Mereka percaya dengan mati demikian akan masuk surga. Ridlwan mengatakan bahwa pemahaman ini menyesatkan, tetapi kelompok ini mempunyai keyakinan demikian. Bunuh diri adalah jalan mulia membela allah.

Motif ketiga adalah menciptakan konflik horisontal dalam negara. Kalau negara konflik maka ada pihak ketiga yang akan mengambil keuntungan. Kelompok-kelompok yang punya kepentingan itu akan muncul di saat konflik dan bertindak seolah menjadi pahlawan. Mereka akan mengambil alih kekuasaan.

Yesus mengingatkan kepada para murid-Nya, “Semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya kamu jangan kecewa dan menolak Aku. Kamu akan dikucilkan; bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah. Semua ini Kukatakan kepadamu, supaya apabila datang saatnya kamu ingat bahwa Aku telah mengatakannya kepadamu.”

Yesus sudah menubuatkan jauh ke depan bahwa akan datang saatnya para murid menghadapi tantangan yang berat.

Yesus sudah “wanti-wanti” bahwa kamu akan dikucilkan, bahkan dibunuh. Mereka yakin dengan berbuat demikian mereka berbakti kepada allahnya.

Tidak perlu takut dan kawatir karena Yesus akan mengutus Roh Penghibur. Roh itu akan menolong dan membimbing kita. Roh itu akan menuntun kita menjadi saksi Kristus.

Kita diminta oleh Yesus untuk bersaksi tentang kebenaran. Mari kita mohon karunia Roh Kudus, agar kita dapat menjadi saksi Kristus.

Sukacita dekat hari raya lebaran.
Walau tidak kumpul saudara dan teman.
Ikut Yesus mewartakan kebenaran.
Harus berani hadapi kematian.

Cawas, selamat menyiapkan lebaran….
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr

Puncta 09.05.21 / Minggu Paskah VI / Kasih Murni Quasimodo

 

VIKTOR HUGO adalah penulis dan sastrawan terkenal di Perancis. Namanya tertulis harum sebagai jalan utama di Paris sejajar dengan Champs Elysees yang terkenal. Banyak karya Viktor Hugo yang berpengaruh bagi kehidupan manusia. Misalnya tentang cinta kasih, keadilan sosial, kemiskinan dan derita, penindasan, demokrasi, romantisme.

Dalam novel “Les Miserables” sangat jelas bagaimana Viktor Hugo menggambarkan tentang belas kasih. Kasih tanpa pamrih diberikan Jean Valjean kepada orang miskin, pelacur. Bahkan dia mengampuni orang yang membencinya, Kolonel Javert.

Beda lagi cinta model Quasimodo kepada gadis cantik gipsy nan molek Esmeralda dalam karya “Si Bongkok dari Notre Dame.”

Cinta Si Bongkok ini murni. Kasih yang tanpa pamrih, hanya memberi, tak ingin memiliki. Ia hanya ingin membahagiakan Esmeralda walau tak mungkin memilikinya. Cukup puaslah jika ia bisa melihat senyum gadis yang dipujanya.

Yesus mengajarkan tentang kasih. Dasar kasih itu adalah Bapa yang telah mengasihi Anak-Nya. Begitu pula, Anak-Nya itu mengasihi kita tanpa pamrih. Maka Ia berkata kepada murid-murid-Nya, “Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi,seperti Aku telah mengasihi kamu.”

Dasar tindakan kasih tidak ada yang lebih tinggi daripada kasih Yesus. “Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.”

Kasih yang paling besar adalah kasih yang memberi.

Memberi itu ibarat matahari atau rembulan. `Matahari itu hanya memberikan sinar, terang dan panasnya. Begitu pula Bulan hanya memberi terang dan hangatnya bagi malam yang gelap.

Matahari dan Bulan tidak mengharap imbalan atau balasan. Ia mengasihi tanpa imbalan atau pamrih apa pun.

Apakah anda merasa dikasihi oleh Tuhan Yesus? Yesus tidak minta balasan apa-apa. Ia hanya berpesan pada kita, “Kasihilah seorang akan yang lain.”

Sebentar lagi Idul Fitri.
Untuk sementara tetap disini.
Mari kita mulai memberi.
Tanpa berharap kembali.

Cawas, sabar tidak ketemu….
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr

Puncta 08.05.21 / Sabtu Paskah V / Yohanes 15:18-21

 

Kebaikan yang Dilawan.

SUMANTRI adalah pemuda tampan, gagah dan ambisius. Ia ingin mengabdi pada Rajanya di Maespati. Segala persyaratan telah dipenuhi. Cuma ada satu syarat yang belum bisa dilakukan yakni memindahkan Taman Maerakaca dari Kahyangan ke Maespati. Ia sedih, bingung, takut gagal.

Adiknya, Sukrasrana berwajah buruk seperti raksasa, tetapi hatinya lembut, baik, lurus dan suka menolong. Ia sering disingkirkan oleh Sumantri karena malu mempunyai adik berwajah buruk.

Sukasrana ingin membantu kakaknya yang sedang bingung. Sukasrana bisa memindahkan Taman milik para dewa itu ke Maespati.

Ketika Dewi Setyawati, istri Raja sedang bercengkerama di taman bersama para dayang, ia kaget dan lari ketakutan melihat raksasa berwajah buruk.

Sumantri malu dan marah kepada adiknya. Ia mengusir Sukasrana dari taman. Tetapi Sukasrana tidak mau, karena ia ingin selalu bersama Sumantri, kakak yang dikasihinya.

Sumantri tak bisa menahan amarahnya. Ia membentangkan anak panah untuk menakut-nakuti adiknya. Amarah yang tak terkontrol membuat anak panah di tangan terlepas dan mengenai dada Sukasrana.

Adik yang welas asih, baik, jujur, lurus dan lembut hati itu mati di pangkuan Sumantri.

Yesus dalam amanat perpisahan-Nya dengan para murid memberi nasehat dan mengingatkan mereka, “Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku. Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, sebab Aku telah memilih kamu dari dunia, maka dunia membenci kamu.”

Sumantri adalah lambang sifat dunia yang sombong, sok kuasa, cari menangnya sendiri, ambisus, “adigang adigung adiguna,”

Sukasrana lambang kebaikan, tulus hati dan welas asih. Kebaikan dari surga akan selalu dilawan oleh kesombongan dunia. Orang baik akan selalu dijegal, disingkirkan dan dibenci.

Para murid sudah diingatkan karena Yesus sendiri sudah pernah mengalami ditolak, dibenci bahkan dibunuh.

Yesus menyiapkan murid-Nya akan tantangan yang harus dihadapi. “Jikalau mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu.” Kebaikan akan berhadapan dengan kejahatan.

Dalam diri manusia pun akan selalu ada peperangan antara kebaikan dan keburukan. Hati manusia adalah medan pertempuran.

Jika kita memenangkan kebaikan pastilah dunia akan membenci kita. Sukasrana (kebaikan) selalu ingin menyatu dalam diri Sumantri (dunia). Namun dunia membenci dan membunuhnya.

Begitu pun Yesus ingin menyelamatkan dunia tetapi dunia malah menolak dan membunuh-Nya.

Apakah kita berasal dari dunia? Ataukah kita mengikuti Yesus yang dari surga?

Lebaran hampir tiba.
Jangan mudik di rumah aja.
Kita ini bukan dari dunia.
Dunia akan membenci kita.

Cawas, waspada corona….
Rm. Alexandre Joko Purwanto, Pr