by editor | Mar 16, 2022 | Renungan
Pembunuhan Karakter
BERITA pembunuhan hampir kita dengar setiap hari. Mereka melakukanya dengan aneka motif; balas dendam, putus cinta, hutang piutang, rebutan harta dan masih banyak lagi.
Kakak beradik bisa saling bunuh gara-gara warisan. Pacar tidak terima karena diputus langsung mencekik leher kekasihnya. Orang marah karena ditagih hutangnya dan tega membunuh.
Tetapi pembunuhan tidak hanya secara fisik. Kata-kata, berita bohong, pencemaran nama baik bisa juga membunuh karakter seseorang.
Amarah, pemutar-balikan fakta, kebencian dan dendam bisa berakibat fatal. Nama baik seseorang bisa hancur karenanya.
Reputasi orang bisa rusak di depan publik. Kariernya bisa jatuh dan masa depannya berantakan.
Kemarahan tak terkendali dan kemudian menjatuhkan orang di depan umum secara ad hominem bisa membuat citra seseorang menjadi buruk.
Karakternya dirusak di depan umum. Tindakan seperti ini kendati tidak membunuh secara fisik, namun bisa mematikan karakter seseorang.
Yesus mengajarkan kepada murid-murid-Nya untuk berhati-hati dan waspada.
Yesus tidak hanya menuntut para murid untuk taat pada aturan hukum Taurat; jangan membunuh, jangan mencuri, jangan bersaksi dusta dan lain-lain, tetapi lebih daripada itu.
Jangan marah, jangan berkata “kafir” dan “Jahil”.
Marah dan berkata kasar kepada sesamanya dianggap tidak pantas dan harus dihukum.
Ketika kita marah dan berkata “kafir atau “jahil” kepada sesama, itu merupakan bentuk pembunuhan karakter.
Bukan fisik yang diserang tetapi mental dan psikis seseorang bisa jatuh.
Amarah, kafir dan jahil bisa keluar dari mulut yang tak terkendali. Hal itu bisa berpotensi membunuh dan menghancurkan orang.
Kita bisa melihat banyak contoh di sekitar kita. Kata-kata “kafir” banyak dilontarkan dan banyak yang menjadi korban.
Yesus mengingatkan, “Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar daripada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, kalian tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga.”
Kaum Farisi dan ahli-ahli Taurat itu suka mengkafir-kafirkan orang. Mereka menganggap diri paling benar dan saleh.
Tetapi mereka malah jatuh sendiri oleh kata-kata yang keluar dari mulutnya.
Kita harus hati-hati karena mulutmu adalah harimaumu. Kata-kata punya daya kuat untuk membunuh seseorang.
Hati-hati dalam berbicara. Hati-hati gunakan mulutmu.
Tong kosong berbunyi nyaring.
Banyak bicara tak ada isinya.
Kata-kata kasar seperti gigi taring,
Bisa menggigit dan membunuh sesama.
Cawas, berbicaralah dengan sopan….
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
by editor | Mar 10, 2022 | Renungan
Mengetuk Pintu Hati
KITA sering melihat gambar Yesus mengetuk pintu. Pelukisnya adalah Holman Hunt. Teman-temannya mengagumi lukisan yang sempurna itu.
Namun ada satu teman yang berkata, “Lukisanmu bagus dan indah, namun ada satu yang engkau lupa?”
Hunt bertanya, “Apa itu?”
“Handle. Ya, engkau lupa melukiskan pegangan pintu.” Jawab teman itu sambil menunjuk dimana handle itu seharusnya.
Namun Hunt menjawab, “Oh, aku tidak lupa. Aku memang sengaja tidak menaruh handle di situ. Sebab saat Yesus mengetuk pintu hati kita, handle itu ada di sisi kita. Kitalah yang harus membukanya dari dalam.”
Orang yang mengetuk pintu tidak akan masuk jika tuan rumah yang ada di dalam tidak membuka pintu baginya.
Yesus sudah mengetuk pintu hati kita, apakah kita mendengar dan membukakan pintu bagi-Nya?
Yesus berkata, “Mintalah, maka kamu akan diberi; carilah, maka kamu akan mendapat; ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta akan menerima, setiap orang yang mencari akan mendapat, dan setiap orang yang mengetuk, baginya pintu akan dibukakan.”
Kalau orang mau berusaha maka ia akan memetik hasilnya. Kalau kita melakukan sesuatu dengan baik, tekun dan benar, pastilah apa yang kita harapkan akan terjadi.
Kita juga percaya bahwa Allah itu mahabaik. Apa yang kita minta, doakan dan ujubkan pasti akan diberikan-Nya.
Yesus membandingkan dengan orangtua kita. “Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia minta roti, atau memberi ular, jika ia minta ikan?”
“Jadi jika kamu yang jahat tahu memberikan yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di surga. Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya.”
Kalau Yesus mengetuk pintu hati kita, mungkin sering kita tidak mendengarnya. Tetapi kalau kita yang mengetuk pintu hati Tuhan, pasti Dia langsung membukanya.
Sesering apakah kita mengetuk pintu rumah-Nya? Doa adalah cara kita mengetuk pintu Tuhan.
Kalau Tuhan tidak membuka pintu, pasti Dia akan membuka jendelanya.
“Gusti mboten sare.” Tuhan selalu berkarya bagi kita. Tuhan tidak pernah tidur.
Kalung emas yang dulu kubeli,
Kini sudah berubah jadi kelinci.
Tuhan tidak pernah ingkar janji,
Ia akan berbelaskasih dan memberi.
Cawas, mintalah jangan ditunda….
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
by editor | Mar 10, 2022 | Renungan
IKTHUS, Tanda Isyarat yang Menyelamatkan.
PADA masa Kekaisaran Romawi, Kekristenan adalah duri yang harus dipatahkan. Murid-murid Yesus adalah sekte baru dalam agama Yahudi yang harus dimusnahkan.
Maka ada pengejaran, penangkapan, penyiksaan dan pembunuhan dimana-mana. Banyak martir mati karena diketahui sebagai pengikut Kristus.
Jemaat Kristen awal tidak bisa bebas berkumpul untuk berdoa, adakan perjamuan dan mewartakan iman.
Mereka punya kata sandi atau tanda rahasia setiap kali bertemu yakni IKTHUS, dalam Bahasa Yunani yang berarti ikan.
Ketika seorang Kristen bertemu dengan teman baru, ia akan menggambar lengkungan di tanah. Jika teman itu seiman, ia paham, maka ia akan menambahkan lengkungan berikut sehingga membentuk ikan.
Gambar itu menjadi bahasa sandi murid-murid Kristus pada masa-masa awal Kekristenan.
IKTHUS dipahami oleh mereka sebagai sebuah singkatan dari Iesous KHristos, Theou Uios, Soter yang berarti Yesus Kristus, Putra Allah, Sang Penyelamat.
Huruf-huruf pertama frasa ini dalam bahasa Yunaninya adalah IXΘYΣ (ikhthus).
Dengan tanda sandi atau bahasa isyarat itu mereka selamat dari pengejaran tentara kekaisaran Romawi.
Pada masa Kaisar Diokletianus (284-305) ada sekitar 3000-3500 martir dibunuh karena mengimani Kristus. Diantaranya adalah St. Petrus, St.Paulus, St. Sebastianus, St. Agnes, St. Marselinus, St. Prankrasius, St. Anastasia dan Filomena.
Banyak orang meminta tanda ilahi dari surga kepada Yesus.
“Angkatan ini adalah angkatan yang jahat. Mereka menuntut suatu tanda, tetapi mereka tidak akan diberi tanda selain tanda Nabi Yunus.”
Bagi orang-orang yang percaya Yesus adalah tanda kehadiran Allah yang menyelamatkan. Iesous Khristous Theou Uios Soter itulah keyakinan iman kita. Yesus Kristus Putera Allah Sang Juru Selamat.
Mereka yang percaya berani mati membela imannya sebagai martir. Mereka yakin bahwa Yesuslah tanda dari Allah.
Bagi mereka yang tidak percaya, mereka akan diadili pada akhir zaman. Yunuslah yang akan jadi saksinya, karena orang-orang Ninive percaya pada Yunus.
Sedang orang Yahudi tidak percaya pada Kristus, padahal Yesus lebih daripada Yunus.
Mari kita tetap teguh berdiri dan percaya kepada Yesus Kristus Sang Penyelamat.
Dialah yang akan menjadi hakim bagi umat manusia dan membukakan pintu Kerajaan Allah bagi mereka yang percaya kepada-Nya.
Mari kita hidup menurut petunjuk-Nya, mengikuti jalan yang diajarkan-Nya. Jangan pernah ragu.
Mari kita melakukan pertobatan agar hidup kita sejalan dengan-Nya.
Menunggu teman di perempatan jalan,
Setelah sekian lama tak pernah jumpa.
Tanda salib adalah tanda penyelamatan,
Jangan ragu untuk mengikuti teladan-Nya.
Cawas, tanda kasih-Nya…
Rm.A. Joko Purwanto, Pr
by editor | Mar 10, 2022 | Renungan
Disindir Den Baguse Ngarsa
DALAM suatu pentas ketoprak di Pendopo SMKI Jogja, Den Baguse Ngarsa pernah “ngeledek” saya di atas panggung.
Dia bilang sama Kuriman, “Man, Aku ki cerak banget lho karo Romo Joko. Kerep diajak dhahar neng pastoran.
Nek caosan dhahare uenak, ingkung pitik sing gedhi kae, Romo Joko le sembahyang dawaaaa banget. Aku rak ya kiwah-kiwih selak pengin motheng-motheng pitike.
Lha kok dongane ora entek-entek.
Ning nek lawuhe ora ana ki, dongane mung gawe tanda salib karo muni Bapa, Putra, Roh Kudus. Amin ngono je.”
(Man, Aku nih akrab lho sama Rm. Joko. Sering diajak makan di pastoran. Kalau kiriman makan dari umat enak sekali, ayam goreng yang besar, Romo itu doanya puanjaaaangg sekali. Aku kan gak sabar pengin cepat ambil ayamnya. Lha kok doannya gak rampung-rampung.
Tapi kalau gak ada lauknya itu doanya cuma bikin tanda salib cepat-cepat bilang Bapa, Putera, Roh Kudus, gitu thok).
Itu cara Den Baguse Ngarsa ngelawak untuk menghibur umat yang menonton, sehingga mereka tertawa terpingkal-pingkal melihat komentar dan polah mereka di atas pentas.
Yesus tidak sedang “guyon” atau melawak saat mengajar murid-murid-Nya tentang bagaimana berdoa.
Yesus minta para murid untuk tidak meniru doanya orang yang tidak mengenal Allah. Mereka berdoa panjang-panjang bertele-tele.
Allah Bapa itu sudah mengetahui apa yang kita perlukan sebelum memintanya.
Inti doa yang pertama adalah memuji Allah. “Bapa kami yang ada di surga, dikuduskanlah nama-Mu. Datanglah Kerajaan-Mu. Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga.”
Menghormati Allah dengan membiarkan kehendak-Nya terjadi di dalam kehidupan kita. Biarlah Allah merajai hidup kita sehingga Kerajaan-Nya hadir di tengah-tengah kita.
Menguduskan Allah berarti pusat kehidupan kita hanya Allah saja.
Kemudian baru memohon kebutuhan kita; rejeki pada hari ini dan relasi yang baik dengan sesama. Relasi yang baik itu ditandai dengan saling mengampuni satu sama lain.
Kalau kita minta diampuni, maka kita pun harus berani mengampuni sesama.
Apa yang kita lakukan di dunia ini adalah cermin kehidupan kita kelak. Kalau di dunia kita mau mengampuni, nanti di surga Bapa juga akan mengampuni.
Kalau kita mau memberi makan kepada yang lapar, minum bagi yang haus, pakaian untuk mereka yang telanjang, mengunjungi mereka yang sakit dan melawat yang di penjara, maka Allah akan menggantinya dengan berkah.
Doa Bapa Kami adalah doa wasiat Yesus. Doa yang sempurna bagi keperluan kita.
Jika kita mengalami kesulitan berdoa, doa Yesus itu sudah merangkum semuanya.
Tidak usah bertele-tele, karena Allah mengetahui isi hati kita.
Tamansari dihiasi bunga mawar merah,
Dipandang kelihatan indah dan asri.
Orang yang tidak mengenal siapa Allah,
Berdoa tak henti dari pagi sampai malam hari.
Cawas, Kuduskanlah nama-Mu….
Rm. A. Joko Purwanto, Pr
by editor | Mar 10, 2022 | Renungan
Pergolakan Karna di antara Pandawa dan Kurawa.
SETELAH menjadi duta Pandawa, Krisna memastikan bahwa perang Baratayuda pasti terjadi. Kurawa ngotot tidak mau memberikan Hastina kepada para Pandawa.
Krisna kemudian membujuk Karna untuk bergabung dengan para Pandawa, karena mereka adalah saudara satu rahim dari Dewi Kunti.
Namun Karna tidak mau kembali ke Pandawa. Dia memilih berpihak pada Kurawa yang jahat.
Bukan karena dia membela kejahatan, tetapi untuk “memprovokasi” agar Kurawa berani perang. Kalau tidak ada Karna, Kurawa takut menghadapi Pandawa.
“Kejahatan hanya bisa musnah dari bumi jika si jahat itu dikalahkan. Kurawa tidak akan musnah kalau tidak ada yang “ngurub-urubi.”
Saya akan memanas-manasi Kurawa agar mereka mau maju perang. Dengan cara ini mereka akan bisa ditumpas.” Demikian tekad Karna tetap berada di pihak Kurawa.
Kehidupan ini dibedakan menjadi benar dan salah, baik dan buruk, Pandawa dan Kurawa, domba dan kambing.
Pada akhir zaman, Yesus akan datang untuk mengadili perbuatan kita. Ia memberi gambaran seperti seorang gembala memisahkan domba di sebelah kanan dan kambing di sebelah kiri.
Domba akan dianugerahi kehidupan, sedang kambing akan diberi hukuman kekal.
Domba melakukan kebaikan, sedangkan kambing dinilai tidak menghasilkan kebaikan.
Kepada domba-domba Yesus berkata, “Apa saja yang kamu lakukan terhadap saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.”
Sedangkan kepada kambing-kambing, Dia berkata, “Segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku.”
Seperti dalam wayang, kehidupan dibagi menjadi dua; kebaikan yang diwakili para Pandawa. Mereka melakukan kebajikan sebagai darma seorang ksatria.
Di sisi lain para Kurawa menggambarkan kajahatan; iri dengki, angkara murka, keserakahan, nafsu duniawi.
Namun kedua sisi kehidupan itu saling berhimpitan, tidak bisa dipisahkan, seperti dua sisi dalam sekeping mata uang.
Kalau tidak ada Kurawa, apalah artinya Pandawa. Pandawa disebut kebaikan karena ada yang tidak baik. Kurawa dinilai jahat karena ada kebaikan di pihak Pandawa.
Setelah Kurawa musnah, panggung dunia tidak ada ceritanya lagi. Pandawa hilang muksa.
Dimana pun kita berada, kita harus bertanggungjawab. Mau di pihak Pandawa atau seperti Karna dipihak Kurawa, ia berani mempertanggungjawabkan keputusannya.
Pada saatnya, Kristus akan menuntut pertanggungjawaban kita. Orang-orang jahat akan masuk ke dalam siksaan kekal, tetapi orang benar masuk ke dalam hidup yang kekal.
Di pihak yang mana kita menorehkan kehidupan kita?
Menonton wayang ada di dekat gamelan,
Sindennya cantik-cantik merdu suaranya.
Setiap orang diminta pertanggungjawaban,
Dari perbuatan baik bagi yang kecil dan hina.
Cawas, berbagi untuk yang kecil dan hina….
Rm. A. Joko Purwanto, Pr